33. First date

1.6K 145 129
                                    

'Flashback'

Senada Putra adalah orang yang paling males bangun pagi dihari minggu, menurutnya itu cuma buang buang waktu, tanggal merah diciptakan agar para manusia dibumi bisa beristirahat dari kegiatan melelahkan selama weekday, termasuk dia yang full sekolah selama 6 hari, dari senin hingga sabtu dipaksa mandi jam 5 pagi, kadang saking tidak relanya jadwal tidurnya diganggu, tak jarang Sena tidur lagi dimeja makan.

Mengetahui Sena menentang diganggu ketika weekend, tak ada yang akan membangunkannya hingga dia turun sendiri buat makan.

Namun, minggu pertama dibulan Juli, segalanya berubah, gelebuk angin subuh tak segan merayu dia merapatkan selimut kala tubuhnya bergerak lembut, melinguk kesana kemari mencari posisi nyaman, dengan harapan mimpi indahnya yang datang menjelang fajar tidak terputus, labiumnya tertarik lukiskan senyum manis seraya merenggut,

Kamarnya masih gelap gulita, itu yang Sena tangkap, dia yang punya pendengaran sensitif mudah terbangun jika ada seseorang yang masuk kedalam kamarnya, Sena lupa tidak mengunci pintu semalem.

"Bang, bangun."

Getaran gelombang suara milik Risa berbaur bersama mimpi mimpinya, kemudian bayangan wanita cantik diusia kepala 4 itu memenuhi penglihatannya yang remang oleh cahaya lampu dari arah luar kamarnya, berarti kehadiran Risa benar benar ada, bukan mimpi belaka. "Emhh." Gumam Sena seadanya, dia akan bertahan supaya tubuhnya tetap menempel diatas kasur empuknya.

"Bangun ih."

Kerutan didahi Sena mengendur ketika Risa mengurutnya pelan, dia tau anak keduanya ini tidak suka dibangunkan paksa, "Ada temen abang dibawah, katanya udah janjian mau piknik sama kamu."

Sena yang tadinya males menanggapi, perlahan menyerahkan dirinya pada Risa, mata ngantuk yang awalnya tidak bisa ditahan mendadak segar, menebak sendiri siapa teman yang Risa maksud, karna seinget dirinya, tidak ada siapapun yang membuat janji dengannya.

"Siapa ?" Tanya Sena serak,

Risa berdiri buat menyalakan saklar biar Sena sepenuhnya sadar, seusai lampu menyala, dia duduk kembali ditepian kasur, wajah sumringah Risa mengundang tanda tanya dikepala Sena,

Bukan hal aneh Risa bangun dijam 5 pagi, dia ibu rumah tangga yang terbiasa membuat sarapan meski dihari libur, makannya ngeliat Risa sudah rapih subuh subuh begini, Sena tidak kaget, yang bikin dia bertanya tanya, mimik wajahnya yang memancarkan kekehan halus diiringi godaan lewat cubitan dipipi bulatnya.

"Cie, malu malu kucing, sok gak mau mengakui.--"

"Jangan maen rahasia rahasiaan, bunda udah tau ini. Hadha kalau gak pake baju sekolah makin ganteng yah bang, dewasa gitu orang nya, bunda suka deh--"

"Mana rajin banget, jam segini udah kesini, eh yang mau diapelin masih molor."

Sebuah pernyataan Risa mampu membawa seluruh jiwanya berkumpul hingga Sena memiliki kesadaran penuh untuk bangun dengan mata terbuka sempurna, seolah mimpi indahnya adalah permulaan bagaimana raganya dilanda badai kecemasan, serta serat keberanian yang dirobek akan kesigapan Hadha dalam menjalankan aksinya mendekati dirinya.

"Bun, aku belum cerita apapun ?"

Ini bukan kali pertama Hadha berkunjung, dikesempatan yang lalu lelaki yang Sena akui perubahan penampilannya cukup drastis dibanding saat pertama kali dia liat digerbang 1 taun silam, sering melewati blok rumahnya dengan beralesan lari dihari minggu, atau sengaja melewati rumahnya setiap berangkat sekolah dengan alesan tidak masuk akal. "Selamat pagi tante, Oh ini rumahnya Sena yah ? Aku temen satu sekolahnya tan, biasa mau lari pagi." Sapaan singkat terhadap Risa yang kemudian berubah jadi obrolan panjang, sampe Risa tak sungkan mengundang Hadha masuk kerumahnya.

Asmalibrasi | HyucknaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang