7. Laut

117 15 3
                                    

Wonbin duduk dipinggir pantai setelah membeli dua tusuk corndog dan dua kaleng minuman soda, memejamkan kedua matanya menikmati hembusan angin laut yang menerpa tubuhnya.

Sunset sudah hampir tiba, tapi Nicholas belum—

"Kakak!"

Suara familiar dari arah jalanan, Nicholas tengah berlari dengan senyum manis diwajahnya. Namun bukan itu yang menjadi fokus Wonbin, melainkan kaos putih bermerek mahal yang adiknya itu kenakan. Wonbin tau harganya lebih dari dua digit.

"Nicho, seragam kamu kemana? Terus ini bajunya siapa?" Tanyanya sambil menarik kaos itu.

"Ini— eh Kakak inget punya temen yang namanya Jung Sungchan gak?"

Wonbin mengingat masa SMA nya, apa mungkin yang dimaksud Nicholas adalah Jung Sungchan kakak kelasnya dulu atau bukan.

"Iya, emang kenapa sama dia?"

"Tadi pagi Nicho sama Euijoo kan kesiangan tuh, lagi mikir gimana caranya masuk. Terus ada yang manggil Nicho, katanya namanya Jung Sungchan dan tau kalo Nicho ini adeknya Kakak. Terus kita berdua diajak masuk bareng, dan beralasan kalo Nicho sama Euijoo bantuin mobilnya yang mogok. Jadinya kita gak dihukum deh, karena ternyata dia cucu pemilik yayasan"

Wonbin tertawa kecil mengingat tabiat buruk Sungchan saat masih SMA dulu, "tapi kamu belum jawab pertanyaan Kakak, Nicho. Seragam kamu kemana?"

Nicholas tersenyum lebar, "dipinjem Sunghoon Kak, buat foto-foto bareng temen sekelasnya. Hari ini kebetulan dia latihan skating dari pagi, lupa bawa seragam, jadinya minjem punya Nicho deh. Tapi karena bajunya kebasahan keringetnya Sunghoon, jadi Nicho dikasih baju ini deh. Dikasih loh ya Kak, Nicho gak minta"

Wonbin mendengus, terlihat sekali Nicholas bangga memakai baju bermerek itu.

"Tapi besok dibalikin lagi kan seragamnya?"

"Iya lah, kalo gak dibalikin nanti Nicho minta beliin seragam baru aja, lumayan Kak, dia anak anggota dewan, pasti duitnya banyak"

"Ish kamu ini"

Keduanya kini duduk berselonjor kaki, sama-sama menatap lurus ke arah lautan, matahari mulai terbenam dengan indahnya. Membuat cahaya oranye membias pada wajah dan tubuh mereka.

"Kak, 10 tahun yang lalu Kakak pengen jadi polisi, 4 tahun setelahnya mau jadi guru, terus pas masuk SMA malah mau jadi dokter. Kalo sekarang, cita-cita Kakak jadi apa?"

"Impian Kakak, buat kamu bahagia" jawab Wonbin sambil menatap adiknya.

"Walaupun mimpi Kakak yang jadi polisi, guru ataupun dokter itu terpenuhi tapi kamu nya gak bahagia, maka gak ada artinya. Yang Kakak mau itu, kebahagiaan kamu Nicho. Gak ada yang lebih berharga buat Kakak selain kamu"

Kata-kata manis Wonbin membuat Nicholas terharu dan memeluk kakaknya erat, mengucapkan banyak terimakasih dan ungkapan cinta.

"Nicho gak tau nantinya bakalan jadi kaya apa kalo gak ada Kakak disini sama Nicho"

"Kakak juga gak akan tau akan gimana kalo gak ada kamu, Nicho. Kakak sayang banget sama Nicho"

"Nicho lebih sayang sama Kakak"

Wonbin mencubit pipi gembul Nicho sesaat setelah melepaskan pelukan mereka, "kita makan sekarang aja yuk, nanti keburu dingin corndog nya gak enak lagi"

Mozzarella corndog jumbo pake saus tomat, saus cabai dan mayo, menu corndog kesukaan Nicholas. Sementara Wonbin mozzarella corndog dengan kentang potong diberi mayo dan saus tomat. Wonbin kurang suka pedas.

"Sunset nya indah ya Kak, masih sama indah sejak terakhir kali kita ke sini"

Wonbin mengangguk menyetujuinya.

"Nicho lupa kalo Kakak suka banget sama laut. Apa gak mau nyobain surfing lagi, Kak?"

Dari kecil, Wonbin memang suka olahraga air. Wonbin suka berenang, bahkan memenangkan beberapa penghargaan dari kesukaannya itu. Terakhir, Wonbin belajar surfing dengan ayahnya, hanya setahun kebahagiaan mereka akan papan surf sebelum ayahnya meninggal, Wonbin belum pernah surfing lagi sampai saat ini.

Wonbin menggeleng, "gak ah, surfing itu terlalu banyak kenangan indahnya bareng Ayah, Kakak gak mau nantinya malah nangis pas ada ombak besar. Kalo Kakak hanyut, yang masakin Nicho sarapan siapa dong?"

"Ada Euijoo kok, dia pinter masak" celetuk Nicholas membuat Wonbin mendengus dan mencubit lengannya.

Kembali pada laut, mereka menatap matahari terbenam hingga lenyap seolah ditelan lautan dan menyisakan ruang gelap. Makanan mereka telah habis, tersisa setengah kaleng soda disamping tubuh mereka.

"Nicho, mau tau sesuatu yang menakjubkan tentang laut gak?"

Nicholas menatapnya bingung, "apa, Kak?"

"Kata Kak Taro, kalo kita nulis pesan diatas pasir pantai buat orang yang udah gak ada, maka pesannya akan tergulung ombak dan sampai ke nirwana. Kamu percaya gak?"

"Maksudnya, Kakak mau ngirim pesan ke ayah sama ibu lewat pasir pantai ini?"

Wonbin mengangguk mengiyakan, "ayo kita buat sekarang"

Berbekal ranting kecil yang mereka dapat dari tumpukan daun kering, mereka membagi tugas untuk menulis masing-masing pesan pada orangtua mereka.

Selesai menulis, mereka berjalan kaki menuju ke halte bus terdekat.

"Kak, Jay baik deh. Masa tadi kan Nicho butuh tumpangan tuh, Jay nawarin diri buat anter Nicho ke pantai, padahal tadi Jay kayanya lagi buru-buru buat pulang"

"Kakak bersyukur kamu dikelilingi orang-orang baik"

Keduanya kini duduk ditengah keheningan malam, tak banyak kendaraan yang melintas, hanya beberapa mobil pribadi dan sepeda motor.

"Dingin ya, Kak?" Ucap Nicholas membuat Wonbin panik.

"Nicho kamu cuma pake kaos doang dari tadi?! Pake punya—" Wonbin juga hanya memakai hoodie tanpa dalaman lagi, konyol jika ia melepas baju satu-satunya ini dan bertelanjang dada.

Nicholas tertawa melihat kepanikan Wonbin, "gak usah, Kak. Nicho baik-baik aja kok"

Cukup lama mereka duduk di halte, tapi satu bis pun tak kunjung lewat. Wonbin mulai menguap karena lelah bekerja seharian.

"Kakak udah ngantuk ya? Padahal baru jam 7 malem, harusnya bis masih jalan kan, Kak?"

"Harusnya sih iya, tapi kita kan gak tau apa yang para supir bis itu alami hari ini. Selalu ada hal tak terduga di jalanan, Nicho" Wonbin memijat daerah matanya, mencoba menghilangkan kantuk.

"Nah itu bis nya, Kak" Nicholas segera menarik tangan Wonbin dan menggunakan kartu bis nya untuk membayar.

Kursi kedua dari belakang menjadi pilihan mereka, Wonbin memilih duduk didekat jendela dengan kepala tertunduk.

Nicholas mengarahkan kepala Wonbin untuk bersandar dibahunya, "Kakak tiduran aja dulu, nanti Nicho bangunin kalo udah nyampe"

Hanya gumaman tak jelas yang Wonbin keluarkan, kantuknya luar biasa tidak bisa ditahan lebih lama lagi. Wonbin bersandar pada Nicholas dan memejamkan matanya, mencoba tidur walau dengan posisi yang tidak semestinya.

Nicholas menatap wajah tenang Wonbin, menyelipkan rambut yang menghalangi wajah tampan kakaknya itu. Nicholas tersenyum simpul dan ikut mengistirahatkan kepalanya diatas kepala Wonbin.

Satu lagi momen istimewa yang mereka ciptakan berdua.

Laut, sunset dan Nicholas.





Tbc.

Another Life [brothership]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang