after 'final'

164 30 10
                                    

2k++ word. hati-hati gumoh bacanya

* * *

Entah sudah berapa lama waktu terlewat, tidak ada sesuatu yang berubah secara signifikan. Hidupnya tetap gelap. Tanpa arah. Tanpa tujuan. Perintah mengeksekusi hingga lenyapnya nyawa sudah menjadi makanan sehari-hari

Namun hari ini, Ia bertekad mengubah segalanya. Dengan manik khasnya, serta wajah kusam dibubuhi sedikit noda darah, menunjukkan betapa tujuannya sudah dipikirkan secara matang

Jaehyuk bukan seseorang yang percaya Tuhan, namun hari ini terlintas dalam hatinya sebait doa yang entah ditujukan pada Tuhan yang mana, Ia hanya berharap diberikan sedikit penerangan pada pandangannya yang sudah terlanjur gelap

Berharap dengan adanya sosok lain yang kini bersamanya, mampu membuat hidupnya lebih baik

.

.

.

.

.

Asahi menyesap kopi dengan mata yang memandang luar cafe. Setidaknya melepas lelah sepulang kerja dengan menyendiri bukan hal yang buruk

Selama ini, Asahi merasa banyak perubahan pada dirinya. Pekerjaan yang mengharuskan bertemu dengan banyak orang membuatnya belajar banyak hal. Menjadi percaya diri adalah salah satu kemajuan paling Ia syukuri

Namun jauh dari itu semua, sampai detik ini tidak ada satupun yang mampu membuat hatinya terketuk untuk memikirkan perihal asmara. Asahi terlalu fokus pada karir dan dirinya sendiri hingga urusan percintaan menjadi suatu hal yang tidak penting

Bukan berarti Ia melupakan si masa lalu yang sampai detik ini masih menjadi tahta tertinggi orang yang berpengaruh dalam hidupnya. Justru orang itulah alasan mengapa Asahi menjadi manusia gila kerja seperti sekarang

Entah disebut ingkar atau tidak, Asahi masih ingat bagaimana Ia pernah berjanji akan hidup lebih baik setelah perpisahan malam itu. Hidupnya yang sekarang, sudah bisa disebut lebih baik kah?

Helaan napas terdengar, "Harus banget disaat lagi pengen nyantai tiba-tiba keingat dia?" gumamnya

Menggelengkan kepala berharap isi pikiran itu enyah dari otaknya. Nyatanya semakin berusaha sosok Jaehyuk semakin memenuhi kepalanya. Lucu memang, miris juga. Asahi takut hanya dirinya yang masih betah mengingat kejadian lalu

.

.

.

.

.

"Disana banyak orang berdesakan. Bahaya kalau ikut kesana. Kamu tunggu disini, jangan kemana-mana."

"Iya."

Setelahnya Ia melangkah menuju warung yang menjual beberapa kue, meninggalkan anak kecil yang mengenakan tas beruang itu disebuah kursi yang jaraknya tidak terlalu jauh dari warung tadi

Mata bulat anak itu mengikuti gerak orang yang tengah bergabung diantara manusia yang berlalu lalang memenuhi pasar tradisional. Hingga dirinya bisa melihat bagaimana orang itu dengan sabar mengantri untuk dilayani oleh si penjual kue seberang jalan

Namun atensinya teralihkan oleh seorang kakek yang menjual permen kapas. Merogoh saku celananya, menemukan beberapa uang receh serta selembar uang bernominal kecil. Lalu merogoh isi tas dan menemukan 3 lembar uang bernominal sama

"Cukup untuk beli itu." gumamnya sambil melihat kearah beberapa permen kapas yang dijajakan

Melihat sebentar kearah orang yang tadi memberi pesan padanya untuk tidak kemana-mana, lalu beralih melihat kearah permen kapas. Dilihatnya orang itu masih mengantri, "Cuma beli permen, gak lama kan?"

Meet Again ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang