Yoo Joonghyuk and Kim Dokja

466 42 22
                                    

Yoo Joonghyuk berlari di seluruh gedung mencari keberadaan Kim Dokja yang tetap tidak dapat dia temukan, beberapa boneka terus melemparkan cemohan kepadanya yang menjadi semakin menganggu.

Yoo Joonghyuk terus mengabaikan nya dia terus berlari, memeriksa ke semua toilet yang dia temui, Ada beberapa yang dekat namun Kim Dokja juga tidak ada disana.

Kim Dokja tidak dapat dia temukan.

Dia sudah mencoba menghubungi Kim Dokja beberapa kali, tapi tidak sama sekali tidak mendapat jawaban.

"Kim Dokja aku mohon jawab Kim Dokja.."

"Aku mohon... Aku sudah berjanji akan memperlakukan mu lebih baik."

Yoo Joonghyuk dengan putus asa berdiri di samping toilet, setelah mencari-cari hampir ke semua kamar mandi yang ada di sekitarnya dia tetap tidak menemukan keberadaan Kim Dokja.

"Kim Dokja dimana kamu?.. "

Seharusnya aku tidak meninggalkannya.

Yoo Joonghyuk menggaruk kepalanya frustasi hebat. Surainya berjatuhan berantakan di dahinya. Matanya berubah suram dengan sedikit air mata tergenang di pelupuknya.

Dirinya sekarang benar-benar terlihat hancur.

Rringg~

Alunan lembut mengalun dari ponselnya, di dering pertama dia langsung mengangkatnya tanpa melihat nama sang penelepon.

"Yoo Joonghyuk..."

"Dokja...?" Yoo Joonghyuk melihat ponselnya.

"Kim Dokja dimana kamu?!."

"Yoo Joonghyuk ... lebih baik tidak usah mencari ku lagi..."

Yoo Joonghyuk mendengar suara di ujung sana mengeluarkan Isak tangis lembut.

"Kim Dokja apa maksud mu!! Dimana kamu biarkan aku meng—

"Joonghyuk-ah, terimakasih untuk semua waktu yang telah kau berikan."

"Kim—

"Aku hanya ingin bilang aku tidak pernah menyesal telah bertemu dengan mu."

"Meskipun semesta tidak membiarkan kita bersama, tapi aku tetap bahagia untuk semua waktu yang kau berikan itu."

"Tunggu Kim Dokja!."

"Tidak perlu mencari ku lagi Joonghyuk-ah, aku harap cerita mu berlanjut dengan baik. Selamat tinggal."

Tutt... Tutt... Tutt...

Suara tidak tersambung memekakkan telinga Yoo Joonghyuk, pikirannya kalut berlabuh kosong.

Apa Kim Dokja akan meninggalkan ku lagi?

"Tidak." Di dunia mana pun itu takdir Kim Dokja adalah berakhir dengan ku.

Yoo Joonghyuk melangkah, menuju rumah Kim Dokja.

Jika dia sudah tidak ada disini pasti dia berada di rumahnya.

-

Tok!.. Tok!.. Tok!!

Kim Dokja meringkuk diselimut tipisnya, cuaca tidak begitu dingin hanya saja Kim Dokja merasakan tubuhnya sedikit gemetar kedinginan.

'Apa aku demam?'

'Jika Yoo Joonghyuk ada disini apa dia akan mengobati ku lagi?'

Kim Dokja menggelengkan kepalanya waktu dirasa pemikiran egoisnya masih merajalela.

Tok! Tok! Tok! Tok!

'Sialan, siapasih yang kemari di tengah hujan panas?!'

'Itu bukan Yoo Joonghyuk kan?.'

Dia sudah meminta pemuda itu untuk tidak mencarinya lagi, di nilai dari sifat pemuda itu kepadanya seharusnya dia benar-benar tidak menemuinya lagi, karna sudah dirinya sudah menolaknya secara sepihak.

Tok! Tok! Tok!!

Jadi siapa orang bodoh yang ingin menghancurkan pintu bobroknya ini?

Kim Dokja merutuki orang itu sepuas hatinya, dia ingin mengabaikan nya, tapi rumah bobrok tempatnya tinggal ini adalah satu-satunya yang mau menampung dirinya, Kim Dokja terpaksa bangun pergi membuka pintu.

Tok! Tok! Tok! Tok! Tok!

"Sialan bisa hentikan!." Kim Dokja membuka pintu namun bahu tebal seseorang tiba-tiba menubruk lembut tubuhnya.

"Yoo Joonghyuk?! Kenapa kamu..."

Cuaca di luar yang sedang hujan panas ternyata tidak cukup mampu menghentikan Yoo Joonghyuk untuk datang kemari. Berbasah kuyup menerjang hanya untuk bertemu Kim Dokja.

'Kenapa kamu bersikap seperti ini lagi Joonghyuk-ah, demi aku yang tidak berarti apapun.'

"Kau keras kepala bodoh, hiks..." Kim Dokja menangis keras, selama Yoo Joonghyuk bersamanya, ini adalah kali pertama dirinya melihat Kim Dokja menangis seperti ini.

Meski ini bukan Kim Dokja nya hatinya tetap sakit, cobaan dunia ini terlalu berat untuknya.

Hanya karna imajinasi satu orang yang mengharapkan kemenderitaan Kim Dokja. Kim Dokja lainnya harus menderita.

Dan Yoo Joonghyuk harus menyaksikannya dengan matanya sendiri. Cahaya bintangnya luruh lantah karna kemalangan yang sebenarnya bukan kenyataan ini.

"Kim Dokja."

"Biarkan aku masuk. Tolong jangan tolak aku, Kim Dokja."

Kim Dokja memandang Yoo Joonghyuk. Entah itu air hujan atau air mata yang mengalir membasahi pipi Yoo Joonghyuk.

Tangan rapuhnya terangkat, menghapus jejak air diwajah pemuda tampan itu, mata Yoo Joonghyuk terpejam, bersandar ke dalam sapuan pemuda ringkih yang kuat ini.

Cup. Yoo Joonghyuk mengecup pelan tangan pemuda kecil itu yang masih menangkup lembut wajahnya.

"Joonghyuk-ah." Dengan berayunnya panggilan lembut itu Yoo Joonghyuk mendorong Kim Dokja masuk.
.

.

.

Chp depan keknya ( ͡⁠°⁠ ͜⁠ʖ⁠ ͡⁠°⁠) hehehhehehehe.

Pendek yaa? Iya sengaja, biar kalian para pembaca lemon kepanasan hehe.

Ada yg ke event Senayan juga tidak?? Ternyata bnyk yg cosple suami ku disini, bikin ku jatuh cinta (⁠๑⁠♡⁠⌓⁠♡⁠๑⁠)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada yg ke event Senayan juga tidak?? Ternyata bnyk yg cosple suami ku disini, bikin ku jatuh cinta (⁠๑⁠♡⁠⌓⁠♡⁠๑⁠).

Sekian untuk bab ini ୧⁠(⁠ ⁠ಠ⁠ ⁠Д⁠ ⁠ಠ⁠ ⁠)⁠୨.

The dreaming of Yoo Joonghyuk [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang