14. Ease (Ketentraman)

2.2K 184 54
                                    

Baskara telah sepenuhnya tenggelam saat Sena tiba dengan raut panik, tanpa bertanya, dia menghampiri Hadha yang setengah duduk diatas ranjang rumah sakit.

Wajahnya penuh lebam, sebelah mata terlihat biru dan agak bengkak, sementara tangan kiri digift, namun tidak separah keliatannya, karna Hadha baru dipergoki lagi mabar, kedua ibu jarinya bekerja aktif diatas layar ponsel tanpa gangguan setibanya dia disana, malah sekoyong koyongnya Hadha, dia sempat meminta Sena memberinya jeda sampai game itu selesai dia menangkan.

'bentar Ay, tinggal satu lagi musuh aku, mati dia'

Berakhirnya game, kayanya berakhirnya juga Hadha hari ini.

Sapaan ramah dari pemilik kulit tan dibalas kerutan kening kecewa, Hadha berdehem mencoba melarikan diri, menghindari dari kemungkinan omelan Sena, yang pasti setiap abjad akan dia utarakan.

Sena kecewa, perihal dia tau Hadha dilarikan kerumah sakit karna dikeroyok dari Aslan, kalau saja lelaki berambut pirang itu tidak tiba tiba mampir kerumahnya, dan keceplosan bilang Hadha dirawat, dia tidak akan tau. Si pacar keras kepalanya ini bukan tipe orang yang bakalan jujur soal sakitnya, memakai berbagai alesan ketika Sena bertanya, kenapa Hadha tidak datang kerumahnya, Sena tau, diotak Hadha, sebelum dia datang, pasti sedang menyusun rencana terbaik untuk bersembunyi, sampai lebam lebam diwajahnya menghilang.

Bagi si pemilik wajah manis, salah satu tujuan pacaran, ya supaya bisa berbagi segala sesuatu dengan pasangannya, jadi menurut Sena, Hadha harus belajar buat berbagi rasa sakitnya, dia slalu memaksa agar Sena tidak menganggapnya orang lain, tapi dia sendiri slalu menjadikannya orang lain.

Padahal kan saling berbagi keluh kesah, adalah bentuk dari keterbukaan yang didasarkan ketulusan, beberapa ahli psikolgi juga mengindentikkan dengan genuiness dan ada pula yang mengistilahkannya dengan authentic. Cuma masalahnya, Sena kayanya tidak bisa terlalu menuntut, satu satunya alesan yang bakalan dia dengar, adalah Hadha pasti tidak mau dia khawatir, atau panik.

Terbukti, sebelum berlari meminta Arji mengantarkannya, dia harus ditenangkan Risa lebih lebih dulu karna sesak nafas, belum lagi badannya yang melemas, gemetar tak karuan.

"Aku gak papa kok, nih liat, jari jari aku masih bisa dipake maen pubg. " 2 lengannya diangkat, kesepuluh jari digerakan, menandakan semuanya masih berfunsi selayaknya.

"Gak ada kata lain yang mau kamu ucapin gitu Dha ? aku buru buru kesini, takut kamu kenapa kenapa, khawatirnya aku jangan kamu sepelein."

Mulut Hadha terkatup bungkam, sudut mata Sena berair, semua kalimatnya dibarengi suara yang menahan agar dia tidak benar benar menangis.

Ini bukan ruangan vip, Hadha berada disatu tempat dengan pasien lainnya, dia hanya akan tinggal sampe cairan infusnya habis, tidak perlu bayar mahal mahal cuma buat gabut nungguin tiap tetes cairan bening itu masuk ketubuhnya.

Agak membingungkan sih, dia cuma dipukulin, tapi dokter masang infusan.

Hadha menggaruk alis, mengetahui bahwa dia baru saja salah bicara. Sena berpaling menghindar, sekiranya ada sekitar 2 sampe 3 orang diruangan itu yang menaruh atensi pada keduanya, rusuhnya Sena waktu datang sudah mencuri setiap perhatian seluruh penghuni. Tanpa bicara, Hadha turun, berhasil membuat Sena memasang tatapan nyalang, namun memilih tidak berkomentar, waktu Hadha menutup tirai mengelilingi ranjangnya.

Mereka perlu bicara tanpa jadi pusat perhatian.

Selesai,

Hadha kembali duduk, menepuk ruang kosong didepannya agar Sena melakukan hal yang sama, untung si kucing lagi mau jinak, tidak perlu repot repot memaksa. Pipi tembemnya ditangkup, Hadha bisa dengan mudah menangkap raut kesal dari cara dia memayunkan dan mengerutkan kening. "Maaf udah bikin kamu khawatir, tapi Ay, gak ada yang serius, cuma lebam doang, yang seminggu ilang.--"

Asmalibrasi | HyucknaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang