Happy reading...,
Pagi-pagi sekali rahang Rafasya sudah dibuat tegang dengan tingkah Zergan. "Minggir! Ini tempat duduk gue." ujar Rafasya dengan nada rendahnya.
"Lo duduk aja di kursi lain, gue malas pindah-pindah." sahut Zergan.
"Lo 'kan murid baru, kok banyak mau sih. Lagi pula dari awal ini tempat duduk gue." Rafasya tak mau kalah dengan manusia sinting didepannya ini.
"Oke..., gue boleh pindah asalkan cewek disamping gue juga ikut pindah." pinta Zergan sembari menyenggol lengan Devika.
Devika tersentak kaget dengan tingkah Zergan yang tiba-tiba.
Melihat tingkah Zergan yang kurang ajar, Rafasya sudah tak tahan, ditambah lagi Zergan menggoda gadisnya. "Nyari penyakit lo." ujar Rafasya, masih dengan nada rendah. Namun, emosinya benar-benar sudah terbakar.
"Pindah atau gue pindahin?" tawar Rafasya masih sangat sopan.
Melihat reaksi lawan bicaranya, Zergan memilih untuk pindah, bisa-bisa dia menjadi abu jika berhadapan dengan Rafasya, apalagi menyangkut Devika.
"Iya gue pindah." ujar Zergan.
"Gitu dong, lo tambah keren kalau nurut." Rafasya tersenyum sembari membenarkan kerah baju Zergan.
"Apa sih! Nggak usah pegang-pegang!" Zergan menepis tangan Rafasya.
Drama singkat tersebut menjadi tontonan gratis bagi Kavian. "Wahh..., seru juga nih." Dirinya tersenyum bangga melihat Rafasya.
"Lo nggak kenapa-kenapa, Vika?" tanya Rafasya yang baru saja memposisikan dirinya disamping gadis yang pikirannya tengah kosong.
"Nggak apa-apa, makasih ya." sahut Devika.
"Kalau ada apa-apa kasih tau gue, ya?" pinta Rafasya yang kemudian hanya dibalas anggukan oleh Devika.
Sementara itu diruangan yang lain, sudah ada Aurora yang bergulat dengan isi pikirannya.
"Keputusan gue udah bener nggak sih?" Monolognya.
"Udah bener sayang..., apalagi yang kamu raguin dari aku?" sahut Abyan yang entah darimana datangnya.
"Abyan?" Aurora terkejut dengan keberadaan manusia setinggi tiang itu.
"Ragu? Kalau kamu lapar? Aku masakin sayang, kamu mau jalan? Aku antarin sekaligus aku jajanin, kamu takut? Aku temenin, kamu nggak bisa? Aku ajarin, kamu capek? Bahu aku siap untuk disandarin kamu cantik." jelas Abyan sembari memperhatikan Aurora.
"Bu-bukan gitu maksudnya..., kita pacarannya cuman bohongan 'kan?" jawab Aurora.
"Kalau bisa beneran kenapa harus bohongan?" Abyan tak mau kalah dengan manusia didepannya ini.
"Ha..., maksudnya?" Alis Aurora mengkerut ketika mendengar ucapan Abyan.
"Tau ah asu! Nih cewek lama-lama gue telan juga. Dia nggak peka atau emang sinting, maunya ngode pake sandi morse atau apa biar dia ngerti?" Abyan mendengus kesal.
"Kamu kenapa?" tanya Aurora ketika melihat ekspresi Abyan yang berubah.
"Nggak apa-apa, udah makan belum? Aku udah masakin bekal buat kamu." sahut Abyan.
"Ha...! Kamu buatin aku bekal?" Aurora cukup terkejut dengan tingkah Abyan akhir-akhir ini.
"Ya udah ayok, ntar keburu masuk." jawab Abyan sembari menarik tangan cantik itu menuju kelas Abyan.
"Bentar..., aku ke toilet dulu." ujar Aurora.
Lama menunggu. Namun, gadisnya tak kunjung menemuinya, Abyan kemudian memanggil Ayleen untuk mengecek kondisi Aurora karena tak mungkin jika dirinya yang masuk ke toilet wanita
"Gimana ada nggak?" tanya Abyan sedikit gugup.
Ayleen menggeleng karena memang tak menemukan Aurora.
Melihat reaksi lawan bicaranya, Abyan cepat-cepat menghubungi Kavian.
"Hallo, didalam kelas ada murid baru itu nggak?
Eh tumben lo nanyain tapi
disini nggak ada diaDetik berikutnya suara sambungan terputus dari pihak Abyan. "Lah dimatiin." celetuk Kavian.
"Berani lo nyentuh Aurora, gue patahin selangkangan lo!" Abyan terus melangkah sembari menyumpah serapahi Zergan.
Dalam kondisi panik tadi, dia lupa kalau dia memasang pelacak lokasi pada handphone milik Aurora.
Langkah kakinya semakin cepat, dia tidak memperdulikan bell istirahat yang telah usai.
Sementara itu ditempat lain...,
"Lepasin gue!" pinta Aurora.
"Enggak! Sebelum kamu jawab!" Nada suara Zergan naik 3 oktaf.
"Emangnya kenapa kalau anak gue? Masalah buat lo?" Aurora tak mau kalah dengan gertakan Zergan yang tidak seberapa itu.
"Jawab aku, anak kemarin anak siapa Aurora!" Zergan memegang kedua tangan Aurora dan langsung mengurungnya.
"Lepasin Zergan!" Aurora tak nyaman dengan posisi saat ini.
"Ah..., kamu cantik banget sayang...," ucap Zergan secara tiba-tiba. Benar-benar manusia yang penuh dengan nafsu.
Melihat reaksi Zergan, akhirnya Aurora memberontak. Namun, nihil usahanya sia-sia.
"Semakin kamu gerak, aku semakin suka, kebetulan disini sepi, aku mau bikin dedek bayi yang lucu kayak anak kemarin." ucap Zergan.
"See? You feel it? Aku tegang sayang." Zergan semakin gencar menggoda Aurora.
"Enggak..., gue nggak mau." batin Aurora, dirinya sudah menangis sedari tadi dikarenakan tingkah Zergan yang gila.
Please vote.