[S2.Bab 22//Hiraeth]

2.5K 162 46
                                    


Hanky beranjak dari tempatnya, pria itu berlari menuju lif meninggalkan apartemen Lindha, ini terlalu menyakitkan untuknya. Melihat itu Malena merasa sangat bersalah dan ia pikir untuk menenangkan atau mungkin memberi Hanky pengertian tentang kondisinya saat ini, namun Nic menahannya.

"Udah Len, nggak usah temuin dia dulu."

"Tapi kalo terjadi apa-apa sama kak Hanky?" Tanya Malena yang sangat khawatir dengan kondisi Hanky.

"Dia laki-laki dan dia harus bisa terima kenyataan, selama ini kayanya kamu terlalu mikirin perasaan nggak enakan sama dia dan itu bikin dia jadi berharap banyak ke kamu. Sorry bukan aku nyalahin kamu, sifat kamu kaya gitu pun bukan berarti buruk, tapi bisa jadi itu malah bikin kamu salah langkah kalo niat kamu emang pengen Hanky lepasin kamu," saran Nic.

"Kak Nic bener Len, terkadang kita sebagai perempuan pun harus bisa lebih tegas, kamu udah berani jujur sama kak Hanky, itu berarti kamu harus paham apa akibatnya, dan kamu harus tegas sama komitmen kamu sendiri. Kalo kemu ingin bersama kak Vano, berarti biarin kak Hanky terima kenyataan. Sekalipun kamu ngerasa diri kamu jahat karena bikin dia sakit hati, tapi mana yang lebih sakit? terus bersikap lemah dan akhirnya tetep nggak bisa kasih dia harapan? atau justru bersikap tegas dan biarin dia ngerasain sakit tapi setelah itu sedikit demi sedikit move on? inget Len, setiap keadaan itu pasti bakalan berlalu, dan aku yakin kak Hanky pasti bisa terima keputusan kamu, dia cuma butuh waktu aja," timpal Lindha.

Lindha dan Nic benar, setiap orang memang akan menghadapi situasi dimana dia harus memilih dan merasakan sakit. Namun itulah proses manusia belajar tentang sebuah hubungan. Seperti halnya yang telah Malena lalui selama ini. Dia bisa bertahan dan akhirnya kembali pada Jevano dan Gio, itu karena perjuangan dan kesabarannya. Dan Malena yakin kalau Hanky akan bisa melakukannya sama seperti Malena, bertahan untuk masa depannya.




•°•°•°•



Kini Malena sudah sampai di rumah Jevano, ia lihat jam yang melingkar di tangannya, sudah pukul 6 sore, itu berarti dia sudah cukup lama pergi.
Tak lama terdengar suara Gio berlari ke arahnya, bocah itu tampak senang melihat kepulangan Malena karena dia langsung memeluk sang ibu.

Dari arah dalam Jevano berjalan sambil menatap Malena dengan tatapan tanya, tentu Malena berhutang penjelasan pada suaminya karena sudah sekitar 5 jam dia pergi keluar rumah meninggalkan Gio dan Jevano.

"Sayang... kamu sudah makan belum?" tanya Malena pada Gio.

Gio mengangguk. "Papa pesan makanan, enak banget makanannya."

Malena tersenyum dan melihat ke arah meja makan yang dipenuhi dengan bekas kotak pizza di atasnya, rupanya Jevano membeli pizza untuk makan malam Gio.

Namun saat Malena perhatikan, ia melihat wajah puteranya agak pucat, terlihat ada kelingan mata juga di bawah mata anak itu.

"Gio sudah minum obat?"

Lagi-lagi Gio mengangguk. "Papa sudah kasih Gio obat."

"Okay... ya sudah, kalo gitu Gio main dulu di ruang bermain, boleh?"

Gio pun mengangguk sambil tersenyum. "Nanti mama suster temani Gio main kan?"

"Boleh sayang, nanti mama ke atas ya, mau ganti baju dulu, boleh?"

"Boleh, kalo gitu Gio tunggu di ruang bermain." Setelah itu Gio berjalan menaiki tangga menuju lantai dua dimana ruangan bermain berada.

Tinggal kini Jevano mendekati Malena untuk mendengarkan cerita Malena tentang apa saja yang Malena lakukan di rumah Lindha.

"Jadi... gimana?" tanya Jevano sembari membimbing Malena untuk duduk di sofa dengannya.

"Seperti dugaan kakak, Rena nyelidikin aku sampe ke kak Hanky. Tapi..."

Simpanan Sepupu Ipar//Nomin GS🔞 END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang