Sekolah Menengah Pertama

175 17 2
                                    

Gemini Norawit
Fourth Nattawat

.
.
.



Setelah berusaha sekuat otaknya, Fourth akhirnya dapat masuk ke sekolah elit ini mengikuti kakaknya. Atas permintaan sang mama dan papa agar tidak jauh dari kakak. Lebih tepatnya berhemat biaya namun tetap dapat sekolah ternama. Tidak apa pikirnya. Fourth lebih malas untuk berdebat ataupun menyanggah. Memilih menurut entah sampai batas wajar yang bagaimana.


Pagi-pagi buta di bulan ketiga sekolahnya, ia harus merasa dongkol jengkel bukan main karena tingkah sang kakak yang kelewat manja. Ia merasa menjadi orang yang lebih tua disini.

"Fourth dirumah ya? Jaga abang. Dia sedikit tidak enak badan. Nanti bangunkan abang untuk makan sama minum obat. Udah mama bikin alarm di ponsel kamu."

"Mah, Fourth ada tanding futsal untuk pemilihan ketua tim. Fourth nggak bisa ijin hari ini."

"Fourth, mama minta tolong ya nak? Papa baru perjalanan pulang, mungkin sampai disini sore. Mama harus antar adek ke sekolah sama antar pesanan. Cuma kamu yang bisa disini."

"Kenapa sih, abang udah besar. Bisa urus diri sendiri. Kenapa harus Fourth?"

"Fourth, mama cuma-

"NGGAK BISA! Ini impian Fourth mah!"

"Nak, ngalah ya kali ini. Mama mohon."

Fourth bungkam. Tidak ingin mengatakan apapun lagi. Ia memilih masuk kamar lalu menutup pintunya dengan keras.

BLAAMMMM !

Gemini lagi. Gemini lagi. Abang kok nyusahin adiknya. Abang harusnya bantuin. Bukan nyusahin.

Fourth mulai memejamkan matanya kembali. Masih ada sekitar satu setengah jam untuk bersiap ke sekolah dan karena ia ijin, masih ada dua jam untuk jadwal makan Gemini. Ia menatap langit-langit kamarnya. Masih ada tempelan bintang-bintang di plafon dengan dasar warna hitam ini. Kamar ini, bekas kamar Gemini. Semua barang dan cat kamar masih kesukaan Gemini. Fourth menghela napas lalu kembali bergelung masuk ke dalam selimut.

Bib biipp bibbiibbbbb

Fourth menggeliat perlahan. Melirik handphonenya yang menunjukkan alarm berbunyi. Jam enam lebih dua menit. Saatnya memberi makan dan mengecek keadaan Gemini. Ia mulai berjalan keluar kamar menuju dapur. Makanan untuk sang kakak sudah disiapkan mamanya. Ia tinggal mengambil air putih dan obat di atas kulkas. Fourth mempersiapkan semuanya. Berjalan perlahan menuju kamar sang kakak yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Abang udah bangun? Nih makan sama obatnya." Fourth meletakkan makanan asal ke atas meja di samping Gemini. Ia masih kesal karena harus di rumah menjaga kakaknya yang sebenarnya tampak baik-baik saja.

"Terima kasih. Fourth nggak bersiap ke sekolah?"

"Nggak."

"Kenapa? Kamu sakit? Nggak enak badan?"

"Gara-gara kakak! Siapa lagi hah? Mama anter pesanan. Adek sekolah. Papa pulang nanti sore. Kakak sakit. Mama minta Fourth buat jagain kakak." Fourth menjawab dengan sekali tarikan napas. Ia masih tidak terima dengan keadaan yang harus ia lakukan.

Gemini meringis mendengar keluhan Fourth. Ia menyusahkan lagi. "Maafin abang ya?"

"Abang nggak ngerti! Aku ada tanding futsal buat pemilihan ketua tim. Terus tadi mama bilang nggak usah ikut cuma buat jagain abang. Abang kenapa sih? Emang nggak bisa sendiri. Udah besar juga. Masak harus Fourth yang jagain terus."

"Emang kamu tanding jam berapa? Selesai jam berapa?"

"Nanti jam delapan. Paling selesai jam sebelas."

"Ya udah. Adek pergi dulu aja nggak apa. Palingan abang habis minum obat juga cuma tiduran di kasur."

"Nanti adek dimarahin mama. Adek nggak mau."

"Nggak kok. Nanti abang bantuin ngomong sama mama. Jam minum obat kan masih jam satu siang. Pasti adek udah pulang kan?"

"Beneran? Sebelum jam dua belas pasti adek udah sampe rumah kok." Gemini tersenyum melihat Fourth yang kembali bersemangat dan ceria.

"Iya, nanti kalau ada apa-apa abang telpon adek ya? Telponnya jangan di silent. Nanti langsung pulang ya?"

"Ok, Fourth siap-siap dulu."

Fourth langsung berlari keluar kamar. Ia kembali bersemangat hari ini.






***



"Fourth! Lo keren banget tadi. Selamat ya!"

Fourth tersenyum cerah menanggapi ucapan selamat teman-temannya. Ia bangga pada dirinya sendiri. Menjadi ketua tim ekskul futsal adalah salah satu impiannya. Ia sedang berada di warung langganannya saat ini. Merayakan ketua tim futsal mereka yang baru.


"FOURTH! PONSEL LO BUNYI SEJAK TADI!"

Fourth menoleh dengan cepat. Berlari kecil ke arah meja dimana ia meletakkan tas dan ponselnya. Melihat sang mama menelepon membuatnya menelan ludahnya tanda gugup. Ia melihat jam di pergelangan tangannya. Jam lima lebih lima belas menit. Ia melupakan Gemini. Ia melupakan fakta bahwa harus pulang sebelum jam satu dan sekarang mamanya pasti marah besar padanya.

"Halo mah?"

"Fourth, kamu dimana?" Bukan bentakan yang ia terima namun nada lembut menyapa gendang telinganya. Dan itu membuat Fourth semakin menciut takut.

"Fourth masih di area sekolah mah. Maaf."

"Abang Fourth pulang sekarang ya? Hati-hati dijalan."

Telepon dimatikan. Fourth menatap ponselnya. Menunjukkan banyak sekali notifikasi dan pesan panggilan dari Gemini. Ia segera membereskan barangnya lalu berpamitan kepada yang lain. Perasaannya buruk saat ini. Ia berlari ke arah parkiran dan mengayuh sepedanya kuat. Ia ingin segera sampai rumah sekarang. Perasaan takut yang tidak bisa ia tafsirkan membuatnya begitu kalut. Apa yang terjadi?













.
.
. To be continued 💜

Nighthawk  // GEMINIFOURTH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang