Chapter 2A

1 0 0
                                    

Di sebuah dermaga yang ramai, dua, tiga kapal besar atau kecil berjejer rapi di tepi dermaga itu. Suara kotak-kotak kayu maupun koper yang di angkat, langkah-langkah kaki berderit di jembatan kayu, serta suara percakapan berbagai macam orang meramaikan suasana dermaga pagi itu. buruh-buruh berjalan bolak-balik  mengangkut barang-barang para penumpang menaiki kapal.

Pemandangan itu adalah pemandangan biasa di Kerajaan paling timur benua. Yaitu Kerajaan bernama Blumenreich.
Seorang pria berambut pirang pucat berdiri tegak dan lurus ditepi dermaga.
Walaupun pakaiannya terlihat biasa, gerak-geriknya bak bangsawan. Banyak orang yang melewati pasti akan melirik setidaknya sekali padanya apalagi para gadis-gadis muda bergaun, mereka telah meliriknya berkali-kali, tapi pria muda itu tidak memperdulikan tatapan mereka itu.

"Kapal tujuan Desa lautan bunga akan segera berangkat." seorang pria muda yang merupakan buruh kapal berteriak mengingatkan agar para penumpang segera menaiki kapal tersebut.

Jam saku perak berbentuk bulat ditangan pria itu telah menunjukkan tepat pukul 10:00 pagi. Ia segera berjalan  menaiki kapal tersebut. Seorang pria paruh baya yang sedari tadi dibelakangnya kemudian menyerahkan kopernya pada buruh kapal tersebut.

"Semoga sampai di tujuan dengan selamat Tuan." ucap pria paruh baya itu membungkuk dan hanya dibalas anggukan oleh pria itu.

Tali-tali yang mengikat kapal kemudian dilepaskan, layar-layar kapal dibentangkan dan jangkar kapal juga ditarik agar kapal segera bisa berlayar.

Berdiri diatas dek kapal,  pria itu memandang pemandangan dermaga dengan kesibukannya yang perlahan-lahan menjauh. Semilir angin menerbangkan rambut pirang pucat nya.

"Aku sedang mengunjungi keluarga ku di desa lautan bunga. untuk membujuknya segera pindah. "seorang pria berperawakan gemuk membalas pertanyaan seorang yang sama-sama merupakan penumpang kapal tersebut.

"Ah, desa itu.... Padahal dahulunya merupakan desa yang indah, tempat bunga mawar tumbuh subur. Pria itu kemudian menggelengkan kepalanya, " Itu pasti karena kutukan itu. Sayang sekali..."

Pria itu menoleh mendengar pembicaraan kedua pria itu sejenak, setelah itu berbalik menatap laut di kejauhan.

🗝🗝🗝🗝

"Milik ibu?! "

"Ya, ibumu pemilik ruang itu!"

"Tapi ayah, bukankah itu aneh...Ruangan itu,itu seperti ada di dunia lain? Apakah ibu berasal dari dunia lain?" tanya tidak yakin.

Edward menatap pandangan skeptis putrinya itu.

"Benar ibumu berasal dari sana!"

"Tapi bagaimana bisa?" ujar Maple tidak habis pikir. Maple membayangkan Jika Maggie tau dia akan menganggap dirinya seorang anak Alien.

"Huft...Maple. Apa kau pernah melihat keluarga dari ibu?"

" Ya, eh, tidak. Saat kecil ibu hanya bilang kalau keluarga ibu berada di tempat yang jauh."Maple teringat saat kecil ia pernah bertanya dimana kakek atau keluarga dari pihak ibunya dan ibunya hanya berkata tidak jelas seperti itu. Tapi karena dia masih kecil saat itu dia tidak merasa ada yang salah dengan perkataan ibunya, " Saat kecil ku pikir keluarga ibu ada di luar negeri."

Setelah meminum air putih di gelasnya Edward berkata. "Apakah masuk akal di jaman internet ini, kau tidak bisa melihat keluarga mu?"

"Pantas saja aku tidak pernah melihat kakek atau paman dari keluarga ibu datang. " kata Maple tercerahkan.

Maple dengan penasaran menatap Ayahnya. "Lalu, bagaimana Ayah sampai akhirnya menikah dengan ibu?"

Edward kemudian meletakkan sendok di piring yang sudah kosong dengan wajah mengingat-ingat.
" Kupikir itu berawal....

The Girl and the Witch's CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang