Part. 08

45 15 0
                                    

Happy reading...,

Usai mengajaknya dengan paksa, kini Abyan membawanya ke pasar malam.

"Ra, mau nggak?" Abyan menawarkan gulali kepadanya.

"Mau,"

"Ya udah, bang gulalinya dua, ya." ujar Abyan.

"Byan, gue mau naik itu," ujar Aurora menunjuk bianglala yang tengah berputar.

"Iya deh, tunggu abis ngambil gulali dulu."

Diiringi hembusan angin, mereka tengah berada di atas bianglala.
Duduknya berhadapan.

"Shit! Gue harus tahan, bisa rusak image gue kalau Rora tau gue mabuk bianglala," batin Abyan, dirinya ingin mengeluarkan semua isi perutnya. Sejak kecil Abyan mabuk bianglala sehingga dia jarang sekali menaiki wahana tersebut.

"Lo kenapa? Oh..., lo mabuk, ya?" tanya Aurora dengan wajah isengnya.

"Enggaklah!" Abyan mengelak.

"Yakin?" Aurora bertanya diikuti dengan tawa kecilnya.

"Nggakpapa gue redflag, semua yang gue lakuin demi lo Ra, gue rela ngelakuin apapun buat lo." batin Abyan tersenyum melihat Aurora yang tengah celingak-celinguk melihat pemandangan.

Abyan sadar, dirinya memang redflag. Tapi, kalau tidak dengan cara itu, bagaimana lagi caranya untuk mendapatkan teman masa kecilnya ini.

Usai mereka berkeliling, mereka langsung bergegas kerumah.

"Ra...," tegur Abyan pada Aurora. Namun, pemilik nama tersebut tidak menjawabnya.

Merasa pundaknya berat, Abyan baru sadar ternyata Aurora ketiduran.
Dengan kondisi saat ini dia langsung mengambil handphonenya dan memotret Aurora, dirinya puas dengan hasil potretnya. "Sekali tepuk dua nyamuk sekaligus, selain dapetin foto Rora, bisa juga buat manas-manasin Zergan."

"Udah nyampe?" tanya Aurora yang baru bangun dari tidurnya.

"Udah sayang," ujar Abyan.

"Ha?"

"Enggak, buruan turun dari motor, gue udah ngantuk." ujar Abyan.

Aurora bergegas turun dari motor dan langsung menuju ke kamar. Namun, dia salah kamar, mengapa dia menuju kekamar Abyan? Bukankah tempatnya di kamar tamu.

Usai memakirkan kendarannya
Abyan bergegas ke kamar, betapa terkejutnya dia ketika melihat Aurora yang tengah tertidur tenang.

"Rora..., dimana tingkat kewaspadaannya sebagai cewek? Lo bakal habis kalau gue cowok mesum, mana kamarnya nggak dikunci lagi." ujarnya menatap Aurora sembari memakaikannya selimut.

Dirinya kemudian kembali memotret Aurora, rasanya rugi kalau kesempatan ini disia-siakan. Sudah banyak sekali potret Aurora di handphonenya.

Terpaksa Abyan yang tidur di kamar tamu. "Pindah kamar dikit nggak ngaruh wir."

Esok paginya, orang tua Abyan belum pulang. "Mama pulangnya kapan?" tanya Abyan kepada orang tuanya.

"Lusa baru bisa pulang soalnya sibuk banget," ujar Ibunya.

"Rora belum pulang?" ibunya kembali bertanya.

"Belum, ma"

"Awas kamu macem-macem, ya." Ancam sang ibu.

"Iya ma, iya..., "

"Udah dulu kalau gitu, mama mau lanjut kerja," pamit sang ibu memutuskan sambungannya.

"Ra...," ujar Abyan mengetuk-ngetuk pintu kamar.

"Aurora," Dirinya masih setia menunggu Aurora di depan pintu.

Selang beberapa menit, terlihat remaja yang tengah mengucek-ngucek matanya. "Byan..., lo ngapain di kamar gue?" tanya Aurora tanpa dosa.

"Tuan putri..., lo punya mata 'kan? Atau lo amnesia karena naik bianglala semalam? Ini tuh kamar gue, lagi pula lo nginap di rumah gue. Buruan sadar!" tegas Abyan sembari menyentil jidat Aurora.

"O-oh..., gue nginap di rumah lo?" ujar Aurora tak lupa dengan cengiran yang diperlihatkan pada Abyan.

Belum sepenuhnya sadar tiba-tiba dia kembali bersuara. "Ini hari apa?" tanya Rora panik ingin melihat jam dinding. Dirinya takut kalau nanti  akan telat ke sekolah. Dia kemudian mencari letak jam dinding dirumah tersebut. Namun, ketika hendak berlari, tangannya dicekal oleh Abyan.

"Ini hari minggu Ra!" Abyan mulai kehilangan kesabarannya. Sebab tingkah Aurora hampir membuatnya frustasi.

"E-eh, mwehehehe.... " Aurora kembali cekikikan, tiba-tiba dia menjadi sangat konyol.

"Duh..., malu banget!" batin Aurora, rasanya dia ingin menghilang dari hadapan Abyan.

"Ya udah ayo makan dulu,"

"Ini beneran gue baru bangun langsung makan?" batin Aurora.

Melihat Aurora yang melamun, Abyan langsung menegurnya. "Kenapa Ra? Lo nggak mau makan?" tanya Abyan yang tampak kecewa.

"B-bukan gitu. Tapi, ini beneran, gue baru bangun langsung makan? Gue malu." ujar Aurora merasa bersalah.

"Ngapain malu? Gue yang masak jadi lo bebas makan apa aja." Tawa Abyan pecah ketika melihat ekspresi Aurora.

"Lo harus terbiasa sama perhatian yang gue kasih Aurora...." batin Abyan tersenyum.

"Emm..., ya udah deh." ujar Rora melangkah ke ruang makan sembari menarik tangan Abyan.

"Nice!" batin Abyan, dirinya membuat satu langkah kemajuan.

Please vote.

CRAZY BOY[ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang