13. Sedikit lagi

126 12 2
                                    

Hari terus berganti, para keluarga mulai pasrah. Tidak mungkin ada manusia yang mampu bertahan dalam air selama itu. Satu hal yang sudah pasti, keluarga mereka telah meninggal.

Wonbin mengepalkan tangannya dengan bola mata yang memerah, ia tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Evakuasi korban baru bisa dilakukan setelah kapal benar-benar tenggelam, demi menghindari resiko untuk para penyelam yang mencari korban. Wonbin mengambil keputusan yang berbahaya, ia menjadi relawan untuk menyelam setelah mendapatkan sertifikat penyelam handalnya.

"Wonbin, pahlawan juga butuh makan" ucap Anton yang membawa dua nasi kotak ditangannya.

"Gimana bisa aku makan disaat adik aku aja masih dibawah sana, Anton? Nicho pasti kedinginan, kelaparan, ketakutan" lirih Wonbin dengan pandangan lurus ke arah lautan.

"Aku ngerti, aku juga sedih. Gimanapun juga, Nicho udah aku anggap kaya adik aku sendiri. Aku juga kehilangan dia"

Ucapan Anton malah membuat Wonbin menangis, "kamu gak ngerti! Kamu gak akan ngerti! Nicho itu keluarga aku satu-satunya! Hiks... Aku gak bisa biarin Nicho pergi gitu aja. Kalaupun dia harus pergi, hiks... seenggaknya dia harus pamit sama aku, Anton. Gak kaya gini hiks... gak kaya gini"

Anton menepuk punggung Wonbin, "gimanapun juga, kamu harus makan. Aku gak akan biarin kamu menyelam kalau makanan ini masih utuh"

Dua bulan telah berlalu, pencarian masih terus dilakukan walau tidak seintensif sebelumnya. Wonbin, Anton dan tim penyelam lain tidak menyerah. Mereka menyelam setiap hari, berkali-kali dalam sehari. Berusaha menyelamatkan mereka yang bisa terjangkau dan menyerahkannya pada tim forensik, untuk mengetahui DNA siapa yang mereka selamatkan.

Para korban sudah sulit untuk dikenali, kebanyakan tubuh mereka telah terurai menyisakan kerangka dan pakaian yang mereka pakai. Dan itu meninggalkan trauma tersendiri untuk para penyelam.

Pencarian semakin sulit dilakukan, jarak pandang mereka semakin terbatas, resiko cedera pun semakin meningkat, dan itu berbahaya untuk mereka sendiri.

Wonbin telah siap dengan pakaian menyelamnya setelah menghabiskan seperempat nasi kotak yang dibawa Anton. Menguatkan mentalnya untuk kembali menyelam bersama rekan-rekannya.

Mereka bekerja secara tim, bekerja sama dengan menggunakan tali tambang yang mereka pegang. Meski sudah dua bulan, tak banyak korban yang mereka bisa bawa ke atas kapal. Hanya mereka yang terlihat dan bisa dijangkau yang mereka selamatkan.

Wonbin bersama tim akhirnya bisa menjangkau area kabin, tempat para siswa kebanyakan berada. Jantungnya berdegup kencang seolah merasakan sesuatu dalam hatinya.

Nicho, kamu disini kan, Dek?

Menahan kesedihannya, Wonbin melaksanakan tugas yang sudah diarahkan sebelumnya. Dalam kegelapan, sebelah tangannya terapung mencari mereka yang tenggelam, sementara tangan lainnya berpegang erat dengan tali tambang yang mereka ikatkan.

Wonbin merasakan tekanan air yang semakin kuat, ia berada digaris terdepan, memimpin penyelam lain. Wonbin tau kalau tubuhnya mulai tidak beres, ia sudah mencapai batas kemampuan menyelamnya, tapi ia hiraukan. Wonbin tetap berenang maju hingga hampir kehilangan kesadarannya.

Mengabaikan tarikan tambang ditangannya, kode untuk mundur, Wonbin terus maju hingga tangannya menggapai sesuatu.

Ini Nicho!! Akhirnya Kakak menemukan kamu, Dek.

Detik berikutnya, hanya kegelapan yang tersisa. Tim penyelam segera menarik Wonbin walau sama-sama dalam kesulitan, menghentikan pencarian mereka hari itu.

🐰🐱

Wonbin membuka matanya yang berat secara perlahan, menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk disekitarnya. Kepalanya berdenyut, seluruh tubuhnya terasa remuk, ia sadar kini memakai alat bantu pernafasan.

Another Life [brothership]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang