Holla readers, selamat datang ke ceritaku yang ke sekian, em... baru yang keberapa sih sebenernya, tapi karena banyak cerita yang aku publish dan unpublish, jadi ku sebut saja ini cerita yang ke sekian, mwehehe...
Selamat membaca, guys, semoga kalian sukaa 🥰
"That if I can't be close to you
I'll settle for the ghost of you
I miss you more than life (yeah)
And if you can't be next to me
Your memory is ecstasy (oh)
I miss you more than life
I miss you more than life"-Ghost by Justin Bieber-
***
Gemericik rinai yang turun kian menghujam bumi dengan angkuh. Membuat basah setiap apapun yang dihujaninya. Suasana sore yang seharusnya terlihat indah dengan balutan cahaya oranyenya kini terlihat memburam dengan langit kelabu beserta rintikannya.
Seorang lelaki dengan kemeja hitam yang melekat di tubuh atletisnya nampak tersenyum dengan hangat lalu menurunkan gitar di pangkuannya. Ia bangkit dari duduknya dan membungkuk sejenak pada penonton yang memberinya tepukan tangan dengan meriah.
Beberapa saat kemudian, lelaki itu beranjak menuju salah satu bangku di mana temannya berada. 'Serenade Kafe' adalah salah satu kafe di kota metropolitan yang memiliki fasilitas musik di dalamnya. Baik pengunjung maupun karyawan di kafe tersebut bebas memainkan alat musik yang ada. Meski tak begitu terkenal, kafe ini cukup memberi kenyamanan bagi setiap pengunjungnya.
Kafe ini didirikan lima tahun lalu saat Aidan baru saja lulus dari bangku putih abu-abu. Benar, Aidan adalah pemilik kafe ini. Namun ia tak mendirikan kafe ini sendiri. Ia mendirikan kafe ini bersama sahabat karibnya, Agam. Seorang lelaki berkemeja hitam yang barusan turun dari panggung minimalis setelah membawakan beberapa lagu dengan iringan gitar itu.
Serenade sendiri adalah salah satu istilah dalam dunia musik yang berarti aliran musik yang ditampilkan untuk menghargai jasa seseorang atau dinyanyikan untuk seseorang yang istimewa di hati. Istilah ini berasal dari kata Italia 'serenata', yang berasal dari bahasa Latin 'serenus' yang berarti 'jelas, tenang, dan, tenteram.'
Dinamai demikian dengan harapan agar setiap orang yang mengunjungi kafe ini akan merasa tenang dan nyaman sesuai dengan namanya. Atau singkatnya, tempat ini diperuntukkan bagi mereka yang ingin mengungkapkan perasaan mereka terhadap pujaan hati di tempat ini. Namun tentu saja tempat ini diperuntukkan bagi umum. Itu hanyalah khayalan Aidan dan Agam saat mendirikan kafe ini dahulu.
Aidan yang melihat sahabatnya berjalan ke arahnya itu tersenyum sembari bertepuk tangan beberapa kali. "Seperti biasa, penampilan lo selalu keren." Ia berdecak kagum.
Agam menarik seulas senyum tipis lalu meraih cangkir kopi miliknya di atas meja. Baginya, itu adalah hal biasa. Satu-satunya alat musik yang ia gemari hanya gitar. Dan itu membuatnya tak merasa hebat apalagi keren seperti kata Aidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Lengkara
Teen FictionMenyapa luka dalam hampa, memperkokoh langkah yang mulai goyah menjadi jejak langkah, beranjak mengais memori yang kian memburam. Dalam suatu episode per episode yang mulai hirap ditelan masa, sebuah pertanyaan yang telah lama menggelantung di memor...