Happy reading...,
"Turun kalian bertiga!" Teriak penjaga gerbang yang tengah berkeliling.
Ini situasi anjir atau buset? Mereka kedapatan tengah melompati pagar sekolah, dan sialnya hal tersebut diketahui oleh penjaga gerbang.
"Kurang ganteng apa sih kita sampe masuk ruang bk?" tanya Kavian seperti orang dongo.
"Lo tolol atau goblok? Ini bukan perkara ganteng atau semacamnya. Tapi, karena kita bikin pelanggaran," balas Rafasya kesal.
"Lo pada mending diam deh. Nggak lihat tuh? Wajah bu Vivi kayak mau makan orang." Tegur Abyan kepada dua orang temannya
"Punya anak didik berasa punya monyet lepas kandang! Apa gunanya diciptakan gerbang kalau kalian masih lompat pagar? Kalian sudah mau lulus, bisa tidak jangan bikin ulah?" ujar bu Vivi. Rasanya dia ingin pensiun dari jabatannya sebagai guru bk.
"Apa gunanya guru bk kalau nggak ada murid nakal?" Monolog Kavian. Namun, suaranya masih bisa didengar oleh guru berhijab itu.
Bu Vivi yang ingin menyelesaikan masalah secara baik-baik malah dibuat naik pitam oleh perkataan Kavian. "Apa kamu bilang? Kalian bertiga cepat keliling Lapangan!" Nada suara bu Vivi naik 6 oktaf.
"Ah keliling doang mah gampang," ujar Abyan.
"Kelilingnya pakai mukena dari musholah sekolah," ujar bu Vivi.
Seperti tersambar petir disiang bolong, mereka bertiga terkejut dengan apa yang dikatakan bu Vivi.
"Bu Vivi bisa aja kalau bercanda," Rafasya masih tak percaya dengan ucapan gurunya.
"Saya nggak bercanda, buruan pakai mukenanya terus lari keliling lapangan," ujar bu Vivi dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan.
Keliling lapangan pakai mukena? Yang bener aja, rugi dong. Hilang sudah image yang selama ini mereka jaga dengan baik.
"Kavi!" Teriak Rafasya kesal. Ini semua gara-gara Kavian. Coba saja kalau mulutnya tidak ceplas ceplos, pasti mereka akan aman sekarang.
"Ya udah sih wir, ini juga salah kita. Siapa suruh lompat pagar, lagian sekolah ini ada-ada aja metode hukumannya." ujar Kavian pasrah.
Seolah tak cukup menghukum mereka dengan mengepel 8 gedung sekaligus, sekarang mereka malah dihukum dengan berlari di tengah lapangan menggunakan mukena.
"Eyyoo..., cantik banget gue." ujar Kavian mengangkat cerminnya tinggi-tinggi.
"Please lah gue malu banget," Keluh Rafasya, dirinya ingin melarikan diri dari kondisi saat ini.
"Ya udah sih wir," Abyan malah ikut-ikutan pasrah.
Disinilah mereka sekarang, berlari di tengah lapangan menjadi tontonan banyak orang.
"Shit!" Abyan lupa, ternyata di sekolahnya ada Aurora.
Di sebrang sana terlihat Aurora sedang memotret mereka, sesekali dia tertawa. "Say cheese...," ujar Kavian mengangkat dua jarinya. Tak lupa dengan deretan giginya yang tampak begitu rapi.
"Kavian!" Sekarang giliran Abyan yang frustasi. Malu sungguh sangat malu.
"Ya udah sih wir," ujar Rafasnya tertawa sembari memukul bahu Abyan.
•••••••••
Usai melaksanakan hukumannya mereka bertiga kembali ke kelas.
Terlihat Devika yang mukanya memerah akibat tertawa. "Lo cantik sya," ujarnya pada laki-laki didepannya."Makasih, ya." Dibilang cantik saja sudah membuatnya salting.
"Kesambet lo sya?" Bingung Kavian melihat tingkah temannya.
"Iya." ujar Rafasya.
"Dih! Otaknya nggak bisa jalan lagi," ujar Kavian sembari membuka mukenanya.
Usai kejadian tersebut, kegiatan sekolah terus berlanjut hingga bell istirahat berbunyi.
"Ra!" Teriak Abyan dari lantai dua.
Bukan jawaban yang diterima Abyan melainkan wajah bingung Aurora.
"Rok lo ketinggalan di rumah gue!" Abyan kembali berteriak tanpa memikirkan situasi saat ini.
"Si tolol." batin Aurora malu, wajahnya sudah merah padam. Dirinya menjadi pusat perhatian akibat teriakan Abyan.
"WTF! Lo apain Aurora?" Kaget Kavian.
"Enggak ngapa-ngapain," ujar Abyan.
"Terus kenapa roknya ada di lo?" Timpal Rafasya.
"Gue udah nikah sama dia," ujar Abyan ngawur.
"Serius?" Kompak Rafasya dan Kavian.
"Just kidding bro, yakali nikah. Aurora belum cukup umur" ujar Abyan kembali tertawa.
Sementara di bawah sana Aurora sudah menjadi trending topik.
"Mereka ngapain?"
"Cewek nggak benar nih,"
"Mana masih mudah,"
"Makanya cantik, lo pada iri 'kan?"
Bisik-bisikan terdengar jelas di telinga Aurora.
"Heh! Lo pada punya bukti, ha?" Teriak Ayleen membela temannya.
"Ya udah sih, ngapain ngeladenin mereka" ujar Aurora tertawa.
Aurora adalah tipe orang yang paling santai yang pernah ditemui Ayleen.
Dia tidak akan mempermasalahkan sesuatu selagi itu bukan kesalahannya.Please vote.