Rafayel hanya mengizinkannya masuk ketika dia mendengar Thomas juga seorang seniman. Itulah pertama kalinya Thomas bertemu dengannya. Thomas ingin berdiskusi tentang warna dengan Rafayel, tetapi Rafayel tidak tertarik. Dia hanya duduk di mejanya, mencampur warna dalam gelas kertas.
Thomas bertanya apakah dia tahu lukisannya terjual dengan harga tinggi.
Tanpa mengangkat kepalanya, Rafayel bertanya, "Yang mana?"
"Yang di acara amal itu."
"Oh."
Mendengar jawaban yang biasa-biasa saja, Thomas menjadi bingung. "Apa kamu tidak ingin tahu berapa harga yang kamu jual?"
"Selama itu bermanfaat bagi kegiatan amal, aku tidak peduli berapa banyak uang yang dihasilkan," kata Rafayel, lalu bergumam bahwa catnya kurang bagus. Ia mengambil kuasnya dan mencari warna di paletnya.
Teringat akan kritik orang tua itu, Thomas bertanya, "Apa merek cat yang kau gunakan?"
Seolah belum pernah mendengar kata itu sebelumnya, Rafayel akhirnya menatap Thomas. "Merek?"
Khawatir Rafayel tidak akan memberitahunya, Thomas memutuskan untuk menjabarkan pilihan catnya terlebih dahulu. "Madeline, Bailey, Curio... Itu adalah merek-merek cat yang kugunakan. Aku akan menukarkan beberapa denganmu."
Rafayel mengaduk isi cangkir kertas dengan kuas kecil. Butuh beberapa saat baginya untuk berkata, "Terima kasih. Tapi aku bisa membuatnya sendiri." Thomas menarik napas dalam-dalam. Apakah ini sikap seorang seniman terkenal? "Lalu, bagaimana kamu membuat warna merah pada lukisanmu?" tanyanya.
Rafayel membuat garis di selembar kertas dengan cat dari cangkir kertas. Puas, ia menatap Thomas lagi. "Apa kamu ke sini karena ingin belajar dariku?"
Mendengar hal ini, Thomas merasa sedikit jengkel. Tetapi dia tahu bahwa untuk mempelajari kebenaran, dia harus melepaskan kesombongannya. "Jika kau memberi tahuku, aku akan membuatmu lebih terkenal."
Rafayel mengambil cat yang telah ia campurkan ke kanvasnya. "Aku tidak melukis untuk mendapatkan ketenaran."
Thomas kembali ke masa sekarang, membuka matanya untuk menatap bagaimana ombak menghempas pasir. Dia merasa sentimental. "Setelah itu, aku akan belajar bisnis untuk menjadi manajer mu. Sejujurnya, Aku terkesan saat pertama kali melihat hasil karyamu. Aku tidak percaya bahwa seseorang yang berbakat seperti dirimu ada. Jadi, Aku percaya pada bakat yang kau miliki. Kamu tidak akan terhenti oleh artist's block. Kau akan-"
Berbalik, kata-kata Thomas terhenti di tenggorokannya.
Sosok Rafayel bergerak semakin jauh, hingga akhirnya menjadi sebuah titik kecil di kejauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Deepspace Anecdotes : Rafayel
Science FictionAnecdotes : Love and Deepspace (Rafayel ver.) Ini adalah terjemahan bahasa Indonesia dari anekdot Love and Deepspace. Semua karakter adalah milik Infold Pte. Ltd., saya hanya membantu menerjemahkan agar player memahami alur cerita dari masing-masing...