"Antara senja, angin, petikan gitar, dan dirimu yang begitu indah."
- Kanin Zinnaida Renata -
***
Dunia ini memang sempit. Dan kini Kanin mempercayai kata-kata tersebut. Dunia ini memang sempit, melihat kenyataan bahwa Agam tinggal di tempat yang tak jauh dari tempatnya tinggal dan bersekolah di sekolah yang sama dengan Cakra saat SMP, membuatnya mempertanyakan satu hal. Ke mana ia pergi selama ini? Mengapa ia tidak tahu bahwa ada seorang laki-laki tampan yang tinggal di sekitar tempatnya tinggal? Menyesal sekali ia baru mengenal Agam. Mengapa tidak dari dulu saja?
Agam dan Cakra saling mengenal, itu kenyataanya. Meski begitu, Kanin sama sekali tak ingin bertanya-tanya banyak hal tentang Agam kepada Cakra. Ia tak ingin kakak laki-lakinya itu menggodanya karena ia menyukai Agam. Ia akan berusaha menyembunyikan satu fakta ini dari Cakra. Jangan sampai Cakra tahu bahwa ia menyukai Agam.
Lupakan sejenak soal Agam. Saat ini, ada hal yang lebih penting dari laki-laki itu untuk ia perhatikan. Di waktu sekolah saat ini, apa yang bisa ia perhatikan jika bukan kegiatan belajar mengajar yang tengah berlangsung? Kanin memang sering terpikirkan tentang Agam belakangan ini. Namun bukan berarti ia bisa menomor duakan fokusnya untuk belajar di sekolah.
Jam pelajaran berlangsung dengan normal seperti hari-hari sebelumnya. Dan usai pelajaran berlangsung, guru akan mencatat kehadiran siswa di buku absen, baru setelah itu semua murid akan beristirahat. Ini istirahat kedua, dan tentunya semua orang tak sabar ingin segera meninggalkan ruang kelas.
"Fanisa?"
"Hadir, Bu."
"Felly?"
"Hadir, Bu."
"Gallen?"
Lengang, tidak ada suara balasan dari seseorang pemilik nama tersebut. Hal itu membuat semua orang menoleh ke belakang. Menatap bangku Gallen yang ternyata kosong.
"Di mana Gallen?" tanya guru di kelas tersebut, meminta penjelasan tentang ketidakhadiran Gallen di kelas saat ini.
"Tidak ada yang tahu? Egil?" Wanita paruh baya itu menoleh, menatap ke arah Egil, teman dekat Gallen yang duduk di ujung belakang. Egil juga tidak tahu, ia menggelengkan kepalanya saat menjawab pertanyaan dari guru.
"Oke," balas guru tersebut kemudian melanjutkan presensi. Beliau mungkin akan menanyakan ketidakhadiran Gallen di kelas besok saat ada jam pelajaran lagi di kelas ini.
Dari tempatnya duduk saat ini, Kanin terlihat menolehkan kepalanya ke belakang. Menatap bangku milik Gallen yang kosong, membuatnya teringat pada hari pertama masuk sekolah di mana cowok itu terlambat masuk ke kelas. Jika di hari pertama cowok itu telah memberikan kesan yang tak bisa dibilang cukup baik di kelas, apakah selanjutnya ia akan melakukan hal yang sama?
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Lengkara
Genç KurguMenyapa luka dalam hampa, memperkokoh langkah yang mulai goyah menjadi jejak langkah, beranjak mengais memori yang kian memburam. Dalam suatu episode per episode yang mulai hirap ditelan masa, sebuah pertanyaan yang telah lama menggelantung di memor...