Part 3 (Empty Space)

678 61 15
                                    

~ Shape Of My Heart ~




"Jadi dia masih belum menyerah?"

"Seperti kau tidak mengenal Sea Tawinan saja."

Dari kejauhan Jimmy dan teman-temannya memperhatikan Sea yang saat ini berjongkok di parkiran kampus. Suasana sudah mulai sepi menjelang hari yang mulai senja. Hanya ada mobil Jimmy dan beberapa kendaraan di sana.

"Awalnya aku terlalu meremehkan, tapi ternyata di antara semua penggemarmu justru dia yang paling pantang menyerah."salah satu temannya berujar.

"Jim, kurasa anak itu butuh sedikit perhatian. Kenapa  tidak coba meladeni obrolannya sesekali?"

Jimmy mengernyit,"Kurasa rencana Sea untuk menciptakan iba di otak kalian sudah mulai berhasil."

"Bukan begitu. Tapi apa kau tidak kasihan sedikit saja? Sudah dari tadi dia di situ, mana ini bukan yang pertama pula."

Jika tidak bisa menghubungi dan menemukan Jimmy di mana pun, maka Sea akan menunggu di parkiran. Sudah pasti hia kesayangannya akan ke sana sebelum pulang. Yang Sea tidak tau, seringkali Jimmy pulang lebih dulu bersama temannya, lalu kembali di malam hari untuk mengambil mobilnya. Tidak apa-apa sedikit repot, yang penting ia tidak harus bertemu si nekat Tawinan.

"Serius Jim, apa kau tidak mau bicara dengannya?"

"Sudah. Bahkan untuk yang kesekian kalinya. Tidak mempan."Jimmy menjawab malas.

"Maksudku bicara baik-baik. Kau bisa menjelaskan alasan menolaknya. Katakan saja kalau akan terlihat tidak wajar jika mahasiswa sepertimu mengencani seorang siswa sekolah menengah sepertinya."

"Untuk apa? Jika aku bersikap lebih halus, dia pasti akan semakin besar kepala."

Salah seorang temannya menyeringai,"Atau jangan-jangan kau takut kalau kalian menjadi lebih akrab, kau benar-benar bisa jatuh cinta kepada anak ini?"

Jimmy mendecih,"Bahkan jika Sea Tawinan adalah satu-satunya manusia di dunia, aku lebih memilih untuk mati melajang daripada harus menjadi pasangannya."

Tanpa berpikir lagi Jimmy mengajak teman-temannya pergi dari situ. Masa bodoh dengan Sea yang masih setia menunggu di sana. Padahal andai Jimmy mau memperhatikan Sea sedikit saja, ia pasti akan menyadari seberapa sembap mata anak itu. 

Perceraian kedua orangtuanya sedang dalam proses. Sea tidak tau mana yang lebih mending, kesepian di rumah ataupun ditemani ayah-ibunya tapi harus berpura-pura menulikan pendengaran setiap kali mereka memulai pertengkaran. Sayangnya, Sea harus menjalani kedua opsi buruk itu. Orangtuanya akan pulang, lalu setelah puas saling memaki, mereka meninggalkan Sea seorang diri. Tidak ada yang peduli sehancur apa kondisi Sea sekarang.

Sea pikir ia bisa sedikit egois dengan mengharapkan sikap ramah Jimmy seperti di malam pertama kali mereka bertemu.  Di tangannya ia bahkan masih memegang sapu tangan pemberian Jimmy saat itu. Walaupun Sea tidak berniat untuk menceritakan masalahnya kepada orang lain. Sea hanya berharap Jimmy akan bertanya tentang kondisinya yang terlihat buruk. Lalu setidaknya memberikan pelukan kasihan. Nanti Sea cukup menjawab asal kalau dia hanya takut ditolak oleh Jimmy, makanya ia menangis semalaman.

Sungguh, satu-satunya yang dibutuhkan Sea detik ini hanyalah pelukan hangat dan bisikan penenang bahwa semuanya akan baik-baik saja. 

.


.


.

Shape of My Heart (JimmySea)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang