Part. 01

120 27 3
                                    

Happy reading...,

"Kenalin ya ..., aku Abyan," Seorang anak laki-laki menjulurkan tangannya kepada anak perempuan di depannya.

Bukannya membalas uluran tangan tersebut, anak perempuan itu malah mengambil selembar tisu. "Tangan kamu jorok, entar ya aku bersihin dulu," Abyan mengangguk sebagai respon.

"Udah deh ..., kenalin aku Aurora panggil aja lola," ujarnya. Lebih tepatnya sih Aurora Ningrum Prameswari, berkulit putih susu, dengan perawakan rupawan diusia yang terbilang cukup muda.

Sedangkan anak laki-laki tersebut adalah Abyan Biantara Pradipta, anak laki-laki tunggal dari keluarga yang cukup harmonis.

Seiring berjalannya waktu Abyan semakin terobsesi terhadap Aurora, ia ingin Aurora hanya bermain dengannya, perasaannya semakin menggila ketika melihat Aurora tersenyum tetapi bukan padanya, apakah ini sifat anak laki-laki yang berumur 12 tahun?

"Lola mainnya sama aku aja jangan sama yang lain ya ...," ungkap Abyan. Dengan keras Aurora menggeleng. "Kok kamu gitu sih, kita kan nggak boleh milih-milih teman." ujarnya kepada Abyan.

Abyan menyergit, alisnya mengkerut ketika jawaban tersebut keluar dari bibir kecil Aurora. "Ya udah kalau itu yang lola mau, awas ya kalau lola ngeluh ke Aku."

Seminggu berlalu Abyan telah menunggu sampai saat ini tiba, dia sengaja duduk di taman bermain sembari menunggu kedatangan Aurora.

Tidak lama kemudian terdengar langkah kaki dengan suara tangis yang menggebu-gebu.

"Byaaann ...," panggil Aurora dengan mata sendunya.

"Lola kenapa?" Abyan sengaja bertanya meskipun dia tau alasan utama mengapa Aurora menangis.

"Mereka ngejauhin aku, katanya mereka nggak mau lagi temanan sama aku, sekarang teman lola cuman Byan," ujarnya.

Mendengar jawaban Aurora, dalam hati Byan tertawa lepas, benar-benar sangat puas mengingat hasil kerja kerasnya seminggu silam.

"Kalian temanan sama cewek yang namanya lola? Eh..., bukan lola maksudnya Aurora," tanya Abyan kepada sekelompok anak-anak di depannya.

Salah seorang tersebut mengangguk. "Iya,"

“Tolong jauhin Aurora, bila perlu ngga usah teman sama dia,” tegas Byan sambil menatap tajam.

"Emangnya kenapa?" Seseorang dari mereka kembali bertanya.

"Karena dia cuman punya aku, kalau kalian nggak mau ntar aku suruh papa aku biar papa kalian dipecat. Beres 'kan?" Dengan senyum miringnya Abyan terkekeh, merasa terancam mendegar hal tersebut mereka langsung mengiyakan ucapan Byan.

"Dan satu lagi, awas aja kalian bilang ke Aurora kalau aku yang nyuruh kalian buat jauhin dia, inget, ya!" Kata-kata Abyan terdengar ringan. Namun, cukup untuk menekan lawan bicaranya.

"Yan...."

"Byan...,"

"Abyan...," ujar Aurora mengguncang lengannya

Lamunan panjang tadi seketika buyar karena Aurora memanggilnya.

"Nah..., kan aku udah bilang jangan temanan sama mereka tapi kamu ngeyel sih, nyesel kan sekarang?" ujar Abyan, ekspresinya terlihat begitu peduli namun di dalam hatinya dia berpesta ria merayakan kemenangannya.

"Ya udah deh lola mau pulang dulu, besok dulu ya mainnya," ujar Aurora sembari melangkah meninggalkan Abyan.

"Sampai ketemu lola," teriak Abyan.

"Alright that's my Aurora," batinnya tersenyum puas.

Keesokan harinya selepas pulang sekolah, Abyan sudah lebih dulu tiba ditaman bermain dan bertemu dengan sekelompok anak-anak yang telah dia ancam sebelumnya.

Terjadi keributan kecil tetapi, Abyan duluan yang memulai pertengkaran tersebut.

"Hey kalian nggak boleh gitu sama Abyan," ujar Aurora yang baru saja datang, dan hanya mendengar ekor permasalahan tersebut.

Aurora kaget melihat anak laki-laki memukul Abyan. Namun, dia tidak tau kalau Abyan yang duluan memukul kepala anak tersebut, jujur saja Abyan merasa jengkel melihat tingkah anak laki-laki tersebut sehingga dia langsung memukulnya tanpa aba-aba.

"Byan nggakpapa?" Mendengar Aurora mengkhawatirkannnya dia langsung menangis sembari merengek kesakitan.

Ekspresinya berubah total, benar-benar anak laki-laki yang gila, dimana ekspresi yang merasa tidak bersalah dan menantang tadi?

Hari berganti dengan cepat Abyan harus merelakan Aurora, dirinya
benar-benar patah semangat dengan perpisahan yang tiba-tiba. Aurora akan pindah ke kota lain, dan tak akan bertemu dengannya lagi. Tapi, bukan Abyan namanya kalau tidak gila, dia pasti akan mengejar Auroranya itu.

"Janji, ya?" Abyan mengangkat jari kelingkingnya.

Merasa hanya candaan, Aurora mengiyakan ucapan Abyan. Entah apa yang dijanjikan itu.

"See you next time Aurora," bisiknya di telinga Aurora.

Please vote ya...,
Seenggaknya biar ngasihhh semangat buat nuliss☺️

CRAZY BOY[ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang