Part 4 (About Him)

708 67 19
                                    

~ Shape Of My Heart ~



Ada banyak pesan yang masuk di ponselnya, tapi tak satu pun yang bisa menghilangkan kernyitan di kening Jimmy. Lalu perhatiannya kembali pada loker yang dipenuhi tumpukan hadiah. Percuma saja. Mau dicek setiap hari pun tetap tidak akan ada yang berubah, -dia sudah tidak pernah datang. Lebih baik pulang daripada mengelilingi kampus dengan tujuan tidak jelas.

Sudah beberapa bulan berlalu tapi tetap saja langkah Jimmy terasa lebih berat setiap kali ia melewati titik-titik yang dulu sering ditempati oleh seseorang saat menunggunya, -mengejar Jimmy meski selalu diabaikan.

Di koridor, di kantin, tempat parkir, gerbang...

"Hia Jim, di sini!"

"Hia Jim, jangan jalan terlalu cepat!"

"Hia Jim, kau sengaja sembunyi dariku ya?!"

Seolah setiap lokasi di kampus ini dipenuhi dengan bayangan senyuman Sea Tawinan,

seolah Jimmy masih bisa mendengar samar suara riang anak itu setiap kali ia berhasil menemukannya.

Jimmy memejamkan mata sesaat. Terlalu malu untuk mengakui ada rasa hangat yang terasa di ujung kelopaknya. Beberapa kali menghembuskan nafas dengan berat, itu pun tak lantas mengurangi kekalutannya. Sekali lagi ia mengecek ponsel, membuka kotak pesan untuk membalas satu kontak yang dulu sama sekali tidak ia anggap penting. Ada keraguan di wajah Jimmy, sangat jelas seberapa sulit ia menimbang keputusan ini sebelum memutuskan untuk menekan tombol kirim :

"Sea, mari bertemu di tempat pertama kali hia memberimu sapu tangan."


.


.


.


Sudah 2 jam lebih Jimmy menunggu sendirian. Dari beberapa orang masih melalui tempat itu, sampai perlahan-lahan semakin sunyi kerena malam yang semakin larut. Jauh di lubuk hatinya sebenarnya Jimmy tau yang ditunggunya tidak akan pernah datang. Pesan yang dikirimkannya ke nomor Sea sama sekali tidak terkirim, tapi Jimmy memilih untuk bertahan di sana. 

"Kalau menunggu selama 2 jam sudah semelelahkan ini, lalu kenapa kau begitu gigih untuk selalu menungguku selama seharian? Apa kau bodoh, Tawinan?"

Jimmy tertawa kecil, namun sesaat kemudian ia menunduk hanya untuk menyembunyikan wajah dengan kedua telapak tangannya. Lama ia dalam posisi itu sampai sebuah tepukan di pundaknya mengalihkan. Jimmy mendongak dan mendapati seorang wanita paruh baya menatapnya khawatir.

"Kau tidak apa-apa, nak?"

Jimmy menegakkan tubuhnya lalu mengangguk pelan untuk merespon.

"Tapi kau terlihat begitu kacau."bibi itu duduk di samping Jimmy,"Selarut ini kau memilih duduk sendirian.... pasti sedang ada masalah."

Dari ekspresi dan tutur katanya, bibi itu terlihat begitu tulus memperhatikan sekitarnya. 

"Bukan masalah besar. Hanya sedikit stres karena terlalu banyak tugas kuliah."

Ada kelegaan yang bisa Jimmy tangkap di wajah bibi itu,"Syukurlah kalau begitu. Bertanggung jawab untuk apa yang dibebankan kepada kita itu baik, tapi jangan terlalu memaksakan diri. Ngomong-ngomong, kau pasti bukan warga sekitar sini. Bibi tidak pernah melihatmu sebelumnya nak, eum... siapa namamu? Kenapa bisa sampai di sini?"

Shape of My Heart (JimmySea)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang