Ruang persalinan terasa menegangkan. Di luar, sudah ada beberapa inti keluarga Dhanuartha sedang menunggu. Boruto sudah mengabari mereka tadi. Sedangkan Boruto, sedang menggenggam erat tangan dan mengelus juga mengecupi kening Sarada yang sedang mengejan berjuang melahirkan bayi mereka.
Dokter sudah datang sejak 15 menitan tadi, dan selama menunggu, pembukaan Sarada sudah lengkap. Wanita itu mengejan sembari tangan kanannya mencengkram genggaman Boruto, dan yang kiri mencengkram selimut yang dipakainya. "Engh! Huh, huh, huh!" Mengatur napasnya.
"Ayo Ibu, sedikit lagi Adek bayinya udah mau keluar!" Dokter memberikan semangat.
Sarada kembali mengejan dengan mata yang terpejam erat. "Akh! Engh! Boruto suruh anakmu keluarhh!" teriaknya dan bersamaan dengan itu, tangis bayi menggelegar menggema di seluruh sudut ruangan.
Dokter wanita tersebut mengambil sang bayi dengan senyum sumringah yang merekah. "Selamat Pak, Bu. Laki-laki, tampan, lengkap tidak kurang satu apapun, dan tidak ada kecacatan."
Senyum kecil Sarada mengembang ketika mata sayunya menatap bayi dalam gendongan Dokter. Itu bayinya, bayinya dengan Boruto. Datang menapaki dunia ini.
Sepasang suami istri itu menatap putra kecil mereka.
"Selamat datang di Duni tipu-tipu, Jagoan."
"Hai kids, I am your mother. Selamat hari lahir. Your name is Saruto. Saruto Bumantara Dhanuartha." Nama yang sudah keduanya sepakati jika anak mereka adalah laki-laki. "Anaknya Papa sama Mama, Pangeran mahkota pewaris tahta, yang lahir di 100 tahun ke depan dari jaman kerajaannya. Dan berakhir terlahir di sebuah moderenisasi milenium."
***
Sassafras—penyihir tua itu tersenyum lebar melihat sesuatu yang tertayang pada air dalam kuali di hadapannya. Sepasang pasutri yang sedang berpelukan dengan nyaman.
Penyihir tua itu mengambil tusuk sanggul yang berada pada gulungan rambutnya. Menusukkan benda tajam itu pada salah satu jari tangannya, kemudian meneteskan darahnya pada air dalam kuali itu.
***
"Hallow, Nona." Sarada dan Boruto menoleh ketika merasa ada yang memanggil.
"Hakuja!" Sarada langsung berdiri. Dia mengenali seseorang yang saat ini sedang berjalan ke arah mereka.
Namun, kedua orang itu cukup tersentak ketika, sembari menghampiri mereka wujud gadis kecil itu berubah perlahan-lahan, menjadi tua. Wujud tua itu tersenyum pada mereka. "Akulah Sassafras yang pernah kau cari-cari, anak kecil itu—Hakuja, yang kau temui di hutan timur, itu adalah aku. Semua sudah ter-atur. Dan sekarang semuanya telah berjalan dengan baik. Jalani kehidupan kalian dengan baik di dunia ini. Setidaknya aku sudah menyatukan dua buah kisah cinta, walau ya ... begitulah, kalian tau sendiri." Sassafras mengedikkan pundaknya.
Penyihir itu melirik pada Sarada, tersenyum menggoda dan mengedipkan sebelah matanya. "Urus keluargamu ya, jangan sampai kau galau-galau lagi. Misteri-misteri dunia hanya akan membuatmu pusing. Biar aku saja yang berpetualang! Dan untuk buku legendaris, peta, Lucifer si kuda putihmu, dan si burung menyebalkan itu, aku yang akan mengurusnya, kau jangan khawatir. Oh ya, ini punyaku, aku ambil kembali." Sassafras mengedipkan sebelah matanya sembari mengacungkan sekilas tongkat kayu di tangannya yang dulu pernah Sarada temukan. Tanpa aba-aba, perlahan tubuh Sassafras mulai melayang dan menghilang. Dan sebelum itu benar-benar terjadi ....
"Sassafras! Terima kasih atas semua ini! Selamat berpetualang! Kau juga jangan khawatir, aku akan mengambil pensiunan menjadi pemburu!"
Beralih pada Boruto, pria itu tersenyum kecil. "Terima kasih Sassafras. Berkat Anda, saya dapat memperbaiki semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lecturer my husband
FantasíaBukan kisah-kisah remaja SMA, bukan juga sebuah perjodohan paksa yang tidak diinginkan. Ini cerita Sarada, bersama Boruto. Dibumbui dengan sedikit sebuah suatu ketidak masukakalan yang nyata mereka alami. Kesempatan untuk memperbaiki kisah cinta yan...