part 1

501 50 1
                                    

Kata sebagian orang, masa SMA adalah masa paling indah

Tapi kalimat itu dibantah oleh Hamada Asahi. Sejak awal menyandang status siswa menengah atas, hampir setiap hari mendapat perlakuan buruk disekolah

Bahkan parahnya, mungkin ini yang disebut mimpi buruk— Ia pernah merasakan yang namanya diculik. Entah apa sebabnya, sampai detik inipun Asahi tidak menemukan jawabannya

Tapi lambat laun, semuanya perlahan membaik. Kehidupannya, orang-orang disekitarnya. Mereka menerima kekurangan Asahi. Tidak membedakan atau berlaku buruk terhadapnya

Hal itulah yang perlahan membuat pemuda Hamada itu mulai menaruh kepercayaan dirinya. Orang-orang terdekatnya selalu memberikan dukungan hingga dirinya bisa seperti sekarang

Lulus dengan nilai yang cukup bagus. Dengan sifat yang walaupun masih pendiam, tapi setidaknya sudah mulai bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang Ia datangi

Berbekal hal itulah yang membuat Asahi yakin dengan keputusannya beberapa waktu kebelakang. Tentang Ia yang akan melanjutkan pendidikan di luar kota— mengejar mimpinya berkuliah di universitas kebanggaan

Ya, Asahi ingin mengajari dirinya sendiri bagaimana menjadi dewasa yang jauh dari keluarga. Ia ingin mandiri

Itulah mengapa Ia memilih tinggal di sebuah apartemen sederhana. Tempat Ia pulang ketika lelah dengan aktivitas luarnya

Bicara soal itu, selain kuliah Asahi juga kerja. Ia menjadi seorang pelayan di sebuah cafe bernuansa retro yang tidak terlalu jauh dari apartemen nya

Hyunsuk namanya— si pemilik cafe. Bermula dari Asahi yang pulang kuliah lalu tidak sengaja membaca tulisan 'opening a job vacancy to become a waiter' yang ditulis diatas selembar kertas lalu ditempel pada pintu cafe

Hingga di hari berikutnya Ia mendatangi cafe itu lagi lalu bertemulah dengan Hyunsuk yang saat itu melayani pelanggan sebab kekurangan tenaga kerja

Hingga saat ini, kurang lebih 2 tahun Ia bekerja disana. Memiliki banyak kenalan lantas membuat dirinya semakin percaya diri. Tidak hanya Hyunsuk, beberapa teman kerja nya pun begitu ramah. Asahi nyaman di lingkungan barunya

"Asahi!!"

Yang punya nama jelas terkejut. Aksi melamunnya terganggu, "Hah?"

"Aku loh manggil kamu dari tadi. Kamu nya melamun."

Asahi menggaruk belakang lehernya, merasa tidak enak, "Maaf, Kak."

"Gakpapa. Aku tinggal dulu sebentar ya? Mau ketemu mas pacar." Hyunsuk tersenyum hingga matanya menyipit— ikut menarik Asahi hingga menampakkan senyumnya juga

"Oh iya, Kak."

Selepas Hyunsuk pergi, Asahi menarik napas cukup panjang

Hari yang melelahkan. Sedari tadi baru sekarang Ia bisa beristirahat, sebab hari ini cafe cukup ramai. Bahkan empat pelayan dan dua barista pantatnya hampir tidak menyentuh kursi sama sekali saking sibuknya

"Kak, Makan siang dulu."

Itu Haruto. Pegawai baru— barista 4 bulan lalu join di Prince cafe. Lelaki yang menjadi adik tingkat Asahi di kampus itu awalnya agak pendiam, tidak banyak tingkah. Berbicara jika ada yang bertanya atau ada hal penting baginya. Tapi semakin kesini sifatnya kelihatan. Anak itu banyak omong juga, pikir Asahi. Suka bercanda Haruto itu. Baik sih, Asahi senang

Asahi mengikuti Haruto ke tempat para pegawai biasanya beristirahat. Lalu bergabung bersama yang lain.

Sesuai nama cafe nya— Prince cafe, pegawainya pun semuanya laki-laki. Tampan semua. Entah dimana Hyunsuk menemukan para pria tampan itu

"Makan apa kita hari ini?" kalau yang ini Junghwan. Anak SMA yang part time di cafe ini. Dia yang paling muda

"Makan batu sama karpet!" dan lagi, Haruto itu menyebalkan. Susah diajak serius, "Lo lihatnya Kak Hyunsuk beliin apa tadi? Heran gitu doang nanya."

"Ya kan gue cuma nanya. Kali aja ada menu lain selain nasi goreng."

"Gak ada. Makan yang itu aja." Junghwan mendengus, mencibir Haruto

Sedangkan Asahi hanya menyimak. Sambil mengunyah makanannya, Ia menonton pertikaian dua orang yang lebih muda darinya itu

.

.

.

.

Jam setengah 10 malam biasanya cafe sudah tutup. Asahi juga sudah selesai berbenah. Tinggal bersiap untuk pulang

Jarak dari cafe ke apartemen tidak terlalu jauh. Dengan berjalan kaki paling-paling sekitar 12 menit sampai

"Sa, pulang sama siapa?"

"Sendiri, Kak kayak biasa."

Hyunsuk melirik jam ditangannya sebentar, "Bareng aku mau gak? Tapi nunggu 15 menitan dulu soalnya Jihoon lagi dijalan."

Asahi yang pada dasarnya pemalu itupun menolak dengan halus, "Eh gak usah, Kak. Aku jalan kaki aja, deket kok ini."

"Jangan, Sa bahaya kalo sendirian. Ini udah malam banget."

"Gak---"

"Aku gak suka ditolak loh." potongnya ketika tau Asahi akan kembali menolak

"Yaudah deh."

Sebenarnya ini bukan kali pertama. Hyunsuk sering mengantarnya pulang. Hanya saja, Asahi selalu menolak ya walaupun ujung-ujungnya tetap mau karena dipaksa

Masalahnya, Asahi bosan. Perjalanan singkat menuju rumahnya terasa lambat hanya karena sepanjang jalan diisi kebucinan sepasang sejoli itu. Asahi merasa seperti nyamuk yang tidak sengaja masuk kedalam mobil mereka— tidak terlihat tidak dianggap

.

.

.

.

.

"Makasih tumpangannya, Kak."

Hyunsuk mengangguk lalu melambaikan tangan kearah Asahi, "Sama-sama. Kami duluan, Sa."

Setelah sepasang kekasih itu pergi Asahi berjalan menuju unitnya. Langkah gontai itu seperti enggan menapak tanah— kalau bisa Asahi ingin terbang saja agar cepat sampai

Tak butuh waktu lama untuk sampai ke unit nya yang berada di lantai 5. Setelah menekan password, Ia merebahkan diri di sofa yang ada disana

Memejamkan mata dengan deru napas berat. Otaknya memutar beberapa waktu yang sudah lewat

Pertama kali Ia pindah ke apartemen ini, bagaimana dirinya yang harus berinteraksi dengan orang-orang baru. Asahi cukup kewalahan awalnya, tapi berangsur stabil. Ia bisa beradaptasi

Hanya saja, sampai detik ini ada sesuatu di dirinya yang enggan pergi. Entah apa, tapi cukup mengganggu. Otak dan hatinya semacam bekerja pada sesuatu hingga menghasilkan rasa yang cukup membuat Asahi bingung

Ia pernah merasa seperti kosong karena kehilangan, tapi sejauh ingatannya Ia tidak pernah mengalami kehilangan hingga merasa sekosong itu. Ia juga pernah merasa rindu pada sesuatu yang tidak tau pada apa dan siapa. Ia pernah merasa kesal. Merasa sedih sampai tidak sadar jika menangis

Cukup mengganggu, tapi membuat penasaran. Ada apa sebenarnya pada dirinya, itu pertanyaan yang selalu Ia tanyakan ketika merasa demikian. Ia merasa melupakan sesuatu, tapi tidak tau apa

+

+

+

Hai👋 aku kembali!! Sesuai janji, aku bikin sequel dari COUNSELOR

Sebelum baca book ini, alangkah baiknya baca yg COUNSELOR dulu biar gak bingung

Nggak dibaca juga gpp, mau promo doang ehehe😁

Moga suka ya.. Maaf kalo gak sesuai ekspektasi kelen

Meet Again ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang