Sadar

98 0 0
                                    

Sebulan lamanya Andre melakukan oprasi transplantasi jantung, namun tak kunjung sadar diri juga.

Jika ada waktu sesekali Diana datang menjenguk. Bagaimanapun pria itu adalah ayah dari anaknya, entah apa yang membuat Andre bertahan lama tanpa mau membuka mata, apa dia tidak ingin melihat pertumbuhan putranya.

Setidaknya bertanggung jawab, seperti janji sebelum kecelakaan terjadi.

"Na, kamu ada disini." sapa lelaki yang sudah jadi mantan suami.

Tak lain tak bukan ialah David, kebetulan sering berkunjung ke rumah sakit dimana abangnya dirawat.

"Mas Dav? kamu." ujar Diana sedikit ngebug.

Pasalnya baru kali ini bertemu dengan mantan suami usai perceraian keduanya dua bulan lalu.

"Aku mau jenguk abangku, boleh kan." kata lelaki pada wanita yang pernah jadi masa lalunya terlihat kaget.

Tersadar dari lamunan. "Ah, iya. Silahkan, aku juga baru jenguk abangmu."

"Bagaimana keadaan bang An." tanya David khawatir.

Mengedakkan bahunya bingung. "Err...
seperti yang kamu lihat." jawab nya.

Melihat perubahan ekpresi mantan suami Diana pun menepuk bahunya bertujuan untuk menghibur.

"Ini semua salahku." lirih nya masih bisa terdengar jelas di telinga Diana.

Ada rasa penyesalan terlihat jelas dari kedua matanya, meskipun tertutup oleh senyuman manisnya.

Dari awal diawali sebuah kesalahan, dan berakhir kekecewaan.

Menggeleng kepala pelan. "Bukan, kamu jangan salahkan diri kamu sendiri mas."

"Na, aku." ujar David ingin mengatakan sesuatu, dokter keluar dari dalam ruangan VVIP.

"Kak Jun. Ada apa?" tanya Diana melihat raut kekhawatiran dari wajah Juno. Sepertinya serius.

Tak dapat respon dari dokter dia pun menyelonong masuk disusul oleh kedua orang dibelakangnya saling memandang satu sama lain.

Belum ada tanda tanda akan sadar pada pria yang kini berbaring lemah di atas brankar dengan alat medis setia melekat di tubuhnya.

Wanita itu menatap lelaki berseragam dokter seksamana seakan meminta penjelasan.

Juno tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya seraya menggaruk tengkuk leher tak gatal.

"Aku pulang." pamit Diana kesal entah mengapa ia berharap Andre segera sadar.

Ketika hendak pergi pergelangan tangan nya tercekal. "Ada apalagi kak." tenyata itu Juno pelakunya.

Netranya melirik ke samping. Pasien merespon, jemari Andre bergerak. Diana merasa ada pergerakan langsung menatap dekat wajah tampan nya Andre.

Perlahan kedua matanya terbuka. Senyum lebar terpancar jelas dari wajahnya. Senyuman yang berbulan bulan lamanya tak terlihat.

Ingin rasanya memeluk pria itu, tetapi mengingat kembali mereka bukan siapa siapa dan kenangan pahit acak kali melihat wajah nya.

"Baby." ucap Andre pertama kali.

Ketiganya saling lempar pandang bingung.

Mengedarkan pandangan. "Apa yang terjadi baby." tanya Andre meneliti sekeliling.

Ruangan putih dan bau obat menusuk masuk ke dalam indra penciuman nya, sangat jelas jika ini antara rumah sakit atau ruangan medis pribadinya.

"Kamu ada di rumah sakit." kata Diana tau isi pikiran pria itu.

"Oh..." Andre ber Oh! seakan tau apa yang terjadi terhadapnya.

Genggaman tangan kekarnya semakin erat. "Ndre, aku." ujar nya tak enak hati.

Bagaimana tidak? dua lelaki tampan menatap nya. Juno malah tersenyum gembira, mungkin senang akhirnya saudara sepupu sekaligus sahabatnya siuman dari koma beberapa bulan pasca kecelakaan dan oprasi transplantasi.

"Dimana putra kita." tanya Andre membuat ketiganya bertambah bingung.

"Istriku kenapa, kamu kok ditanya diem aja." sambung nya merasa tak ada jawaban dari pertanyaan nya.

Deg

Istri! siapa yang dimaksud istri? jadi benar Andre sudah menikah.

Grep

Disela bengongnya tangan Diana terasa ada yang menarik, benar saja kini ia berada di atas dada bidang pria blasteran tersebut.

"Aku merindukanmu."

BERSAMBUNG

IPAR KEMATIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang