Mahen berjalan bolak balik menunggu amarah yang tengah di periksa dengan perasaan gusar "Perasaan apa ini? Knapa saya sekhawatir ini pada rara" pikir dady mahen bukan kah mereka hanya bertemu sekali dan Amara mampu membuat nya sesayang ini pada amara.
"Pelet apa yang di gunakan nya astaga".
"Dady, Dady bagaimana keadaan rara huh huh?" Ujar rian sebari mengatur nafas nya yang ngos-ngosan.
"Msih di priksa". Arion mendekati pintu ruangan Amara, dari kaca kecil dirinya melihat Amara yang terbaring lemah dengan infus di tangan nya.
Kairy dan rian mendudukkan dirinya di kursi tunggu "Ddy bukan kah kita harus memberi pelajaran buat orang itu krna telah menyakiti berlian kita" Ujar kairy datar.
"Bnar! Kta hrus balas mereka dua kali lipat" Ujar rian tajam.
"Bukan dua kali lipat, tapi 100 kali lipat" Ujar arion tajam.
"Tpi kta ga tau siapa yng menyakitkan rara" Ujar kairy sambil mengusap rambut nya kasar.
"Siapapun itu, mereka ga akan bisa hidup tenang" Ujar dady mahen sambil mengepalkan kedua tangan nya menahan amarah nya
Ceklek
Seorang dokter anak keluar dari ruangan itu, membuat mereka langsung menghampiri nya "Bagaimana?" Tanya dady mahen.
"Keadaan pasien bisa di katakan buruk, di badan nya terdapat bekas cambukan yang seperti baru, bekas tamparan di pipinya dan juga pasien mengalami deman, lebih lanjut nya dari klian ikut saya keruagan saya ada hal yang ingin sya bicarakan". ujar sang dokter.
"Bekas cambukan? Sialan berani sekali mereka" Pikir dady mahen sebari mengepalkan tangan nya.
"Biar sya sja" Ujar kairy diangguki sang dokter.
"Apa kta bsa menjenguk adik saya?" Tanya rian.
"Bisa tpi klian jngan membangunkan nya, krna pasien butuh istirahat" Rian mengangguk dan langsung masuk kedalam ruangan itu diikuti oleh rion dan dady mahen.
"Mari tuan muda" Ajak sang dokter.
"Hm".
Di dalam ruangan mahen duduk di dekat Amara sedangkan rion dan rian berdiri disamping Amara.
"Bangun sayang, jangan bikin kita cemas" Ujar dady mahen sebari mengelus kepala Amara.
"Siapa yang brani ngelakuin ini sama adek hm? Ayo bilang sama abg biar abang yang bunuh dia!" Ujar rian dengan tegas.
"Hei kau tak mau melihat abng kesayangan mu ini?" Ujar Arion membuat dady mahen dan rian menatap nya tajam.
"Abang kesayangan ndas mu! Kesayangan rara itu rian ya bukan abg" Sinis rian.
"Diam klian! Kesayangan rara itu dady bukan bocah tengil kaya kalian!".
"Tua bangka diem aja!" ujar mereka kompak.
"Sialan" Desis dady mahen, andai mereka bukan anaknya sudah dia bantai dari orok maybe.
"Rian yang ketemu dluan sma rara ya!andai kalian ga kepo sama rian dan susulin rian ke RS pasti rara bakal jadi milik rian seorang!".
"Ga peduli" Ujar dady mahen dan Arion.
"Ck" Rian mendengus kesal sebari berdecak pinggang.
"Eunghh" leguhan amara membuat mereka mengalihkan atensi nya, mereka dengan cepat menatap amara.
"Baby ada yang skit? Dimana hm?" Tanya dady mahen kala melihat amara siuman.
"Uhh haus dady" Ujar amara dengan suara yang kecil seperti gumam an.
"Ah haus?" Rion dengan cepat mengambil air yang ada di meja samping nya dan langsung memberikan nya pada amara.
"Telimakacih" Amara meminum air itu dengan di bantu oleh dady mahen.
"Your welcome".
"Ha Yol wilkom? Tu apa?"Tanya amara dengan kepala yang dimiringkan.
"Hahaha bukan yul wilkom syang tpi your welcome yang artinya sama sama" Ujar rian sebari tertawa lucu sekali adik nya ini pikir rian.
"Ics bang ian ndak bole begitu cama lala! Than lala ndak tawu" Ujar Amara dengan kesal.
"Jngan pedulikan dia ya baby, rara knapa bisa skit hm?" Tanya dady mahen membuat Amara terdiam kaku.
"Umh lala ndak papa" Elak amara, jika amara mengatakan yang sebenarnya maka kedua kaka nya akan terlihat buruk di mata orang lain pikirnya.
"Berbohong?" Tanya rion sambil menatap amara yang menunduk.
Amara menatap mereka satu persatu "Ehh bang kay temana? Kok ndak ada".
"Mencoba Mengalihkan pembicaraan syang?" Ujar dady mahen datar.
"Rara tau ga? Berbohong itu ga baik loh rara mau masuk neraka hm? Nnti di neraka kamu di siksa loh" Ujar rian menakut nakuti Amara.
Amara menggelengkan kepalanya sebari memeluk tubuhnya kala mendengar kata siksa. Amara takut sungguh ia tak mau di siksa lagi itu sangat amat menyakitkan!.
"Ndak mawu hiks jauhin nelaka dali lala hiks lala hiks ndak mawu di cikca lagi hiks hiks" Ujar Amara dengan sesegukan membuat mereka panik.
"Eh syang .... Ga ada yang siksa kamu kok klo kamu nya mau jujur" Ujar rian panik kala di tatap tajam oleh dady mahen dan arion.
"Iya syang, jadi siapa yang udah lakuin ini sama kamu?" Tanya arion.
"Akak lala hiks" Ujar Amara dengan ragu, matanya masih mengeluarkan kan air mata.
"Kaka kmu? Knapa bisa hm coba ceritain apa yang terjadi sama kamu" Ujar dady mahen sebari mengelus kepala Amara.
"Temalin lala hiks ndak awaa uang akak nunggu lala telus akak malah cama lala, lala di bawa ke gudang teluc lala ndak hiks lala di ukul akak cakit hiks".
"Sutt jngan nngis ya, nnti sakit nya ilang kok yah" Ujar rian sebari menghapus air mata amara, dirinya tak menyukai amara menangis karna orang lain.
"Sialan, biadab sekali kaka nya Amara" batin mereka.
"Iya hiks lala ndak angis kok hiks kan lala cupelmen hiks" Ujar Amara membuat mereka terkekheh pelan.
"Haha iyaa iya supermen kecil" Gurau kairy sambil terkekeh.
"Supermen? Hahah manis sekali" Pikir arion dalam hatinya.
"Aghh pengen nyubit pipinya! Tpi tkut rara nngis" Gumam rian.
"Sial pngen cpet² jdiin rara anak sya" Pekik dady mahen sambil menggigit pipi dalam nya.
"Oh ya kok bica lala ada di cini? Ukan na lala ada di gudang ya?" Tanya Amara membuat mereka saling tatap satu sama lain.
"Ah itu rahasia, rara blum mkan? Mau mkan?" Tanya rian mengalihkan pembicaraan, tak mungkin mereka mengatakan alasan nya.
"Mawu lala lapel".
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amara
General FictionAmara lovita gadis kecil berusia 4 tahun yang harus banting tulang untuk kedua kaka tirinya. Si kecil penjual risol yang ingin memiliki hidup bahagia dan di sayangi orang di sekitarnya. Hidup yang selalu dijadikan budak uang oleh kedua kakanya, caci...