Diam
Hanya itu yang bisa gue lakukan. Ketika mengetahui dengan siapa sekarang ini gue berhadapan.
Dia
Yang selama ini gue rindukan
Yang selama ini gue cari keberadaanya
Kini dia tepat berada didepan gue. Dan jika ini semua adalah mimpi. Maka siapapun jangan bangunkan gue. Gue ingin lebih lama tertidur jika ini semua hanyalah mimpi.
Kami saling diam cukup lama. Matanya yang gue rindukan, yang setiap kali mencuri pandang kearah gue dengan sembunyi-sembunyi, kini mata itu bertatapan dengan gue. Dia juga sama diamnya seperti gue. Dimatanya terlihat jelas, keterkejutan dan dambaan. Kilau matanya seolah melupakan tujuan gue ketoko buku ini. Waktu seakan berhenti, membiarkan kami merasakan momen ini untuk lebih lama.
Dia akhirnya yang pertama memutuskan tatapan kami. Kemudian dengan tergesa dia berbalik dan pergi meninggalkan gue.
Dengan segera gue menghentikan langkahnya. Gue tidak mau kami berdua berakhir menjadi asing kembali. Gue ingin berjuang kali ini. Dan seperti yang sering gue katakan, bahwa ketika saatnya tiba, saat dimana gue dan dia bertemu, gue tidak akan menyiakan-nyiakan kesempatan itu. Sudah cukup tahun-tahun dimasa lalu, dimana gue merasa seperti kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan dia lagi, yang bahkan pada saat itu, namanya pun gue tidak tahu.
"Eh tunggu dulu." Gue mencegah dia sebelum dia pergi terlalu jauh dan menghilangkan kesempatan ini yang jika disia-siaka dan entah kapan akan mendapatkannya lagi.
"Kamu Kiara kan? Kiara dari SMP Cakrawala?" Tanya gue, walaupun gue sudah tau, dia adalah dia yang gue temui di SMP.
Dia pun berbalik. Kembali menatap gue, lalu mengangguk.
Gue kembali terdiam, tidak tahu harus melakukan apa dan mengatakan apa.
"Kok kamu tahu aku?" Tanyanya sedikit menyelidiki. Gue sedikit gugup saat akan menjawab pertanyaannya ini.
"Kan kita mutualan ig, terus lo juga pernah chat gue minta save kontak." Jawab gue dengan sedikit cepat, tak seperti biasanya gue ketika berbicara. Mungkin ini efek dari kegugupan itu.
Rasanya, gue kira dia hanya berbasa-basi. Dia tidak mungkin tidak mengenal gue. Jelas dia masih mengenali gue. Dari caranya menatap gue tadi, dimatanya sangatlah jelas kalau dia masih mengenali gue.
"Eh--oh iya juga ya." Jawabnya terbata, mungkin sama gugupnya dengan gue.
Lalu karena ingin segera menyingkirkan perasaan canggung ini, gue pun mencoba lebih santai, tidak tegang seperti tadi. Walaupun masih ada sedikit rasa gugup.
"Ini buku yang mau tadi lo ambilkan?" Gue menyodorkan tangan gue yang sedang memegang buku yang tadi sempat dia coba ambil.
"I--iya, makasih." Dia menerimanya, tersenyum canggung.
"Kalau gitu makasih ya, aku duluan." Pamitnya segera menuju kasir. Langkahnya tergesa dan tanpa sengaja totebag yang ia pakai menabrak rak buku disebelahnya. Gue ingin mencegahnya lagi, tapi entah kenapa disitu gue malah membiarkan dia pergi.
Lalu tak jauh dari tempat gue berdiri, gue melihat gantungan kunci kucing berwarna hitam. Gue ingat itu miliknya. Mungkin ia tidak sadar menjatuhkan itu saat totebagnya menabrak rak buku tadi.
Lalu gue pun mengambilnya. Sambil menatap gantungan kunci itu, gue merasa bahwa inilah jalan yang semesta tunjukkan agar gue bisa kembali bertemu dengannya. Semesta memberikan gue kesempatan lagi. Dan gue tidak tahu, apakah ini kesempatan yang akan diberikan lagi atau justru ini yang terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
How It Ends [End]
ContoBertemu kamu lagi adalah hal yang terindah dan sulit kupercaya. Mengingat dirimu yang amat sulit kugapai, rasanya pertemuan kali inipun akan berakhir sama. Tak saling mengenal dan hanya menjadi orang asing. Start: 3 February 2024 Finish: 9 February...