Bahkan di dalam hati seseorang yang lelah, masih ada cinta yang mengambang di dalamnya.
"Nan, masuklah, dia ingin bertemu kita," sebuah kalimat terdengar dari seseorang, menyebabkan tubuh kecil dengan rambut coklat tua menelan ludah. Telapak tangannya penuh dengan keringat dan mata berwarna perak itu gemetar, penuh kecemasan. Setiap langkah yang dia jalani ... seperti jalan sempit, menekan jantung seolah-olah akan berhenti berdetak setiap saat.Nan berhenti di dekat tempat tidur dengan sprai putih, tempat seseorang terbaring. Kakinya hampir tidak bisa seimbang saat melihat pemilik tubuh itu dengan matanya sendiri. Ini bukan kali pertama mereka bertemu, tapi... ini mungkin untuk terakhir kalinya.
"Nuea"
Suara merdu memanggil nama orang yang terbaring di ranjang. Dia mencoba menahan air mata sebisa mungkin. Tapi itu terlalu sulit untuk ditahan. Pada akhirnya, dia membiarkan itu mengalir tanpa henti.
Sayang....
Ya! Dia menangis karena merasa kasihan pada pria itu.
Dia tidak pernah memanggil Phi padanya meskipun usianya berbeda empat tahun.
Sosok tinggi yang berbaring di tempat tidur mengangkat matanya. Hidungnya dilingkari oleh ventilator yang terus bergerak naik turun. Wajah tampan berkulit putih itu terlihat pucat, dan tidak ada sehelai rambutpun yang terlihat.
Tubuh orang di depannya pasti mati rasa dan sakit setelah pengobatan untuk jangka waktu yang panjang karena penyakitnya.
Kanker
Nuea Nakarin, menderita penyakit ini.
Nan tidak merasa sedih. Karena kesedihan akan menyebabkan kehidupan ketika 'membenci' seseorang mulai terlepas kembali. Sejujurnya, dia membenci Nuea yang merupakan saudara tirinya.
Mereka memiliki ayah yang sama. Tetapi ikatan yang terbentuk di tubuh tidak membuat ayahnya memberikan sedikit cinta untuk saudaranya. Ibu Nan adalah seorang simpanan yang menghancurkan kehidupan pernikahan dan keluarganya karena mengandung anak dari ayahnya. Meski Nuea tidak membenci ibu tiri dan adiknya, tapi tidak ada yang bisa mengatakan bahwa dia bahagia dengan dengan keberadaan mereka. Sampai hari ini datang....Hari ketika ibu dan anaknya akan menghilang dari kehidupannya.
Menghilang ... dan dia akan menerima lebih banyak cinta dari ayahnya daripada dia, tetapi diatas semuanya, dia sangat membenci penyakit yang dia hadapi. Bukan karena membuat badan nya sakit dan lelah. Tetapi karena hendak mengambil seseorang darinya. Padahal kehidupan di universitas berjalan dengan baik. Termasuk mimpi diterima oleh adiknya Nan dan untuk 'mencintai' seperti yang dia ingin cintai.
Cinta ... dalam keadaan apapun, hubungan mereka tidak bisa dijelaskan sejak awal. Dan itu masih berlangsung sampai hari ini. Mereka bukan saudara karena sang adik tidak menerimanya dan bukan juga teman karena mereka berbeda empat tahun. Tapi yang pasti, mereka ingin menjadi satu-satu nya orang yang suatu saat bisa berdiri berdampingan satu sama lain.
"Nan ... kamu di sini?" Nuea tetap memaksakan dirinya untuk berbicara dengan orang-orang di depannya sebanyak mungkin.
Sebelum dia tidak memiliki kesempatan untuk itu.
Sebelum pergi ke suatu tempat. Baik suatu tempat di dunia ini atau dunia lain yang semakin mendekat.
Tangan lembut Nuea meluncur untuk memegang tangan pria kecil itu dengan erat, seolah khawatir dan takut. Tapi hatinya sangat berlawanan. Nan mendekatkan kepalanya mendekat dan membisikan kata yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua.
"Pergi."
"..."
"Jangan kembali."
"Aku ... maaf," kata pria pucat itu dengan suara gemetar.Dia ingin menjadi egois dan hidup untuk Nan. Dia ingin terus bernafas untuk waktu yang lama. Tapi dia tidak bisa untuk menunggu dan melihat masa depan yang indah dari pria kecil itu.