"LICOL LICOLL AKAK BEYI LICOL NA""LICOL ENYAK MULAH MULAH UMAN LIMA LIBU DUA"
"LICOL NA AMAN"
Anak kecil itu menawarkan dagangan pada orang yang berlalu lalang di taman, Dengan semangat nya yang tak luntur dari pagi hingga sekarang, Risol nya sudah terjual sebagian.
Pipi yang chubby bergoyang kekanan dan kekiri seiring ia berteriak menawarkan dagangan nya, Dia Amara Lovita gadis penjual risol di taman wisata, namun terkadang ia berjualan di pinggir jalan.
"Halo adik manis berapa harga risol nya?" Tanya seorang gadis beserta teman nya yang sedari tadi melihat Amara dengan gemas nya.
"Licol na uman lima libu dua akak" Jawab Amara dengan riang.
"Oh klo gtu kaka beli 10 ribu ya dek".
"Kaka jga sama ya dek" Amara mengangguk dengan semangat kemudian ia mulai mengantongi risol nya dan memberikan nya pada kedua kaka itu.
"Ady dua puyuh libu ya akak" ujar Amara dengan senyum manisnya.
"Oh iya dek, kembalian nya ambil saja buat adek beli susu" Gadis itu memberikan Amara selembar uang berwarna biru.
"Wah maacih akak cancii" Amara melompat lompat kegirangan membuat kedua gadis itu memekik gemas.
"Duh adek lucu banget, nama nya siapa?" Tanya gadis satunya sambil mencubit pelan pipi chubby Amara.
"Ama lala itu amala akak".
"Lala?"
"Ukan akak api lala pake llllll" Ujar Amara dengan ekspresi yang serius, Amara memang belum lancar dalam berbicara karna tak ada orang yang mengajari nya berbicara termasuk kedua kaka tirinya.
Diusianya saat ini Amara hanya terpokus untuk berjualan risol tanpa berniat memiliki teman walaupun sebenarnya ia ingin sekali mempunyai teman namun ia kubur itu dalam.
"Oh rara? Kenalin nama kaka Anisa dan ini temen kaka namanya kiara" Ujar anisa sambil mengelus kepala Amara.
"Udh hampir malem, mnding rara pulang aja" Ujar kiara dengan lembut.
"Api than licol na beyum abis" Ujar Amara dengan wajah yang cemberut.
"Sni kaka borong semua nya!" Ujar kiara dengan semangat.
"Wah benelan akak?" Tanya Amara dengan wajah yang senang.
"Tentu ayo bungkusin smuanya buat kaka" Dengan semangat Amara membungkus semua risol nya dan memberikan nya pada kiara.
"Brapa smuanya ra?"
"Lala yupa nitung na, belapa caja deh coalnaaa akak baik" Ujar Amara membuat kiara dan anisa tersenyum lembut.
"Nih, udh sna pulang hati hati ya" Kiara memberikan Amara selembar uang berwarna merah dah diterima baik oleh nya.
"Oke maacih akak, pay pay!" Amara mengambil keranjang miliknya dan tak lupa melambaikan tangan nya pada kiara dan anisa.
Amara dengan langkah riang nya meninggalkan taman, langkah kecil yang penuh semangat, kaki kecil nya mulai menelusuri jalan kerumah nya namun sebelum pulang kerumah nya Amara pergi kerumah bibi penjual risol.
Risol yang ia jual bukan buatan nya melainkan milik seorang penjual risol di ujung jalan hampir dekat dengan rumah nya.
"BIBI LISOL NA ABIC YEY" Teriak Amara kala melihat bibi darmi yang selalu menunggunya di teras rumah nya.
"Jngan lari Amara" Tegur bi darmi saat ia melihat Amara berlari kencang kearahnya dengan membawa keranjang.
"Hhe maap bibi lala agy cenang cih coalna licol na abic" Ujar Amara sambil tersenyum menampilkan gigi putihnya yang tersusun rapi.
"Risol nya abis? Pinternya rara berjualan" Ujar bi darmi sambil mengambil keranjang nya.
"Hehe lala gtu loch xixi" Ujar nya sambil terkirim geli.
"Oh iya ni uang na bibi" Amara memberikan semua uang hasil dagangan nya tanpa ada yang ia sembunyikan.
"Loh knapa kebanyakan?" Tanya bi darmi saat menghitung uang yang di berikan Amara.
"Ady ada yang kacih amala uang yebih bibi".
"Oh gtu, ywdh ini buat rara mksih ya rara" Bi darmi memberikan tiga lembar uang berwarna biru pada Amara.
"Wah banak! Maacih bibi" ujarnya sambil melompat-lompat kegirangan.
"Iya, yaudah sna pulang nnti kaka rara marah lagi" Bukan niat bi darmi untuk mengusir Amara akan tetapi ia hanya tak ingin Amara menjadi sasaran kemarahan kedua kakanya.
"Othey! Pay pay bibi becok lala mau jualan agy yaa" Amara melambaikan tangan nya dan meninggalkan bi darmi yang menatap Amara dengan sendu.
"Semoga kebahagiaan mu akan cepat datang agar kamu bisa tau bagaimana rasanya disayang seperti harapan mu, bertahan lah sebentar lagi".
Disisi lain Amara telah sampai di rumah nya, ia hanya tinggal bertiga dengan kedua kakanya tirinya, kedua orang tua mereka meninggal karna kecelakaan beruntun.
"Accalamualaikum, akak lala puyang" Amara membuka pintu rumah nya dengan pelan, ia masuk kerumah kecil nya namun tak ada tanda tandanya ada kedua kaka nya.
Sudah terbiasa baginya, jika amara pulang cepat pasti para kaka nya sedang bermain di luar mereka akan pulang saat malam, dan berarti sebentar lagi mereka pulang.
Amara duduk di sofa yang selalu kaka nya tempati, Amara juga memliki tempat duduk nya sendiri akan tetapi itu sudah tua dan keras bagi amara ia hanya ingin merasakan duduk di sofa kakanya saja.
"HEH NGAPAIN LO DUDUK DI SANA SIALAN?" Seorang gadis menarik tangan Amara dengan keras, Amara yang sedang melamun tak tau akan kaka nya sudah pulang.
"Sthh cakit akak" Ujar Amara dengan meringis.
"Hah skit? Suruh siapa lo duduk di sana enak banget lo dasar anak pembawa sial" Perempuan itu mendorong Amara dengan keras membuat dahi Amara membentur lantai yang keras.
"Hiks maapin lala akak hiks lala uman inin duduk caja" Amara menundukan kepalanya ia tak heran menatap wajah sang kaka.
"Ada apa sih arin?brisik amat" Tanya seorang perempuan yang lebih dewasa dari mereka namanya karina kaka pertama mereka.
"Nih liat si pembawa sial malah duduk di kursi gue, kesel bnget jijik gua mau duduk disana nya lagi" Ujar arin kaka kedua Amara.
"Ck lo jdi orang cari masalah trus ya!" Karina berjongkok sambil menatap Amara sinis.
"Mna hsil dagang tadi?" Amara dengan cepat memberikan uang yang diberikan bi darmi pada kaka pertamanya.
"Nah bgus bsok² krja yg rajin lagi biar bnyak duit" Ujar karina sambil mendorong dahi Amara dengan tatapan yang jijik.
"GA MAU TAU PKOKNYA BSOK LO CUCI KURSI GUA SAMPE BERSIH!" Ujar arin dengan penuh penekanan.
"Noh mkan buat lo" Amara mengangguk mengerti, kedua kakanya pun meninggalkan Amara sendiri.
"Hiks dahi lala cakit hiks beldalah" Lirih nya sambil menangis.
"Ndak hiks amala ndak boyeh cengeng! Amala kan cupelmen xixi" Amara terkirim geli namun air matanya masih mengalir.
Amara bangkit dan membuka bungkusan yang di berikan kaka nya, Amara tersenyum senang ia akan makan hari ini walaupun nasi itu bekas kakanya tapi Amara tetap bersyukur karna dapat makanan.
Amara mulai memakan nasi itu dengan perlahan, nasi timbel dan satu potong tempe membuat Amara dengan antusias memakan nya.
Jumat, 9 Feb 2024 ✍️🏼
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Amara
General FictionAmara lovita gadis kecil berusia 4 tahun yang harus banting tulang untuk kedua kaka tirinya. Si kecil penjual risol yang ingin memiliki hidup bahagia dan di sayangi orang di sekitarnya. Hidup yang selalu dijadikan budak uang oleh kedua kakanya, caci...