part 11

12 2 0
                                    


Follow, vote dan komen
Dulu ya sebelum baca supaya gak lupa ❤️

(⁠。⁠♡⁠‿⁠♡⁠。⁠)

_HAPPY READING _

*****

Uhuk uhuk

Entah mengapa ketika Azka mendengar penjelasan mawar dirinya malah tersendak oleh makanan nya.

"Duh Ka pelan-pelan dong." Tegur nya seraya menyodorkan gelas berisi minuman, berupa es jeruk.

"Ka emang ada yang salah ya sama apa yang baru gue ucapin." Tanyanya kembali ketika Azka sedang melanjutkan makannya.

"Nggak."

"Terus kenapa Lo kaya kaget gitu sampe kesendak lagi." Mawar jika sudah kepo ia akan terus menerus bertanya sampai ia mendapat kan jawab yang benar.

"Dia Hilya adiknya Angga." Mawar dan Azka pun melihat ke sumber suara.

Ternyata pelaku nya adalah Danu, dan kedua sohib nya.

"Nih." Serah Huda, yang meruh beberapa lembar kertas yang berisi data-data mengenai Hilya.

Entah dari mana mereka mendapatkan itu semua. Oh tidak jangan lupa kan Huda, dia adalah detektif handal.

"Nama lengkapnya Hawa Hilyana Kusuma, lihat." Ucapannya sambil menunjukkan kepada salah satu nama di kartu keluarga itu.

"Mulai dari nama orang tuanya ajah udah sama dan ini Anggara Kusuma, nama lengkap paket kita dulu." Jelasnya

"Berarti Hilya adek dari Angga ?" Tanya mawar yang Huda angguki.

"Lo dapat ini dari mana ?" Tanya Azka,

"Tadi di kantor pas gue dipanggil pak Budiman." Terangnya.

*****

Sepi tak ada keributan seperti tadi, rasa pusing yang terus menjalar membuat Hilya enggan untuk membuka matanya.

Lemas jika bergerak Hilya hanya mampu merintih kesakitan, sungguh kepalanya amat begitu pusing.

Sesekali air mata itu keluar dari ujung matanya, biasanya jika Hilya sakit akan ada seorang malaikat yang mampu membuat rasa sakit itu reda.

"Kak Angga." Ucapannya lirih

Ya orang itu adalah Angga, kakak yang sangat sayang kepadanya. Jika orang tua Hilya tak mampu meredakan rasa nyeri ini Angga lah pengganti nya.

Angga segalanya didalam hidup Hilya, ia tak mampu mengingat kejadian satu tahun yang lalu.

Walaupun ia tak tahu betul asal muasal kepastian tentang kematian kakaknya itu, tapi tangisan histeris itu masih terngiang di telinganya.

"Hiks... Hiks ... Kak."

Krekek.

Suara pintu terbuka, seseorang masuk dengan membawa makanan beserta minum menggunakan nampan.

"Hilya yuk makan dulu." Ucapannya

"Hiks... Hiks ... Kakak." Lirihnya lagi.

"Hil ini aku Moza." Terang Moza, suara Moza membuat mata terpejam Hilya terbuka.

"Za kepala ku pusing." Adunya pada Moza

"Sini aku pijitin." Tangan Moza pun terulur memegang kepala Hilya yang dirasa sakit itu.

"Ya Allah Hil kepala kamu panas." Moza berkata demikian

"Za aku kangen kakak ku."

"Kamu yang sabar ya, kita doain bareng-bareng supaya kakak kamu tenang disana." Moza pun menenangkan Hilya, Moza sudah tahu perihal kematian kakak nya Hilya.

Azka's ( He Is My Brother's Best Friend )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang