Epilog

139 12 5
                                    

Wonbin membiarkan rambut panjangnya tertiup angin, sementara dirinya sibuk mengunyah sosis yang ia panggang sediri di rumah. Dengan kotak bekal ditangannya, Wonbin memakan makan malamnya tanpa terganggu dengan angin pantai.

Wonbin menyimpan kotak makanan yang isinya telah habis ia makan, lalu meminum sekotak susu stroberi yang juga ia siapkan. Memasukannya kembali kedalam tas Kuromi yang baru ia beli kemarin malam.

Tas mahal yang diinginkan Nicholas, Wonbin berakhir membelinya kemarin, lalu membawanya ke pantai, tempat biasa mereka merayakan hari spesial.

Hari ini, seharusnya Nicholas berusia 18 tahun. Harusnya mereka merayakan ulang tahun Nicholas saat ini. Harusnya Nicholas ada disini, bersama Wonbin.

"Nicho capek ya jadi mataharinya Kakak? Makanya Nicho pergi duluan dianter air laut?"

"Tapi kenapa harus laut yang antar kamu pergi?"

Wonbin menepuk celananya yang kotor dengan pasir pantai, berjalan lurus menuju matahari terbenam dengan kaki tak beralas. Gemercik air membuat Wonbin memejamkan matanya, menikmati tiap langkah kaki membawanya lebih jauh. Semakin jauh dan semakin jauh, hingga air laut itu mencapai pusarnya.

"Kalau laut ambil kamu dari Kakak, maka Kakak akan serahin diri Kakak sendiri ke laut, biar kita bisa sama-sama lagi"

Tak sekalipun Wonbin menengok ke belakang, ia terus melangkah maju hingga air melampaui kepalanya. Tubuhnya mulai mengambang, terombang-ambing oleh derasnya arus laut dibawah air.

Wonbin tak menggerakkan tubuhnya sedikitpun, ia merasakan sendiri bagaimana air asin itu memasuki setiap lubang dalam tubuhnya dan mulai memenuhi paru-parunya.

Jadi ini yang kamu rasakan hari itu, Nicho?

Dingin, sesak, sakit.

Rasanya menakutkan, seolah berada selangkah menuju akhirat.

Dengan sisa kesadarannya, Wonbin berdoa.

Laut, tolong antarkan aku ke tempat dimana kamu menurunkan Nicholas, adik aku.

Tubuh itu mengambang dalam air, nyawanya telah melayang jatuh entah kemana. Menyisakan raga yang tak berarti tanpa jiwa.

Wonbin memutuskan untuk pergi, menyusul adiknya ke ujung lautan.

Malam itu, bulan tenggelam, menyusul matahari yang telah hilang ditelan gulita.

— END —



Untuk scene ini, murni fiksi ya. Liu ga pernah denger berita dimana keluarga korban menenggelamkan diri setelah kehilangan keluarganya. Sekali lagi, ini cuma fiksi, ga ada di kejadian nyata.

See you next semuanya~ makasih udah baca dan vote book ini♥️♥️

See you next semuanya~ makasih udah baca dan vote book ini♥️♥️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Another Life [brothership]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang