BAB 20: BENARKAH IA CEMBURU?

2.1K 186 15
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Tidak mengapa kamu menganggapku hanya sebatas teman.
Tapi apakah pantas kamu berkata demikian,
Setelah perjanjian yang di ikrarkan dihadapan ratusan manusia dan malaikat."

Arisha Alfi Mahira


♡♡♡

Acara ini cukup besar dan begitu khas karena walaupun sebesar ini antara ikhwan dan akhwat dipisah dengan adanya pembatas dan dijaga oleh beberapa panitia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Acara ini cukup besar dan begitu khas karena walaupun sebesar ini antara ikhwan dan akhwat dipisah dengan adanya pembatas dan dijaga oleh beberapa panitia. Kata Harish, ini adalah acara ulang tahun majelis Ashabul Hijrah yang kedua. Majelis ini dibangun bertujuan untuk menapung masalah remaja yang sudah hampir rusak serta menetapakan keistiqomahan bagi para remaja yang berhijrah. Majelis ini dibentuk dengan konsep persahabatan, antara ustdaz dan remaja tidak ada yang saling sok menggurui karena alasannya agar tidak ada kesungkanan yang menyebabkan malas bertanya. Walaupun begitu tetap mengedepankan akhlak karena akhlak lebih mulia dari segala hal.

Mulutku tak berhenti mengucapkan kalimat thayyibah melihat ribuan orang yang bersorak-ria. Acara sudah dimulai.

Harish terlambat gara-gara aku yang terjatuh saat mengejar Harish yang menyalakan mobil. Alhasil, dia mengobati luka di lenganku terlebih dahulu. Kapan sih lelaki itu tidak akan membuatku kesal? Moodku hancur seketika. Mana lagi aku disuruh saling bergandengan tangan agar tidak ada isu-isu yang buruk. Kenapa harus disembunyikan bahwa rumah tangga ini memang tidak baik-baik saja sih?

"Ustadz Zuhayr!" panggil seseorang yang setengah berlari dari keramaian, kontan kami mengalihkan pandangan. Di pengajian Harish memang disebut dengan panggilan akhirnya.

"Tumben terlambat, Tadz?" tanya lelaki berkoko putih dan bersarung hitam.

"Biasa Rayyan, lagi ngurusin istri baru yang agak ribet," cetus Harish diakhiri kekehan oleh Rayyan. Aku semakin menggebungkan pipi lalu mencubitnya karena perkataannya yang sangat menyudutkanku.

Karena sadar akan keberadaan diriku, Rayyan menatapku intens dan cukup lama. Aku tak mengerti apa maksud tatapan itu akan tetapi itu membuatku risi. Aku memutar bola malas.

"Heh, ngapain liat istriku? Awas jangan sampai suka, dia milikku," tukas Harish menciptakan lengkungan bahagia di bibirku.
Rayyan berbisik tapi menurutku tidak ada gunanya karena suaranya terdengar jelas.

"Gila, kamu cari dimana sih? Sumpah isrinya ustadz cantik banget, dia ngelirik sinis aja mempesona apalagi senyum. Tutor dong Ustadz."

Ucapannya langsung dihadiahi tamparan kecil Oleh Harish,"Astaghfirullah, perbaiki hati baru cari istri. Ini masih bocil
bicaranya sudah aneh-aneh."

Rayyan terkekeh,"cuma antisipasi Ustadz, jodoh 'kan emang harus dicari. kalau udah gak mau sama istrinya nanti, kasih saya yah ustadz."

Setelah mengucapkan itu lelaki itu pergi sambil tertawa puas. Aku juga ikut tertawa melihat muka Harish yang memerah karena marah. Dia menatapku sinis agar aku berhenti menertawakannya.

Cinta Itu Menyakitkan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang