Bab 3. Pertandingan Basket

17 4 0
                                    

"Besok gue bawa mobil sendiri. Lo gak usah jemput gue lagi," ujar Brichia kepada seseorang yang berada di dalam mobil.

Mobil itupun pergi dari hadapannya, kemudian Brichia masuk ke pekarangan rumahnya, namun langkahnya terhenti ketika melihat Haris yang sedang melipat kedua tangan di depan dada sambil menatap dirinya. Brichia sepertinya tidak takut dengan ekspresi yang ditunjukkan Haris, terbukti dengan sikapnya yang melengos pergi.

"Kamu itu, gak tau tata krama, ya!" Hardik Haris.

Dengan malas, Brichia menoleh ke belakang. "Udah deh, Pah, Chia lagi gak mood berdebat."

"Kamu gak lihat ini udah jam berapa?! Kenapa anak gadis jam segini baru pulang?!!"

Brichia melihat jam di tangan kirinya. "Baru jam 11. Masih sore juga."

Haris menghela nafas dan mengusap wajahnya kasar. "Masih sore kamu bilang? Brichia, udah berapa kali Papah bilang, jangan sering keluyuran!! Mau sampe kapan kamu jadi anak pembangkang? Seharusnya, kamu sebagai seorang kakak, bisa menjadi contoh yang baik buat adik-adikmu. Bukannya jadi anak begajulan seperti ini!!! Lihat, kamu bahkan tidak datang untuk menjemput Abell. Seharusnya kamu malu sama adik kembarmu, dia udah bisa mengemban tanggungjawab yang Papah berikan, sedangkan kamu? Kerjaannya cuma bisa MAIN, MAIN DAN MAIN. Mau jadi apa kamu, hah!" Geram Haris dengan nada yang sudah emosi.

"Ck! Papah gak usah repot-repot urusin hidup Chia! Urusin aja tuh anak-anak kesayangan Papah." Brichia menjeda ucapannya, "Papah tadi tanya mau sampe kapan Chia jadi anak pembangkang? Jawabannya, sampe Papah gak ada di dunia ini."

Dua detik kemudian, wajah Brichia berpaling ke kanan dengan cepat, rasa sakit dan panas merambat diarea pipi, yang lantas membuat gadis itu mengusapnya sejenak.

"Masuk!!" Perintah Haris.

Brichia tetap di posisinya dan menatap tajam ke Haris. Sorot matanya penuh rasa benci kepada Papanya itu.

"Papah bilang masuk, BRICHIA ALISCA ALEXANDER!!!" Bentak Haris.

"Lebih baik Chia tidur di rumah temen daripada harus masuk ke dalam rumah!!" Pekik Brichia.

"Oh, ya sudah, kalau begitu. Mulai besok ATM kamu Papah bekukan dan jangan harap Papah kasih mobil ke kamu."

Brichia tidak bisa berkutik setelah mendengar ancaman dari Papanya, gadis itu mau tidak mau harus menurutinya daripada hidup merana tanpa fasilitas yang Haris berikan. Brichia lalu membuka pintu rumah secara kasar.

Ketika ingin menaiki anak tangga menuju kamarnya, Bi Sumi menghampirinya dengan sepiring cemilan yang ia bawa.

"Non, cemilannya," ucapnya.

"Terima kasih, Bi."

"Sama-sama, Non. Non Chia mau susu hangat? Biar Bibi buatkan."

Brichia menggelengkan kepalanya. "Bibi istirahat aja, udah malam."

Setelah mengatakan kalimatnya, gadis itu beranjak menuju kamarnya. Namun, dia melihat Asha yang memegang gagang pintu kamarnya. Brichia salah paham, dia mengira Asha sudah masuk ke kamarnya. Setelah memberi gertakan ke adiknya, dia pun masuk ke kamarnya dengan menutup pintu kamar secara keras.

Brichia meletakkan cemilannya di atas nakas dan melihat ada paper bag di atas kasurnya, ia lalu membukanya. Setelah beberapa detik kemudian dia meletakkan paper bag itu di atas meja riasnya. "Berani banget Abell masuk kamar gue tanpa izin!" Gerutunya.

Brichia baru tahu kalau ternyata yang masuk ke kamarnya adalah Arabella, karena dia melihat isi paper bag nya yang berisi gelang, oleh-oleh dari Korea. Merasa badannya terasa sangat lengket, Brichia pun memilih untuk mandi. 20 menit kemudian, dia sudah keluar dengan dress piyama selutut. Ia pun tengkurep memainkan ponsel sambil memakan cemilannya.

SONDER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang