Bab 15. Hari jadian

9 1 0
                                    

Sejak kejadian di mana Ara mendapatkan luka di lututnya, ia tidak bisa bebas berangkat sekolah dengan semaunya, karena Vina selalu menyuruh Ara untuk antar jemput ke sekolah. Beberapa hari ini, Ara hanya bisa menuruti Mamanya itu tanpa membantah. Sesekali juga Dave menjemput Ara, seperti sekarang, Dave sudah terlihat duduk di halaman rumah Alexander.

"Pelan-pelan."

"Ini sudah sembuh, Dave."

"Tetap saja itu masih belum 100% lukamu itu kering, Ra."

"Ish," ucap Ara yang begitu kesal dengan keposesifan Dave yang menurutnya berlebihan.

Tanpa disadari ternyata Dave membawa Ara sampai ke parkiran sekolah.

"Yak! Dave kenapa gak turunin aku di tempat biasa sih?!"

"Sudah turun aja. Ini masih pagi, Ra, gak akan ada orang lain yang liat."

Ara yang mendengar ucapan Dave pun melihat kesekitar. Ara pun buru-buru turun dari mobil Dave. Tanpa mereka sadari, ada satu mobil yang sudah terparkir di ujung dan sialnya pemiliknya masih berada di dalam mobil tersebut.

Mobil itu adalah mobil milik Bram, Bram memang datang lebih dulu sebelum Dave. Ketika Bram akan turun, ia tidak sengaja melihat mobil Dave baru memasuki parkiran yang tak jauh dari tempatnya berada. Bram pun memilih memerhatikan mobil Dave itu.

Kenapa dia bisa bareng sama Dave? Sebenarnya apa hubungan mereka? Kalo mereka ada hubungan, rencana gue bakal bisa gagal."

Bram masih memperhatikan Dave dan Ara yang saat ini sudah berjalan menuju gedung kelasnya.

"Hati-hati, nanti kesandung dan berdarah lagi."

Perlakuan Dave membuat Ara jengkel dan menghentikan kakinya.

"Hei, sudah Ra, kenapa malah merajuk," ucap Dave sambil mengusak rambut Ara, "sudah masuk keburu banyak orang."

"Kebiasaan banget merusak tatanan rambut," ucap Ara ketus yang langsung pergi meninggalkan Dave.

Ara akan menjadi seperti bungsu ketika bersama Dave. Walaupun Ia memang seorang adik bagi Dave, karena Dave lahir beberapa bulan lebih dulu dibandingan Ara dan Brihia.

Bram yang menyaksikan interaksi Dave dan Ara itu pun keluar dari mobilnya dan menutup pintu begitu keras. Bram takut jika rencananya akan gagal karena Dave yang selalu berada di dekat Ara.

***

Sudah satu minggu, Bram selalu mendekati Ara secara terang-terangan yang membuat beberapa murid mencibir tidak suka dengan kedekatan Ara dan Bram. Seperti sekarang, Bram sudah berada di kelas Ara dan membawa beberapa cemilan untuk Ara.

"Nih buat lo."

"Bram, ini kebanyakan dan kenapa kamu selalu kasih aku makanan?"

"Biar lo gak kelaparan."

"Aku gak akan kelaparan juga."

"Tetep aja lo ha..."

Ucapan Bram terpotong dengan kedatangan Dave yang membawa susu pisang, dan meletakkan susu tersebut di depan Ara, membuat Bram jengah akan sandiwara yang ia buat sendiri. Jika bukan karena taruhan, ia pun malas untuk berkujung ke kelas Ara apalagi harus repot-repot membawakan cemilan seperti ini.

"Nih, biar semangat buat latihannya nanti."

"Terima kasih." Ara tersenyum kepada sepupunya itu.

Bram meninggalkan kelas Ara begitu saja, Ara hanya melihat kepergian Bram dari kelasnya.

Saat Bram sedang asik dengan pikirannya sendiri, seseorang datang dari belakang dan menepuk pundaknya membuat Bram pun menoleh ke arah orang itu.

"Kenapa lo?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SONDER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang