Boruto geleng-geleng kepala. "Kamu tidak pernah berubah ya, masih saja mempercayai semua itu."
Sarada mendengus. "Tentu saja, buktinya salah satu diantaranya terjadi sendiri kepada kita."
Boruto terkekeh. "Benar juga."
Sarada menatap pada dinding di depannya. "Sekarang bagaimana?"
"Apanya?" tanya Boruto.
"Apa benar-benar harus hidup di sini? Sedangkan perburuanku saja belum menghasilkan apapun." Apakah mereka harus hidup di dunia yang aneh ini? Rasanya, Sarada ingin kembali saja.
Boruto mengedikkan bahunya. "Ya mau tidak mau. 'kan si penyihir sudah bilang, kita tak akan pernah bisa kembali. Jalani saja terlebih dahulu hidup di sini, kamu akan beradaptasi, dan bisa. Buktinya, saya juga seperti itu di sini, hanya dalam kurun waktu sekitar 7 bulanan di sini, sudah bisa menyesuaikan, dan tau macam-macam."
Mata Sarada terbelalak. "7 bulan?" Boruto mengangguk. "Ya."
"Hei! Di sana kau tiada baru 1 bulan!"
Boruto mengedikkan bahunya. "Artinya, waktu di dunia kita, dan dunia sekarang ini berbeda. Mari awali kembali, Uchiha Sarada. Saya benar-benar minta maaf atas luka yang dulu kamu alami, dan sekarang izinkan saya mengobatinya dan memperbaiki hubungan kita, walau di dunia dan kehidupan yang berbeda. Saya mencintaimu, Putri Uchiha Sarada." Boruto menatap dalam mata kelam wanita di depannya. Mencoba meyakinkan Sarada akan ucapannya.
***
Boruto tergopoh-gopoh menuntun Sarada menapaki lorong Rumah sakit. Salah kaprah jika kalian kira Sarada akan melahirkan. Setengah jam yang lalu, mereka mendapatkan tentang kabar tidak mengenakkan. Bumi mengalami kecelakaan.
Tiba di depan ruang UGD, mereka semakin panik kala melihat para perawat mendorong brankar dengan tubuh Bumi yang terbaring di atasnya. Boruto segera menghentikannya. "Tunggu! Akan kalian bawa ke mana anak saya?"
Salah seorang perawat menjelaskan, "Bapak keluarga dari pasien ini? Kalau begitu silahkan mendatangi resepsionis, Pak. Pasien terluka parah pada bagian dadanya yang sepertinya terbentur batu cukup keras. Kami perlu melakukan tindakan operasi, dan untuk itu perlu tanda tangan persetujuan Anda. Mohon bantuannya untuk bertindak cepat, sementara kami akan memindahkan pasien ke ruangan lain terlebih dahulu karena UGD penuh."
Para perawat itu segera kembali memindahkan brankar Bumi. Boruto segera menggandeng Sarada, dan secepat mungkin menuju resepsionis.
Boruto tak kuasa ketika tadi matanya mendapati Bumi dengan napas memburu tak beraturan tidak terkendali, dengan darah di mana-mana. "Pasien korban kecelakaan atas nama Bumi Xabiru Dhanuartha."
Resepsionis itu segera menatap Boruto sembari mencari. "Anda keluarga pasien, Pak?"
Boruto mengangguk. "Saya Papanya."
Resepsionis itu menyodorkan selembar kertas di hadapan Boruto. "Silahkan Pak, Dokter kami sudah memberikan pengajuan untuk tindakan operasi. Bapak sebagai wakil keluarga pasien hanya perlu tanda tangan, dan mengisi data-data lain pasien, lalu melunasi administrasi."
Boruto segera menyaut kertas tersebut. "Tolong saya pinjam bolpoinnya." Resepsionis segera memberikan bolpoin yang tersedia kepada Boruto. Segera Boruto bertanda tangan di sana. Menyerahkan kembali kertas itu pada resepsionis. "Cepat tangani putra saya, apa saja data-data tambahan yang diperlukan?"
Resepsionis menerima kertas tersebut, dan bersiap menghubungi dengan telpon Rumah sakit. "Baik Pak, terima kasih, kami akan langsung melakukan tindakan setelah mendapat persetujuan Anda, lantaran keadaan pasien sedang darurat. Anda bisa menyiapkan data tambahan seperti FC KK, dan FC Akta kelahiran pasien, untuk saat ini Anda bisa menunggu di luar ruangan operasi, pasien sudah dibawa masuk." Resepsionis itu segera menelepon atas Boruto yang sudah menandatangani surat persetujuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lecturer my husband
FantasyBukan kisah-kisah remaja SMA, bukan juga sebuah perjodohan paksa yang tidak diinginkan. Ini cerita Sarada, bersama Boruto. Dibumbui dengan sedikit sebuah suatu ketidak masukakalan yang nyata mereka alami. Kesempatan untuk memperbaiki kisah cinta yan...