Bab 2. Tidak merubah apapun

24 4 0
                                    

Asha menatap lekat rumah yang tampak luas nan mewah itu.
bibirnya kini terangkat paksa, dengan langkah berat ia masuk ke dalam.keadaan rumah yang terasa hambar, sepi bak tak berpenghuni.
Putri bungsu Haris Alexander itu memiliki kamar yang cukup luas,dengan nuansa monokrom.Di samping  kanan tempat tidur terdapat meja belajar, dan kursi panjang santai yang berdekatan langsung dengan jendela luar. Sedangkan bagian kiri terdapat nakas lengkap dengan lampu tidur beserta foto keluarganya.

Dimana didalam bingkai foto tersebut, orang tua maupun anak-anak yang masih kecil sedang tersenyum lebar. Asha meraih bingkai foto tersebut, mengusapnya perlahan dengan seulas senyum penuh kerinduan.kini rasa kantuk mulai menghipnotis nya,tak lama ia pun terlelap.

Tok! Tok!

Klek

Vina masuk ke dalam kamar putri bungsunya yang sedang terlelap memeluk bingkai foto,tangan kanannya kini mengelus lembut surai itu.

"Sayang, bangun Nak. Kita makan malam dulu,nanti lanjut tidur lagi."

"Eungh... Mah." suara purau khas bangun tidur.

Asha perlahan mendudukkan tubuhnya, dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul.

Vina mengembalikan bingkai foto ke tempat semula. " Segera ke bawah, ya, sayang. Papah sudah nunggu lama."

"Baik mah, huuaaamm....," jawab Asha menutup mulutnya.

Di tempat makan, Asha hanya melihat Vina duduk di samping Haris yang tengah sibuk memainkan ponselnya.

"Mah, Kak Chia belum turun?" ucap Asha ketika melihat kursi di sampingnya masih kosong.

"Kak Chia, katanya sudah makan," jawab Vina dengan tangan sibuk mengambil lauk pauk.

"Ayo makan, sayang," ucap Vina menyodorkan makanan itu untuk Asha.

"Makasih, Mah."

Vina hanya mengangguk mengiyakan. Mereka bertiga makan dengan hening, hanya dentuman sendok dan piring yang terdengar. Memang sudah biasa, jika tidak ada hal penting untuk di bicarakan saat sedang makan, keluarga Alexander itu hanya sibuk dengan makanan dan pikirannya masing-masing.

"Mah, Asha bantu cuci piring ya?" Tanya Asha.menggulung lengan bajunya, setelah selesai makan.

"Gak usah, sayang. Asha lebih baik masuk ke kamar, dan belajar. Pasti banyak tugaskan," sergah Vina saat Asha hendak mengambil piring kotor di dalam wastafel.

"Dengar kata Mamamu itu, Asha," ucap Haris yang sedang sibuk dengan ponselnya di ruang TV.

"Jangan seperti kakakmu yang begajulan itu, contohlah Abell. Dia anak pintar dan  nurut apa kata orang tua," sambungnya.

"Tapi,kak Chia gak kayak gitu pah," terang Asha yang tidak suka saat Haris membandingkan kedua kakaknya itu.

"Kamu ngomong kayak gitu,karena gak tahu, apa yang kakakmu lakukan selama ini!" Haris meninggikan suaranya.

"Sudah,Pah," potong Vina.

Dia berjalan dari arah dapur untuk melerai keduanya.

"Asha sekarang masuk kamar, ya," ucap Vina dengan suara lembutnya.

Asha pun hanya menurut, walaupun di dalam hatinya berkata lain. Dia masih saja tidak terima jika Haris seperti itu kepada kakaknya.

Kini Asha sudah berada di dalam kamarnya,duduk di kursi meja belajar.
Ia tiba-tiba teringat ponselnya, yang belum ia charger dari kemarin. Gadis itu mencari benda pipih tersebut karena dia lupa menaruh ponselnya dimana.

15 menit kemudian, Asha baru menemukan ponselnya yang ternyata berada di dalam tas.dimana dua hari lalu,ia membawanya saat jalan-jalan bersama sepupunya yang bernama Dave.

SONDER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang