18

43 1 0
                                    

Samuel melongo, dia masih belum mengerti akan ucapan kekasihnya barusan. Bahkan Yuda, Ester dan Reno pun ikut menatap wanita yang baru saja mengatakan bahwa Daren adalah adiknya. Terkecuali Cherry.

" Aku masih belom paham loh ini, kamu datang- datang langsung ngomo_"

" Aku kakak dari laki laki yang kamu bilang kurang ajar tadi!" lanjut Dian lagi, suaranya parau, matanya berkaca. Dan yah, Dian tak mampu lagi menahan air matanya.
Samuel menatap bergantian dua orang kakak beradik itu. Dia tak percaya, benar benar tak percaya.

" Cherry!!" Samuel menarik kasar Cherry dari Reno. Gadis itu sedikit meringis ketika ditarik oleh Samuel.
" Jelasin ke kakak!" Bentak Samuel secara tajam dan penuh paksaan pada sang adik.

" Gue tau Lo benci banget sama gue, tapi plis! Jangan kasar sama dia!" Daren dengan cepat berdiri di depan Cherry dan mencegat Samuel.

Samuel memandang geram Daren. Rahangnya mengeras, tangannya mengepal dengan gemetar, menandakan bahwa dia sebisa mungkin menahan emosinya.

" Plis!" lirih Daren yang sedari tadi menatap wajah Samuel tanpa paling sedikit pun.

Samuel mengumpat dan menarik pergi Dian. Entah kemana mereka pergi, namun Dian pun tak ada penolakan dan hanya mengikuti saja.
Sesaat hening, sebelum akhirnya Reno memilih pergi.

" Kamu udah gila, Cherry! Kecewa sama kamu!"  itu adalah kata kasar pertama yang dikeluarkan Reno dari mulutnya untuk Cherry.

" hiks... Hiks... Hikss.... Bang Reno!!" lirih Cherry, namun tak mempan untuk menahan langkah Reno. Cherry terisak disana, Ester mendekatinya dan mengusap pelan pundak anaknya itu.

" Mammy!" panggil Yuda.

Ester menoleh, begitu pula dengan Daren.
Cherry seakan tau, apa Yang akan dikatakan Yuda nanti. Dia tak berani mengangkat muka, matanya terpejam dan hanya bisa terisak dalam diam. Cherry tak pernah mencatat hal ini untuk kejadian hidupnya.

" dia sudah punya pilihan!"

" No, pyh!" lirih Ester yang terus memegang lengan Cherry.

" dan untuk kamu!" pandangan Yuda menajam ke arah Daren.
" saya tunggu kedatangan keluarga kamu, besok!" tekan Yuda.

Cherry menatap Yuda dengan pandangan tak percaya, begitu pula dengan Ester.

" siap om!"

Cherry berbalik dan menatap Daren yang berada di samping belakangnya dan menggeleng. Bukan ini yang dia mau, bukan menikah, dia masih ingin sekolah.

" ayo mammy!" Yuda menarik pergi Ester.

" gak bisa gitu, pappy!" bantah Ester tak terima.

Yuda menatap.

Cherry saat itu juga berlutut, dengan harap bahwa hati Yuda dapat kembali luluh. Sejujurnya bahwa Yuda benar tak sampai hati dengan aksi Cherry, Sang ratu di hatinya, Permatanya. Pria itu memandang ke arah lain, dia sudah bulat dengan keputusannya itu, untuk menikahkan Cherry diusianya yang masih 17 tahun.

Berat, tidak ada yang enteng bagi siapa saja yang mengalaminya. Namun semua demi kebaikan Cherry, bahkan bayi yang dia kandung.

Yuda memantapkan hati, dia tetap menarik paksa Ester untuk pergi, meski diiringi suara tangisan dan juga bahasa bahasa mohon dari bibir gadis itu yang membuat hati siapa saja tak tega untuk mendengarkan lirihan sakit hati Cherry. Dia ingin mengejar, namun tubuhnya benar benar sangat lemah, kehamilannya ini seakan mengambil semua energi dalam tubuhnya agar tak bisa melakukan apa apa.

.....

Samuel dan Dian dikuasai keheningan di atap rumah sakit, mata cowok itu mulai memerah, tak bisa dia tahan lagi untuk tidak menangis, dia harus menangis dan kini berhasil menangis.
" Aku nggak tau harus ngomong apa, entah siapa yang harus minta maaf dan salah pun, aku bingung!" Samuel membuka suara, namun pandangnya mengarah ke arah lain.

Merried 17Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang