Chapter 2B

0 0 0
                                    

Maple, Maggie dan teman sekelas lainnya berdiri di track ke empat sementara posisi Maple berpindah menjadi peserta urutan terakhir yang akan membawa tongkat Estafet melewati garis finish. Perubahan itu terjadi karena teman sekelasnya saat ini tidak dapat ikut lomba karena kakinya terkilir makanya dia menjadi pengantinnya karena dia berlari cukup cepat di lomba sebelumnya.

"Ah, Om-om tampan itu ternyata dia melihat ke araku! " ucap gadis di samping nya. Dia adalah gadis berjidat lebar sebelumnya yang tiba-tiba menyukai Ayahnya.

Maple melihat kearah tatapannya dan kemudian melihat Ayahnya berdiri diantara penonton sambil melambai kearahnya yang disalahpahami gadis itu.

Wasit berteriak memberikan aba-aba membuat seluruh peserta termasuk Maple bersiap dengan posisi dengan tubuh condong ke depan dan tangan kanannya terulur kebelakang bersiap menerima tongkat Estafet. Dengan suara tembakan dan iringan sorak-sorai penonton ,satu persatu peserta dari 4 grup itu berlari sekuat tenaga membawa tongkat Estafet itu untuk diserahkan kepada temannya. Peserta bernomor lima secara serempak berlari menyerahkan tongkat itu ke temannya urutan nomor 6, Tim gadis disamping nya ternyata lebih unggul dari pada mereka. Tongkat kemudian berpindah ke tangan peserta urutan nomor 7 dan sebentar lagi akan menjadi gilirannya membawa tongkat tersebut.

Gadis disamping nya segera meleset melewati nya begitu juga Maple setelah sepersekian detik ia juga bergegas dengan cepat beberapa langkah tertinggal dibelakang gadis itu. Gadis itu bertubuh agak kekar dan kuat sehingga larinya cepat. Mereka berdua terlihat menonjol karena peserta lainnya tertinggal di belakang mereka.

Maple kemudian menyusul gadis itu. Saling susul menyusul pun terjadi. Beberapa meter gari finish sudah di dapan mata dengan sekuat tenaga hasil daru susul menyusul, Maple akhirnya berhasil melewati gadis itu dan berlari memimpin. Rambut hitamnya yang di kuncir bergoyang-goyang mengikuti gerak tubuhnya. Betis putihnya yang indah terekspos oleh celana olahraga pendek sebatas lutut. Mata oranye bercampur emasnya berkobar semangat.  Ekspresi wajahnya terlihat senang dengan bibir merah pink nya terbuka tersenyum. Setelah mengetahui bahwa ia telah berhasil melewati lawannya, dengan satu kaki menginjak track bergaris putih, Maple melompati menerobos garis finish itu.

Maple berteriak selebrasi mengangkat kedua tangannya memegang tongkat Estafet itu. Penampilan nya sangat menyilaukan, apalagi dengan senyum dan tawa yang sangat menawan. Pipinya memerah akibat panas matahari membuat Edward terkejut, ia seakan melihat aura yang sama seperti saat dirinya pertama kali bertemu istrinya dulu, bahkan penonton lainnya seakan terpesona oleh sosok Maple.

Diantara penonton itu, telinga seorang murid laki-laki berambut hitam dengan warna mata yang sama memerah tersipu melihatnya. Di kejauhan dia melihat sosok Maple tidak tampak lagi karena dikerumuni oleh teman-temannya yang bergembira atas kemenangan mereka.

Setelah perlombaan intens itu
Sekarang mereka bertiga sedang memakan Es krim untuk menghilangkan gerah. Maple, Ayahnya dan Maggie duduk dibangku taman sekolah.
Banyak gadis-gadis yang saat melewati mereka setidaknya melirik beberapa kali kepada Ayahnya. Sementara Edward hanya tersenyum membuat gadis-gadis itu tersipu gembira.

"Senyum Ayah mu seperti playboy." bisik Maggie pada Maple." tapi suaranya masih bisa terdengar oleh Edward membuatnya terbatuk canggung.

Tiba-tiba segerombolan gadis-gadis berjalan melewati mereka dengan topik pembicaraan "Ketos sedang bertanding sekarang."

"Haruskah kita juga menonton nya?"

" Ayo! Aku mau ingin melihat aksi seorang ACE itu."

Mereka kemudian pergi ke gedung Voli.
Pertandingan sudah berada di set kedua dengan kelas 2B unggul tiga poin. Benjamin menservis bola melewati net lawan. Tapi bolanya itu masih mampu di Terima lawannya. Mereka kemudian mengembalikan bola itu dengan serangan seorang wingspiker lawan mereka kemudian melompat dan mem-Smash bola. Bola itu kemudian datang dengan tajam, tapi berhasil diblok oleh Benjamin dan dua temannya mereka melompat menghentikan bola memasuki wilayah mereka. Bola itu kemudian terpantul dengan keras mengenai lawan dan membuat mereka kelas 2B berhasil menambah Poin. Mereka kompak berteriak disertai tepukan tangan dan teriakan penonton.

The Girl and the Witch's CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang