"Sayang..."Brichia dan kedua sahabatnya kompak mengalihkan atensinya ke lelaki yang memanggil Brichia. Brichia mendapati Darren sedang duduk sambil melambaikan tangannya.
"Chi, mumpung ada cowok lo tuh di situ. Bisa kali kita makan di bawa pohon itu. Siapa tau Darren dan gengnya bersedia ngasih tempat ke kita," ucap Caca menyenggol lengan Brichia, kemudian beralih ke Cantika yang sedang menggandeng lengan Brichia. "lo gak papa kan, Tik kalau makan di samping meja Darren itu?"
Cantika mengangguk. "Iya gak papa, kok. Di luar gak terlalu rame."
"Yaudah, yuk kita ke sana."
Brichia pun mendekati Darren yang sedang makan bersama Bram dan Bryan.
Setelah Brichia sudah berdiri tepat di depan Darren, Darren langsung memegang kedua telapak tangan wanitanya. Dia mendongakkan kepalanya menatap Brichia, bibirnya melengkung dan matanya semakin menyipit ketika melihat sang pujaan hatinya.
"Ren, gue mau makan di sini, tapi..." Birchia melihat ke sekitarnya.
Darren pun mengikuti arah pandang Brichia. "Risih ya?"
"Bukan gue yang risih, tapi Cantika." Brichia kemudian menoleh ke samping, "ada tuh meja kosong tapi di dalam kantin."
Cantika pun mendekati Brichia. "Rame banget, Chi, di dalam sana. Tika gak mau lah makan di situ."
"Yaudah kalo...."
Belum sempat Brichia mengucapkan kalimatnya, Darren sudah berdiri dan menggandeng Brichia menuju meja di sebelahnya.
"Bro, lo bisa pindah ke dalam gak? Gue liat ada meja kosong tuh. Soalnya Cewek gue mau makan di sini," ucap Darren kepada 4 orang siswa yang sedang menyantap makan siangnya.
Keempat siswa itu pun bangkit dari bangkunya dan masuk ke dalam kantin. Darren sengaja mengusir mereka agar Brichia masih berada di dalam pandangannya, dan juga dia tidak ingin jika kekasihnya itu pindah ke kantin lain.
"Lo duduk di sini aja, biar bisa gue pantau. Sekalian gue pesenin ke dalam. Pada mau makan apa?"
Brichia, Caca dan Cantika terlihat sedang duduk di bangku yang berada di luar kantin itu. "Emang boleh?"
"Boleh lah, justru gue gak ngizinin lo masuk ke dalam situ. Di situ, sarangnya para cowok, Brichia."
"Kalo gitu, Tika mau pesen sate ayam make lontong terus es teh ya, Darren," celetuk Cantika.
"Gue samain aja, Ren."
Brichia menengok ke belakang, di mana Darren masih berdiri. "Gue juga. Thanks ya, pacar gue ini memang bisa diandelin."
Mendengar kalimat yang keluar dari mulut Brichia itu membuat Darren refleks memukul punggung Bram yang ingin menyuapkan lontong sate ke mulutnya.
"Awwww.. anjir, sakit woi," umpat Bram.
Darren tidak menggubris temannya itu, dia justru berlari ke dalam kantin untuk memesan makan. Sementara itu, Brichia, Caca dan Cantika tertawa melihat reaksi Darren.
"Bram, lo gak papa?" Tanya Brichia ketika melihat Bram yang mengelus punggungnya.
"Aman, Chi. Cowok lo kalo salting memang suka mukul orang."
Bryan terlihat tertawa sambil menggelengkan kepalanya. "Tuh anak kalo bucin, beda banget," sahutnya.
Bram mengangguk setuju. "Darren sekarang udah jadi budak cinta, Ian."
Setelah beberapa menit, pesanan ketiga wanita itu datang, mereka pun langsung menyantapnya.
"Ya Tuhan.... Chia, pedes banget!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SONDER
RomanceMenceritakan kehidupan keluarga yang cukup terpengaruh dan terkenal. Keluarga Alexander terlihat harmonis di depan masyarakat maupun media massa, tetapi pada kenyataannya keluarga itu menyimpan kesedihan dan kesengsaraan yang dirasakan oleh 3 bersa...