11

42 1 0
                                    


Daren berdiri dengan begitu malasnya, bola matanya terus ia perhatikan pada Dian yang kala itu sedang berbincang dengan Doddy.
lagi lagi dia terasingkan, lebih tepatnya mengasingkan diri sendiri.

" Daren!" tiba tiba saja Dian datang menghampirinya.

Daren mengangkat alis tanda sahutannya.

" kita, makan bareng!" ucap Dian sedikit takut.

Daren mengkerutkan keningnya.

" Daren come on, mau sampe kapan sih asing terus sama papa?" ujar Dian.

" tadi kan kita udah makan!" balas Daren.

" itu cuman peancake kan? mana kenyang? yuk ah!" tutur Dian sedikit memaksa, sambil menarik pergelangan tangan pria itu.
Daren kali ini tak menolak, dia mengikut saja tanpa banyak bicara lagi.

***

pagi itu Cherry kembali ke aktifitasnya, dia mencoba untuk melupakan segala perdebatannya dengan Daniel kemarin.
harusnya dia tidak usah saja untuk mengajak Daniel bertemu, kenyataan yang dituturkan oleh Daniel membuat Cherry gelisah dan jadi tak tenang.
mana mungkin Samuel bisa bersatu dengan Dian kalau keadaan hubungan Samuel dan juga Daren seperti yang diceritakan Daniel kemarin?

lagipula Cherry juga sangat membenci Daren sejak lama, ditambah lagi kejadian yang menimpa dirinya.
Pagi itu Cherry berangkat lebih awal, sengaja dia pergi sendiri dengan tidak diantarkan oleh Yuda yang sudah jelas sangat susah untuk melepaskan Cherry jalan sendirian ke sekolah.

walaupun khawatir, namun Cherry tetap menolak untuk diantarkan oleh Pappynya, Taxi yang gadis itu tumpangi melaju dengan kecepatan yang normal karena memang masih banyak waktu untuk Cherry agak berlama lama.

Cherry menuntun sang sopir untuk membawanya ke apotik yang agak jauh dari rumah dan juga sekolahannya.

cewek itu turun dan menyuruh sang sopir untuk menungguinya sebentar.

sesampainya di dalam, Cherry memakai topi Hoodie agar wajahnya tidak begitu terpampang, yah meskipun tak ada satupun orang yang mengenalinya tapi tetap saja dia akan merasa malu jika menyebut benda apa yang akan ia beli.

" Kelas berapa kamu?" tanya penjaga apotik sambil mengambil barang yang dipinta oleh Cherry, untunglah dia pengunjung pertama, karena memang masih pagi sekali untuk orang orang melakukan aktifitas beli membeli obat di apotik.

" ke..Kelas sebelas!" jawab Cherry pelan.

mbak mbak itu tersenyum sambil menyerahkan benda itu, dia memegang tangan Cherry yang membuat Cherry kaget dan menatapnya dengan tatapan bulat.

" bukan buat kamu kan?" tanya mbak penjaga apotik horor.

Cherry menggeleng dan langsung menyerahkan selembar 50 ribuan, kemudian mengambil benda itu dan pergi tanpa menunggui kembaliannya lagi.

Sesampainya di sekolah, Cherry cepat cepat berlari menuju kamar mandi.
tak lupa ia mengunci pintu itu dengan rapat dan mengeceknya lagi.

Cherry mengambil tespack yang ia beli tadi, sesaat dia menatap benda yang masih terbungkus rapih itu dengan saksama dan teliti.
Masih tak percaya dengan apa yang akan dia lakukan ini, tapi dia benar benar sudah merasa takut dan gugup.

Cherry memejamkan mata dan mengatur napasnya, setelah beberapa detik, barulah dia punya keberanian untuk mencoba tespack itu.

Cherry terduduk di atas kloset dengan memandang ke arah lain sambil menunggu hasil yang akan ditampilkan benda kecil keramat itu.

dia takut dengan hasilnya, dia takut dengan segala yang sudah dia pikirkan saat ini.

Cherry menoleh perlahan sambil memejamkan mata, dia belum berani membuka, dia takut, Cherry mengatur berulang kali napasnya. Dua garis tegas, begitu jelas di penglihatan bola mata Cherry Khelino.

Merried 17Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang