Hamil

164 0 0
                                    

"Sorry Na, aku." jelas Juno meraih pergelangan tangan Diana.

Diana melototi lelaki tampan yang sudah ia anggap sebagai kakak sendiri menghempaskan genggaman tangan nya lalu pergi meninggalkan ruangan itu, bukan kecewa melainkan malu ternyata selama ini Juno sudah tau semuanya, ia pikir cuma dua pihak saja yang tau. Kenapa selama ini dia tidak bilang? Kan jadi malu.

Tak heran selain sepupuan mereka berdua juga sahabatan, ya mungkin karna sering bareng.

Terlebih lagi Juno adalah dokter pribadi Andre.

Sebenarnya ada hal lain yang mau Diana tanyakan, tetapi nanti aja lah dia terlanjur malu, meskipun udah lama dekat.

"Na, kamu marah sama aku." ujar Juno berjalan membuntuti Diana dengan raut datar menelusuri lorong rumah sakit.

Di parkiran

"Na, kamu pulang naik apa. Aku antar ya." tawar nya bersiap untuk memasuki kendaraannya, kebetulan jaraknya tak begitu jauh dari jangkauan nya.

"Makasih tawarannya." sambil membuka pintu mobil duduk di kursi kemudi. "Bye, kak. Baby juniorku pasti sekarang sedang nungguin bunda nya." kata Diana menyalakan mesin.

Juno masih setia berdiri di samping mobil wanita yang ia anggap sebagai adiknya, ya walaupun dulu pernah singgah di hatinya.

"Andre junior maksudnya." goda nya menaik turunkan alisnya. "Hei, jangan marah dong, bercanda." cengengesan.

Diana gelagapan sendiri. "Aku pulang dulu kak, gak enak ninggalin mereka berdua di rumah." pamitnya. Satu tangannya keluar jendela melambaikan tangan pada lelaki yang memiliki postur tinggi tegap menatap nya penuh tanda tanya.
...

Sementara itu di tempat lain dua orang terdengar sedang cek cok, iya mereka Mona dan kekasihnya tak lain ialah kakak tirinya sendiri.

"Aku mau kamu nikahin aku kak! nikahin aku!" pekik Mona penuh penekanan pada sang kekasih.

"Tidak. Sekali tidak, TIDAK." tolak nya tegas.

Mona meraih tangan lelaki yang berjalan keluar meninggalkan Apartemen nya seusai melakukan hubungan sexs tanpa adanya suatu ikatan pernikahan.

"K aku hamil empat bulan. Ini anak kita." berusaha berlari mengejar David menuju lift.

"Kamu harus tanggung jawab." serunya.

Lelaki itu berbalik menatap remeh, jijik gadis yang satu tahun lebih jadi pemuas nafsunya seraya menarik keras rambut hitam panjang nya hingga mendongak ke atas.

"Dengarkan baik baik." membisikkan sesuatu ke telinga Mona. "Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menikahimu, karna janin di perutmu bukanlah anakku." menghempaskan tubuh kecil Mona terhuyung membentur dinding.

Aagrh...

Pekik gadis itu merasakan sakit teramat sangat dibagian perutnya akibat benturan keras.

Plak

Mona berjalan tertatih tatih menampar lelaki di hadapannya.

"Apa kau bilang tadi, tanggung jawab. Hahaha, saya tidak merasa melakukan apapun denganmu, apalagi sampai menghamilimu?"

"Kau pikir aku tidak tau apa yang kau lakukan diluaran sana bersama pria pria lain, hah!" bentak nya meninju dinding salah satu unit Apartemen disana.

"Ini anakmu kak, darah daging kakak."
nafas Mona memburu naik turun.

"Kau lupa. Aku ini mandul tak bisa memiliki keturunan." ujar David terkekeh lirih dari matanya terdengar menyimpan kesedihan teramat dalam.

Mona akan membuka suara. "Dan kau wanita tak tau diri, tega menjebak ku untuk tidur bersamamu di hari pernikahanku." sambung David dengan amarah menggebu gebu, rahangnya mengeras ingin rasanya ia melenyapkan adik tirinya saat ini juga.

"Dengar, dari awal hubungan kita adalah sebuah kesalahan, jadi sampai kapanpun aku tidak akan sudi menikahimu, camkan itu." tegas David mendorong Mona menjauh darinya.

Deg

Air mata Mona luruh, ia memang egois sangat berambisi memiliki cintanya terhadap sang kakak.

"Kak...! aku mohon jangan tinggalkan aku." teriak nya.

Tanpa mereka sadari sepasang mata mendengar semua pertikaian tersebut dari balik pintu salah satu unit Apartemen dadanya sesak mendengar kenyataan bahwa lelaki yang pernah jadi suaminya ternyata.

BERSAMBUNG

IPAR KEMATIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang