ALEIA 5

107 63 442
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Assalamu'alaikum wr.wb

Jejakmu semangatku.

━━☆━━☆━━☆━━☆━━☆━━☆━━

Kukatakan... bahwa ia bak Pangeran Surga yang hadir menjadi salah satu anak Adam berhati mulia.

___[𝕬 𝕷 𝕰 𝕴 𝕬]___

Hari sudah menjelang semakin malam. Suara gemericik air hujan terdengar sangat lebat dari dalam rumah besar itu. Para manusia yang tengah menjalankan ibadah kepada Tuhannya yang maha indah dengan segala iman yang tercurahkan, mereka menghadap kiblat dengan penuh khidmat.

Seakan mereka tengah berbincang dengan Allah SWT. dengan keimanan yang hanya mampu dirasakan oleh orang-orang yang memiliki kecintaan luar biasa kepada Sang Khalik. Tak sedikit pula dari mereka yang ikut meneteskan air mata, merasa bersalah atas dosa yang telah mereka perbuat hari ini.

Entah itu ada salah kata maupun perbuatan, dosa sekecil apapun akan tetap terasa menyesakkan bagi mereka yang hatinya sudah dipenuhi dengan keimanan. Suara lantunan ayat suci Al-Qur'an yang dilafalkan oleh Lhion, semakin mampu menambah kecintaannya kepada Allah SWT.

Begitu pun dengan Aleia, yang juga tak kuasa menahan air matanya kala mendengar suara indah Lhion. Ditambah lagi ia tengah berada di masa titik terendah karena telah ditinggalkan oleh keluarganya tanpa alasan yang jelas.

Menit demi menit berlalu, kini mereka sudah selesai menjalankan shalat maghrib berjamaah. Tidak ada yang beranjak dari sana sebelum Lhion dan yang lebih tua beranjak dari mushola di dalam rumah itu. Hal itu merupakan salah satu bentuk adab yang diperintahkan Lhion kepada seluruh penghuni di rumahnya.

Tapi bukan berarti jika ada yang berkepentingan tidak ia perbolehkan, tentu saja boleh asal beradab.

Setelah selesai dzikir dan berdo'a, kini Lhion menghadap ke belakang untuk menatap seluruh manusia yang menjadi makmumnya. Lelaki tampan dan mapan itu menatap penuh selidik kepada mereka, mencoba menerka siapa yang menjadi dalang atas peristiwa bermain bola di halamannya sore ini.

"Aleia," panggil Lhion kepada gadis manis itu.

Aleia yang berada di belakang para makmum lelaki merasa gelagapan kala Lhion tiba-tiba memanggil namanya.

"Ha? Eh-i-iya, Kak?" jawab Aleia.

"Tolong yang ikhwan geser ke sebelah kiri, dan yang akhwat geser ke kanan. Saya mau bicara," perintah Lhion. Hal itu tentu dipatuhi oleh mereka, mereka sangat tau betul jika Lhion sudah meminta bergeser selepas shalat seperti ini, pasti ia tengah marah tetapi tetap dalam mode sabar yang kelewat sabar.

Setelah melihat mereka sudah bergeser, Lhion pun memulai pembicaraannya. "Aleia," panggil Lhion, lagi, kepada gadis itu.

"Na'am, Pak Ustadz--Eh?" refleks Aleia, yang membuat semua orang di sana tertawa dengan kepolosan Aleia.

Dia, Lakaran Mulia (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang