Assalamualaikum.
—Happy Reading—
"Bunda udah gak ada, Bang."
Harel mengernyit 'kan dahi saat mendengar ucapan sang Ayah dari telepon, jantungnya serasa merosot, tubuhnya menjadi kaku. "Maksud Ayah? Ayah bohong ..." Suara lirih keluar dengan bergetar.
"Kamu ke rumah sakit, ya? Ajak Jevan."
Telepon itu mati secara bersamaan, dengan cepat Harel berlari menuju kamar Adik kembarnya. Ia membanting pintu itu dengan kencang, membuat Jevan yang tengah tertidur sontak terbangun. "Lo apaan sih, kaget gue." Jevan duduk sambil mengucek matanya.
"Bunda udah gak ada, Je," tutur Harel. Jevan yang baru bangun tidur tentu saja linglung dan tak mengerti apa yang dikatakan oleh Harel.
"Maksud lo apaan?" tanyanya.
Harel sudah kalang kabut lantas menarik lengan Jevan dengan kencang, si empu yang ditarik tentu saja kesal lalu melepaskan cengkraman Abang kembarannya. Ia berhenti sejenak, Harel yang merasa pergerakan Jevan terhenti menoleh. "Bunda udah gak ada anjing! Lo jangan ngeyel, ikut gue ke rumah sakit," jelas Harel menggebu-gebu.
Jevan masih diam memproses apa yang di ucapkan kembarannya, dan memilih untuk mengikuti Harel dari belakang.
—🦋—
Mereka berdua berlari menyelusuri lorong rumah sakit, dengan jantung yang berdegup kencang mereka masuk ke dalam ruangan itu. Di sana, kedua remaja itu melihat ada Ayah mereka tengah duduk dengan kepala menunduk di sebelah perempuan yang terbaring kaku juga terbebas oleh alat medis.
Jevan berlari dengan cepat mendekati dua orang itu. Berbeda dengan Harel yang mematung diambang pintu.
"Ayah, Bunda gapapa 'kan, Yah?" tanya Jevan. Matanya sudah memburam akibat air mata yang membendung, ia tidak sebodoh itu untuk tidak mengerti semua ini, hanya saja ia tak percaya jika semua ini akan terjadi.
Jevan menatap jasad Bunda dengan air mata yang sudah mengalir deras, ia menggelengkan kepalanya pelan. "Enggak ... Bunda cuma tidur, Bunda gak mungkin ninggalin aku!" Bastara menarik tubuh Jevan untuk ia dekap. Jevan tak dapat menahan isak tangis, bahunya bergetar hebat dengan tangan Bastara yang setia mengusap untuk menenangkan.
Hancur. Dunia mereka seakan hancur lebur. Fakta ini benar-benar menyakitkan.
Harel mendekat dengan perlahan. Tatapannya kosong, tangannya bergetar tak terkendali, dengan lembut ia mengusap wajah cantik Rosa yang telah pucat pasi, walau diam, tapi air matanya terus mengalir tanpa henti. Ia mendekatkan wajahnya lalu mencium kening dan pipi sang Bunda yang sudah terasa dingin.
Doa-in aku dari atas supaya aku nggak hilang arah, ya, Bunda.
—∆—
Sudah dua tahun lamanya sang Bunda telah meninggalkan mereka, walau begitu, tak mudah bagi mereka untuk melupakan Rosa hanya butuh waktu dua tahun. Semua terasa berubah, hidup mereka menjadi hampa.
Bastara menuruni anak tangga dengan jas tertata rapi, ia mendekati Harel yang sedang sibuk di dapur. "Ngapain kamu?" tanya Bastara. Harel yang sedang memotong sesuatu tentu saja kaget dengan kedatangan Bastara secara tiba-tiba, membuat jarinya teriris pisau yang sedang ia gunakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mandrakanta | Haruto Jeongwoo |
Ficção Adolescente"Mau sesasing apapun, ikatan persaudaraan tak akan pernah putus sampai kapanpun." Harel Arkena Derga dan Jevan Radena Derga, mereka kembar. Tetapi, mereka tak seperti anak kembar pada umumnya, terjadi perselisihan antara mereka yang membuat kedua re...