2

232 55 4
                                    

Tante Acel
💆🏻‍♀️💆🏻‍♀️💆🏻‍♀️

selalu mengertilah dalam
keadaan apapun

Ralisa Glessia~

___

"Ini pasti traumanya kembali terlintas," ucap Rey dengan menundukan kepalanya. Ola yang mendengar ucapan Rey pun penasaran.

"Trauma?" tanya Ola. Rey pun mengangkat kepala dan menganggukan kepala. "Andra memang memiliki trauma semenjak ayahnya meninggal dunia, tapi aku juga tidak tahu traumanya apa," ucap Rey yang tak lama kemudian Andra keluar dari ruang UKS.

Andra keluar dari ruang UKS dengan wajah lemas. "La, kamu antar Ana ke kelas, ambil tas, lalu sekalian antar Ana pulang, bisa kan?" ucap Andra. Ola pun berdiri dan masuk menghampiri Ana tanpa berkata satu kata pun.

"Na..." ucap Ola membantu Ana berdiri dari ranjang keluar dari UKS menuju kelas. Ana dan Ola pun berjalan pelan menuju gerbang. Ola pun menyalakan mobil miliknya, Ola pun melaju dengan kecepatan sedang, sementara Ana hanya diam tak bersuara.

Brukk!

Dengan cepat Ola membanting setir mobilnya ke arah kiri. "Aduhhh... Na, kamu tidak apa-apa?" ucap Ola yang berhasil selamat, begitu pun Ana. Tapi Ana tidak menjawab pertanyaan Ola, Ana langsung berdiri dan berjalan perlahan ke arah penyebab Ola banting setir.

"Anaa!" ucap Ola dengan panik, Ola pun langsung membenarkan motor dan menghampiri Ana. "Ibu, tidak apa-apa, kami bantu," ucap Ana. Ola pun dengan sigap membantu Ana dan membawa ibu itu ke rumah Ana untuk sementara.

•••

"Assalamualaikum," ucap Ana saat sampai di rumah. Bu Lisa yang sedang berada di teras rumah pun sigap membawanya masuk ke dalam rumah.

"Silakan duduk..." ucap Bu Lisa tergesa-gesa, lalu terdiam saat melihat wajah ibu tadi. "Acella!" ucap Bu Lisa. Ana pun meminta izin ke dapur setelah Bu Acell duduk.

"Kamu tidak apa-apa, Cell," ucap Bu Lisa yang Ana dengar saat keluar dari dapur. "Silakan diminum, maaf hanya ada ini," ucap Ana. Bu Acell pun mengangguk.

"Eee... maaf kalau boleh tahu, Tante kenal sama Umi?" ucap Ana dengan hati-hati. "Tante sahabatnya Bu Lisa waktu SMP," ucap Bu Acell dengan santai. Ana pun mengangguk dengan melihat penampilan Bu Acell yang sama persis dengan pakaian Uminya, hanya Bu Acell tidak memakai niqab.

"Oh, iyaa, kamu tidak apa-apa, nak," ucap Bu Acell. "Tidak apa-apa, Tante, dah biasa ini, mah," ucap Ana. "Tapi..." ucap Bu Acell terpotong.

"Tidak apa-apa, Tante... benar-benar ini biasa aja, kok," ucap Ana yang membuatnya sedikit takut Uminya khawatir karena melirik ke arahnya.

"Oh, yaudah... tapi kalau sampai anak saya kenal dengan kamu, pasti anakku khawatir setiap saat," ucap Bu Acell. Ana pun tersenyum kecil.

"Kok bisa gitu, Umm?" ucap Bu Lisa. "Biasalah, Umm, trauma," ucap Bu Acell.

Waktu terus berjalan hingga tak terasa hari sudah sore. Bu Acell pun meminta izin pulang bareng Ola secara bersamaan dengan Jea, Seno, Sean yang baru pulang.

"Assalamu'alaikum," ucap mereka serentak. "Wa'alaikum salam... ini anak Bu Lisa juga," ucap Bu Acell saat mau keluar rumah. Bu Lisa pun mengangguk kecil.

Laksana Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang