6. Chapter 6

90 51 12
                                    



Happy reading!—————————————

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!
—————————————

Hembusan napas panjang terdengar jelas sebelum Hanan tertawa sendiri dan berakhir menjitak kepala Sego. Sampai-sampai ayam itu terkejut dan menggepakkan sayapnya.

"Kamu kok jadi ayam hobinya berak terus"

"Suka-suka Sego lah. Itu kan tai nya dia, mana mungkin Sego tahan tai nya sendiri."

Eja memang sangat cerewet. Apalagi kalau itu menyangkut  dengan ayam kesayangannya itu. Buktinya sekarang ia tengah memasang wajah kesalnya setelah melihat ayamnya di aniaya, karena bagi nya kakak nya itu telah melakukan penganiayaan terhadap ayam.

"Mas itu nggak boleh kasar sama ayam!!" Ucap Eja dengan sinisan nya. Lantas ia mengambil alih si Sego yang masih terlihat oleng karena jitakan Hanan yang lumayan keras. Ia juga mengusap lembut kepala ayam jantan nya itu.

"Kamu kelihatannya lagi kurang semangat ya?" Suara Adi berhasil membuat Hanan sadar dari lamunannya. Adi saat ini merasa bingung, karena biasanya Hanan akan sangat senang ketika mencium aroma pisang goreng buatannya dan akan langsung mencomotnya tanpa memperdulikan panas dari pisang yang baru saja di angkat dari minyak yang panas. Tapi kali ini pisang gorengnya tidak berhasil mendarat di mulut Hanan adiknya.

"Habis di tolak Mei-mei" Lihatlah betapa sangat santainya ia mengatakan hal yang seharusnya di rahasiakan dari Adi. Karena beberapa hari yang lalu Hanan memberi pesan kalau Eja tidak boleh membocorkan perihal Hanan yang sudah mulai pdkt dengan anak perempuan satu kelasnya itu.

Kening Adi mengkerut,"Loh memangnya Mei-mei siapa?, Mei-mei di Upin Ipin kah?"

"Bukan siapa-siapa Mas"

Rasanya kali ini Hanan sangat ingin mencubit pantat Eja. Berani sekali ia membocorkan rahasia sepenting ini, bahkan pentingnya mengalahkan pentingnya rahasia negara, mau di taruh dimana mukanya ini.

"Nggak usah pusing-pusing mikirin cinta. Sempak mu saja masih Mas yang cuci."

Malu sekali rasanya berada di posisi seperti ini. Hanan pun terlihat sedang melayang kan tatapan mematikannya ke arah Eja. Namun Eja tampaknya bodo amat, bahkan Eja tengah santai memakan pisang goreng sambil menyuapi Sego ayamnya. Romantis sekali.

Hanan mengangguk lemah. “Iya Mas iya..” Kemudian ia beralih memandang ke arah Eja dan Sego yang terlihat sedang menikmati pisang goreng. “Coba ceritakan bagaimana bisa adiknya Mas yang ganteng ini di tolak?.”

“Katanya Hanan nggak boleh suka sama dia. Soalnya Hanan miskin.”

Mendengar jawaban dari mulut Hanan, Adi hanya bisa tertawa miris. Sungguh kali ini hatinya seperti sedang di cubit-cubit. Perkataan Mei-mei rasanya nyelekit sekali dan juga bisa menembus jantung, Hanan yang masih kecil saja sudah merasakan penghinaan bagaimana nanti ketika Hanan dewasa, mungkin akan lebih parah. Karena di luar sana mana mau perempuan dengan laki-laki yang miskin.

“Memangnya orang miskin seperti kita nggak boleh. Ya, Mas suka sama orang?”

Adi menggelengkan kepalanya kemudian ia menangkup wajah sang adik, “Dengarin Mas. Ya, kita memang orang miskin, Hanan. Tapi bukan berarti kita nggak bisa suka sama lawan jenis. Kita ini sama-sama manusia yang hidup di dunia, hanya yang membedakan itu kasta kita dari mereka yang lebih di atas.”

“Kita memang beda di dunia ini, karena kehidupan yang susah. Tapi satu yang harus kamu ingat. Hanan, kita semua sama di mata Tuhan.”

Hanya anggukkan yang terlihat. Kemudian keduanya sama-sama hening untuk beberapa saat. Sambil memandangi langit berwarna jingga keunguan, Adi menghembuskan napas yang terdengar begitu berat. Ucapan Mei-mei memang benar dan kali ini ia putuskan akan segera mencari pekerjaan yang tetap dan gajinya yang besar. Karena Adi tidak mau kedua adiknya di pandang rendah,cukup dirinya saja yang merasakan. Ia juga bertekad ingin menyekolahkan kedua bocah itu sampai menyandang gelar sarjana.

Apa yang selama ini ia lewati sudah di pastikan adik-adiknya tidak merasakan hal yang sama.

“Nggak usah terlalu dipikirkan, kalian fokus saja belajar... Ayo, mending kita kebelakang bantu Mas bersihin tai nya sego”

“Nggak mau!, itu kan tai nya Sego bukan tai ku!” Dengan suara yang sedikit keras Hanan membalas ucapan Adi.

Mendengarnya, jelas raut wajah Adi seketika berubah ia kemudian berdiri dan berkacak pinggang dengan raut wajah yang terlihat sangat kesal.

“Ini juga bukan tai nya Mas!, tapi Mas sama sekali nggak banyak alasan. Terutama kamu Eja kamu kan yang sayang sekali sama ayam mu”

“Sego yang salah Mas, siapa suruh dia nggak mau berak di kloset.”

“Ngawur kamu”

Mana ada ayam berak di kloset.

Hanan yang melihat keduanya sibuk berbicara tanpa di ketahui ia sudah memberi kode ke Eja agar segera lari........ dan dalam hitungan satu sampai tiga ia akan lari bersama Eja.

“Satu!Dua!”

“Kok pada ngitung?!!”

“Tiga!! kabuuuurrr!!”

Hanan maupun Eja lari terbirit-birit masuk ke dalam rumah demi menghindari amukan Adi.

***
Okeyy guys, jadi gimana part kali ini?

Kasih rating dong🤌🏻

Beri semangat nya dong buat Adi biar dia semangat cari kerjanya, kan katanya mau sekolahin Hanan sama Eja sampai jadi sarjana... Jadi aminin aja ya gess😍

See ya💗

Jangan lupa follow & vote sayang-sayangku

Jangan lupa juga buat follow dan mampir ke akun ig aku👇🏻
@pingkyyyy_

Surat terakhir (2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang