part 9

172 27 2
                                    

Satu kata untuk hari ini,

Aneh!

Itulah kiranya yang Asahi simpulkan mengenai hari yang Ia jalani. Memikirkan beberapa hal dengan kedua kaki yang Ia pacu dengan lambat. Menikmati suasana malam seorang diri menuju apartemennya

Mengapa aneh?

Pertama, sudah dua hari ini salah satu pegawai cafe Prince yaitu Junghwan tidak masuk kerja. Entah disibukkan dengan urusan sekolah atau ada hal lain. Anak itu tidak pula mengatakan apa-apa. Ponselnya berdering ketika Asahi menelepon tempo hari, namun hari ini nomor anak itu sudah tidak aktif. Mungkin ada hal penting hingga memilih tidak mengaktifkan ponsel, itu pikir Asahi

Kedua, Hyunsuk. Pemuda yang tingginya kurang lebih Asahi itu mendadak diam hari ini. Pula wajahnya yang dipenuhi lebam sana sini. Asahi sempat bertanya mengenai keadaan Hyunsuk, namun si mungil itu hanya menjawab seadanya

Terakhir, Haruto. Beberapa jam lalu ketika cafe sudah mulai tutup. Niat hati ingin mengambil jaket, namun Ia tidak sengaja melewati gudang penyimpanan dan mendengar Haruto yang entah dengan siapa sedang berbicara melalui ponsel. Si jangkung itu membelakangi Asahi, pun seluruh lampu cafe dalam keadaan mati. Suaranya pelan, terkesan berbisik,

namun satu hal yang sempat masuk kedalam rungu Asahi. 'Sejauh ini nggak ada yang curiga' yang entah merujuk kearah mana kalimat itu. Gaya bicaranya terkesan serius, berbeda dengan Haruto yang biasanya

Memikirkan hal-hal demikian membuat dirinya tak sadar sudah tiba didepan apartemennya. Memasukkan password lalu melangkah kedalam dengan segera

Dengan cepat menutup pintu lalu bersandar dibaliknya. Memegang dada yang berpacu cepat. Matanya was-was

"Feeling gue nggak mungkin salah." gumamnya

Sebenarnya sejak Asahi menapakkan kaki di perempatan menuju apartemennya, Ia merasa tengah diikuti

Walaupun tidak mendengar langkah kaki, tapi feelingnya tidak mungkin salah. Jika menerka, jarak si penguntit tidak begitu jauh darinya. Terbukti ketika Ia bergegas masuk ke apartment, Ia melihat dari ekor mata sekelebat orang bertudung hoodie hitam berdiri di ujung lorong, lalu kemudian pergi

.

.

.

.

.

Didalam ruangan remang tampak Jaehyuk yang berdiri dengan bersidekap dada. Menatap santai adegan menarik didepan matanya

"Namanya siapa?"

"Wonhee." jawab si lawan bicara sambil melirik dari ekor mata

"Incaran lo bukan bocil ini, Gon," Jaehyuk mendekat lalu menelisik dari ujung kaki hingga kepala gadis yang duduk disebuah kursi itu, "Nggak salah target, kan?"

Byounggon, atau mereka kerap memanggilnya Gon, meletakkan silet berkarat diatas meja, "Nggak, target gue tetangganya. Tapi bocah ingusan ini datang dan hampir gagalin rencana gue. Lalat pengganggu harus disingkirin, kan?"

Jaehyuk tersenyum miring, "Lo ceroboh lagi?"

Gon menunjuk telinga Wonhee yang penuh darah—— entah silet itu Ia apakan di telinga si gadis, "Telinga ini dia pakai buat nguping," lalu menunjuk kedua mata yang lebam kebiruan, "Dan mata ini dia pakai buat ngintip rencana gue. Dia diam-diam tau semuanya, bahkan dia juga nyuri flashdisk yang isinya berkas transaksi jual beli kita. Gue kecolongan, dan dia ambil kesempatan itu buat gagalin rencana gue. Tapi sayangnya dia nggak tau segesit apa seorang Byounggon."

Diakhir kalimat, lelaki jangkung itu menyeringai lalu meludahi si gadis. Wajahnya menunjukkan seberapa murka dirinya. Pun tindakannya barusan membuktikan bahwa tak ada seorangpun yang bisa selamat jika berani menggagalkan rencananya

Sedangkan Jaehyuk, wajahnya masih terlihat tenang. Menatap lurus gadis didepannya, lalu duduk agar lebih leluasa melihat wajah penuh darah tersebut. Jari telunjuknya Ia angkat menyentuh bawah hidung Wonhee

"Dia masih hidup."

"Iya, sengaja gak dibikin mati cepat. Biar ada sensasi sebelum ketemu ajal."

Tanpa diduga, Jaehyuk melepas ikatan pada tubuh Wonhee. Membuat gadis itu limbung kedepan namun Jaehyuk menahannya, "Jangan terlalu kejam sama cewek, Gon. Apalagi dia masih bocah. Kasihan dia, kesakitan."

Tak mempedulikan Gon yang protes sebab tali si mangsa yang dilepas, Jaehyuk membawa tubuh Wonhee keatas brankar pojok ruangan. Menidurkan dengan pelan seraya mengelus rambutnya dengan lembut

Bibir tebalnya tersenyum manis. Menatap penuh nafsu si gadis yang kini berbaring didepannya

"Jangan bilang lo mau having sex sama dia?" tanya Gon yang berdiri dibelakang Jaehyuk, "Biasanya lo ngelakuin itu sama korban lo."

Tak menjawab, Jaehyuk memilih beranjak menuju pojok kanan dimana beberapa benda tak asing tergantung apik disana, lalu mengambil salah satunya

Ia menghampiri Wonhee yang membuka sedikit mata bengkaknya lalu tersenyum sebagai sapaan, "Kamu masih sadar, kan? Masih bisa lihat saya?"

Gadis itu tak menjawab membuat Jaehyuk melengkungkan bibirnya kebawah, "Dijawab dong, cantik. Saya nanya."

"Nggak bisa jawab ya?" lanjutnya, "Kasihan, kamu pasti tersiksa sama Byounggon. Saya akan bantu biar tidak sakit lagi."

Sedangkan si korban, seluruh tubuhnya terasa mati. Bahkan untuk berkedip pun sulit. Ia hanya menatap lemah lelaki yang kini berbicara melantur dihadapannya

Wonhee tau, tak ada harapan untuknya. Senyum manis itu hanya tipuan. Sebab otaknya masih bisa berpikir, orang normal mana yang berani masuk kedalam ruangan bau anyir darah ini. Kedua lelaki ini sama sakit nya

Jaehyuk lalu mengayunkan benda ditangannya dan dengan cepat Ia jatuhkan tepat di kaki si gadis

Erangan terdengar memenuhi ruangan ketika pergelangan kaki itu putus. Darah merembes hingga jatuh kelantai. Sedang Jaehyuk masih memasang senyum menawannya

Adegan berlanjut ketika Jaehyuk membuka paksa mulut si gadis, menarik lidahnya lalu dengan enteng mengirisnya hingga putus

Selanjutnya bisa Byounggon terka, ruangan ini semakin dipenuhi nyanyian merdu dari korban mereka. Jaehyuk melakukan pekerjaannya dengan halus dan santai. Diselingi senyum ramah yang sebenarnya membuat para korban was-was

Cukup satu jam setengah. Kini gadis bernama Wonhee itu sudah dalam keadaan mengenaskan. Bau anyir menyeruak, namun itulah yang Jaehyuk suka. Entah berapa potong bagian tubuh itu, yang jelas lidah, potongan kuping serta kedua pergelangan kaki kini berada diatas meja—— sebagai bukti jika pekerjaannya tuntas

"Selesai," ucapnya datar lalu meletakkan kapak berlumur darah disamping potongan lidah, "Lain kali jangan buang-buang waktu. Langsung bunuh lalu buang kalo nggak berguna."

#

#

#

Tau Wonhee, kan? Member ILLIT

Meet Again ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang