Chapter V : Mata yang teduh

8 2 22
                                    

Jalanan macet menemani Fattan di siang hari ini, langit biru juga cerahnya matahari berbanding terbalik dengan perasaan Fattan sekarang.

Kejadian malam itu masih terus terngiang di kepalanya, ia kesal sekaligus merasa bersalah. Selama bertahun-tahun lamanya, ternyata teman-temannya tak menyukai Indira.

Ia bingung dan tak mengerti, apa yang membuat mereka tak menyukai Indira. Lamunannya terhenti saat lampu merah kini terlihat sudah berubah menjadi hijau, Fattan kembali melajukan mobilnya.

Fattan telah sampai ditujuannya, ia keluar dari mobilnya lalu berjalan menuju rumah yang mungkin selalu menjadi tempat pulang dirinya.

Ia tersenyum saat sang punya rumah menyambut hangat kala melihatnya.

"Fattan, apa kabar? Udah lama ga kesini!" Ucap seorang wanita dengan senyum lebarnya.

"Kabar Fattan baik banget, Tante gimana?"

"Alhamdulillah Tante baik, oh iya ada apa kesini?" Tanyanya.

Fattan tersenyum, "Indira-nya ada?"

Wanita itu sedikit mengerutkan keningnya, "Indira lagi pergi dari pagi, kamu ga tau?" Ucap wanita tersebut, yang tak lain adalah ibu Indira, Tania.

Fattan menggeleng, "oh Indira nya lagi pergi, kalo boleh tahu perginya sama siapa yah?" Tanya Fattan dengan hati-hati.

"Sama rekan kerjanya." Fattan terdiam, ia berpikir apa mungkin disekolah tempatnya bekerja tengah ada acara.

"Oh acara sekolahnya Tan?" Tania langsung menggeleng.

"Bukan, katanya sih mau jalan-jalan gitu. Emang Indira ga ngomong sama kamu?"

"Gak, Indira ga ngomong apa-apa sama aku." Tania mengangguk, "kamu ga lagi marahan kan sama Indira? Soalnya dira akhir-akhir ini sering sama cowo itu." Mata Fattan beraksi.

"Cowo?" Tania mengangguk, Fattan kira rekan kerja yang dimaksud adalah perempuan.

Indira pernah mengenalkannya kepada rekan kerjanya, yaitu Nayla. Ia tak pernah menceritakan rekan kerja lainnya kepada Fattan. Otaknya tertuju pada satu nama, Adnan.

Namun langsung ia hempaskan, karena ia ingat Indira pernah bercerita kalau Adnan sudah menikah.

"Ya udah Tante, makasih kalo gitu Fattan pamit pulang aja." Pamitnya.

"Kok pulang, mending masuk dulu yuk Tante bikin kue loh." Fattan menggeleng, "makasih Tante udah nawarin, tapi maaf Fattan harus ke kampus."

Tania mengangguk mengerti, dan membiarkan Fattan pergi meninggalkan rumah itu.

Pikiran Fattan tertuju pada Indira, siapa yang kini bersama Indira? Ia menatap ponsel yang ia genggam, tak ada satupun balasan dari Indira. Ia menghela nafas, akhirnya pasrah dan percaya Indira akan menghubunginya.

•••

Banyaknya pepohonan memberikan kesan sejuk pada tempat ini, semilir angin yang berhembus semakin terasa sempurna. Sinar matahari yang tak terlalu terik, juga langit biru yang amat cerah mengantarkan Indira juga Davi pada suatu tempat yang menenangkan ini.

Tiket hiburan yang Davi beri pada Indira, kini sudah digunakan.

Tempat yang dimaksud ialah taman yang sejuk serta luas, ditambah dengan adanya danau semakin membuat tempat ini begitu menenangkan.

garden of tranquility

Nama yang indah, seindah tempat nya. Hamparan rumput hijau, dengan begitu banyaknya pepohonan juga tanaman bunga yang berada disetiap sisi jalan.

My Choice - Ini Untukmu, Indira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang