Chapter 1

10 2 2
                                    


"Maple...Maple...."

Gadis kecil berumur lima tahun itu berbalik ke asal suara yang memanggil-manggil namanya dan melihat seorang wanita berjongkok membuka kedua tangannya, gadis kecil itu tersenyum dan kemudian berlari menerjang ke pelukan wanita itu. Suara tawa mereka terdengar menggema, Sinar matahari hangat menyoroti mereka dari sela-sela ranting pepohonan.

"Hei, ibu, ibu.... Kunci apa ini? tanya gadis kecil yang masih bergelut manja di pelukan Sang wanita itu penasaran pada kalung yang melingkari leher wanita itu.

" Hm....ini, rahasia ibu!"ucap wanita itu tersenyum. Bibirnya yang merah lembut merekah dengan indah.

"Rahasia?" bingung gadis kecil itu.

" Ya...Maple akan mengetahui nya saat dewasa nanti." ucap wanita itu mengusap rambut gadis kecil itu lembut. Sosoknya yang membelakangi sinar matahari membuat rupa wanita itu buram, hanya bibir nya yang tersenyum indah terlihat begitu hangat dimata gadis kecil itu.

KRINGGGG.....

Alarm berbunyi nyaring membangunkan gadis yang tertidur lelap di atas ranjangnya.
Mata orange keemasannya mengerjap-ngerjap menatap langit-langit putih kamar tidurnya. Ia kemudian menggapai-gapai kan tangannya diatas meja disamping ranjangnya untuk mematikan alarm yang sedari tadi  mengeluarkan suara berisik.
Dengan bunyi TUK... Kedamaian akhirnya kembali.

Ia bangun kemudian duduk diatas ranjangnya sejenak sambil menguap. Rambut hitam panjang sebatas dadanya menjadi kusut. Selesai merenggangkan tubuhnya, gadis itu menyibak tirai yang menutupi jendela kamarnya dan setelah itu ia membuka jendela agar udara segar dan sinar matahari masuk. Setelah disinari oleh sinar matahari, kamarnya akhirnya bisa terlihat dengan jelas.

Ranjang gadis itu ditutupi oleh seprei berwarna biru muda. Meja belajar tepat di bawah jendela dengan sebuah lampu baca, buku dan pulpen yang tergeletak diatas meja belajar. Di sisi kiri ranjangnya terdapat rak buku dengan buku-buku yang tersusun rapi.

Diluar jendela kamarnya terdapat jalan beraspal yang sesekali dilewati oleh kendaraan, orang-orang yang berjoging, orang yang pergi bekerja, ataupun anak sekolahan.
"Hm...pagi yang indah." senyumnya menatap kesibukan orang-orang di pagi hari itu.

Setelah merapikan tempat tidurnya, gadis itu bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan sekaligus bersiap ke sekolah. Dengan seragamnya, gadis itu kemudian keluar dari kamarnya.

"Selamat pagi Maple."

"Selamat pagi Ayah."

Maple membalas salam sang Ayah sambil berjalan dan kemudian duduk di meja makan. Seorang pria tampan berambut hitam berusia sekitar tigapuluh tahun dengan celemek yang terpasang di tubuhnya yang tetap dan bidang terasa agak tidak cocok. Sesekali tangannya sibuk dengan masakannya diatas kompor. Suara desis minyak dan asap harum memenuhi dapur kecil itu. Jenderal yang terbuka di depan kompor menyebarkan bau menggugah selera itu.

"Nasi goreng spesial, dengan tambahan sosis Nona." katanya bergaya chef di sebuah restoran bintang lima.

Maple tertawa melihat tingkah kejenakaan Ayahnya itu. Meletakkan ponsel yang sedari tadi dipegangnya, Mapel kemudian memakan nasi goreng spesial yang telah disodorkan Ayahnya kepadanya.

"Ayah, bukankah lebih baik Ayah menjadi koki restoran bintang lima saja? Masakan Ayah selalu sangat enak,"

Pria tampan itu tersenyum pada perkataan Putrinya itu. Ia kemudian menunjuk nasi goreng yang ada di piring putrinya, pria itu dengan tegas menjawab.
"Tidak, tidak, tidak. Masakan Ayah hanya Eksklusi untuk keluarga Ayah saja."

Maple tersenyum senang atas kata-kata Ayahnya itu.
"Baiklah, apa boleh buat. Ayah pria tua yang sangat mencintai putrinya sehingga tidak mau membagi makan enak yang dibuatnya untuk orang lain." canda Maple.

The Girl and the Witch's CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang