- PROLOG -

9 1 4
                                    

Sang matahari yang hangat itu mulai menunjukkan betapa panasnya ia.

Juga sang bulan mulai menunjukan, betapa ia akan selalu ada untuk menerangi kegelapan.
Namun nyatanya, bumi ini terus terdiam disertai helaan nafasnya.

•••

Aku hancur, aku sendiri.

- Indira Katharina -

•••

Tidurlah, setidaknya dengan itu kau bisa memulihkan tubuh, hati dan pikiran.

- Daviandra Naushad -

•••

Aku takut, kau tak membutuhkanku lagi.

- Fattan Pradipta -

•••

Bagian II : Ini Untukmu, Indira
Trilogi : My Choice ~

- Written by FAN -


.
.
.
.
.
.
.



November, 2011

Kala itu, daun-daun berjatuhan karena angin yang selalu menimpanya. Sebuah tangan kecil itu menengadah, berharap selembar daun bisa jatuh diatas telapak tangannya. Bibirnya tersenyum, saat daun itu berada di telapak tangannya.

Matanya melihat ke sekeliling, banyak tawa dan tangis secara bersamaan. Lalu ia menoleh kearah pria disampingnya.

"Dirumah sakit itu, penuh banyak emosi yah ayah!" Ucapnya, membuat sang pria yang dipanggil ayah itu langsung tersenyum.

"Kamu benar Dira, karena di dunia yang kita tinggali ini banyak hal yang akan terjadi, tapi kita tidak akan pernah tau apa hal yang terjadi itu hal bahagia, atau hal sedih. Maka dari itu, kita harus siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi kapan saja." Indira mengangguk mengerti.

Mereka yang kini tengah berada di taman Rumah Sakit, bisa melihat dengan jelas banyaknya orang yang berlalu lalang dengan banyak emosi yang ditunjukkan. Sehingga membuat Indira, menyadari hal itu.

"Ayah, aku mau tanya." Harris--Ayahnya tersenyum, "anak ayah yang cantik ini mau tanya apa?"

Indira menghela nafasnya lalu terdiam sejenak, kemudian menatap ayahnya dengan serius.

"Gimana hidup ayah tanpa nenek?" Sontak pertanyaan gadis itu membuat Harris sangat terkejut, bagaimana bisa gadis sekecil ini mengajukan pertanyaan semacam itu.

Harris melihat sekeliling, memberi waktu agar ia bisa menjawab pertanyaannya dengan hati-hati. Setelah tau apa yang akan ia katakan, Harris memegang kedua bahu Indira sambil menatapnya.

"Ayah sangat kehilangan, ayah hancur, ayah juga kelimpungan ga tau arah, karena separuh hidup ayah telah hilang. Tapi kamu tau apa yang membuat ayah bertahan?" Indira otomatis menggelengkan kepalanya.

"Nenek kamu selalu bilang, 'Beri dirimu waktu dan ijinkan dirimu untuk bersedih' ayah mengijinkan dan memberi waktu diri ayah untuk bersedih, tapi secukupnya. Setelah itu, ayah menjalani kehidupan ayah seperti sebelumnya, karena ayah tau menjalani hidup seperti sebelumnya itulah yang nenek inginkan untuk ayah. Maka dari itu, ayah bisa bertahan sampai saat ini." Indira mengangguk mengerti, ia sangat paham dengan apa yang diucapkan oleh ayahnya.

"Ayah, jangan tinggalin Dira yah. Dira mau ayah selalu ada disamping Dira, agar Dira ga sendiri." Harris tersenyum, lalu mengusap lembut rambut Indira.

"Kemanapun kamu pergi, ayah selalu disini buat kamu. Jadi, datanglah kapan saja ketika kamu membutuhkan ayah." Indira mengangguk, lalu memeluknya.

"Wah ada apa nih peluk-peluk, ibu ga diajak." Ucap wanita yang baru saja datang dengan nada pura-pura marah.

"Ibu!" Mendengar hal itu, Indira langsung melepaskan pelukan ayahnya beralih kepelukan ibunya.

"Ibu, sampai kapanpun Dira ga akan pernah sendirian kan?" Wanita itu tersenyum, sambil mengelus punggung putri kecilnya itu ia menjawab.

"Dira punya ibu, punya ayah juga. Jadi ibu yakin, Dira ga akan pernah sendirian!" Indira melepaskan pelukannya, tangan kecilnya menggenggam tangan wanita yang ia panggil ibu itu, lalu tangan satunya menggenggam tangan ayahnya.

Ia menatap keduanya secara bergantian, "Dira sayang banget sama ayah ibu, Dira harap ayah dan ibu akan selalu bersama Dira sampai kapanpun." Ucapnya, yang membuat keduanya tersenyum.

Hanya sebuah harapan sederhana yang muncul dari bibir manis, seorang anak kecil. Namun, apakah harapan sederhana ini bisa terwujud?

Seperti halnya dengan apa yang dikatakan Harris, bukankah didunia itu penuh dengan hal yang mengejutkan?

My Choice - Ini Untukmu, Indira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang