Chapter 3

609 56 2
                                    

Beberapa jam mencuci pakaian dan mengerjakan pekerjaan rumah lain nya Amara langsung mengunci pintu rumah nya dan berjalan kearah bi darmi, meskipun Amara merasa badan nya sakit semua dan kepalanya pusing namun ia tak bisa berhenti bekerja walaupu...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa jam mencuci pakaian dan mengerjakan pekerjaan rumah lain nya Amara langsung mengunci pintu rumah nya dan berjalan kearah bi darmi, meskipun Amara merasa badan nya sakit semua dan kepalanya pusing namun ia tak bisa berhenti bekerja walaupun sehari, jika ia libur sehari Amara pasti akan disiksa dan di marahi oleh para kak nya.

Setiap pagi Amara akan sarapan risol yang di berikan oleh bi darmi sebab para kakanya hanya memberikan nya makan waktu ia pulang bekerja saja itupun jika Amara pulang membawa uang yang banyak.

Beberapa menit Amara menempuh perjalanan ke rumah bi darmi akhirnya ia sampai di tujuan nya.

"Accalamualaikum bibi, lala mau nambil lisoll" Ujar Amara dengan sopan.

"Loh rara baru dteng? Hbis bersihin rumah ya?" Ujar bi darmi sambil menenteng keranjang berisi risol yang akan di bawa Amara.

"Huum, hehe" Amara mengangguk dan mengambil keranjang itu.

"Kmu pucet lagi skit ya ra? Pipi kamu jga merah knapa? Di pukul kaka lagi ya?" Tanya bi durma khawatir, ia tau perlakuan kedua  kaka Amara terhadap adik nya karena Amara yang selalu ia suruh cerita jika ada apa-apa.

"Hehe lala ndak papa kok, than Amara cupelmen! Lala mau jualan duyu pay pay bibiii do'ain ya cupaya lalic semua licol naa" Ujar Amara dengan semangat walaupun sedari tadi ia menahan rasa sakit di kepala dan di tubuhnya.

"Hhha iya deh, rara mkann dlu risol nya udh bibi pisahin ya" Ujar bi durma sebari tersenyum miris, ia mengusap matanya yang hendak mengeluarkan air mata.

Anak sekecil Amara yang mengharuskan ia banting tulang untuk menafkahi kedua kaka nya, padahal ia tahu kedua kakanya sudah dewasa namun mereka menjadikan Amara tulang punggung nya sungguh kejam.

Amara mengangguk  dan mulai berjalan meninggalkan bi durma, langkah yang kecil menuju ke pinggiran jalan. Amara berjualan di taman hanya hari sabtu dan minggu jika hari biasanya ia akan berjualan di pinggir pinggir jalan.

Amara berjalan sebari memakan risol milik nya, pipi nya yang Chubby penuh dengan risol di mulutnya, selain suka berjualan Amara juga sangat suka dengan risol buatan bi darmi yang sangat enak.

"LICOL LICOL" Amara berteriak setelah ia selesai menghabiskan risol milik nya.

"Akak, bibi, aman ayo beyi licol na"

"LICOL LICOL, LICOL ENYAK"

"LICOL NYA AKAK MULAH NIH"

Amara terus menawarkan jualan nya pada orang yang berlalu lalang sebari terus melangkah kan kaki nya tanpa menghiraukan rasa sakit nya.

"Ugh pala lala pucing angett" Amara memegang kepalanya yang berdenyut sedari tadi. Ia menaruh keranjangnya dan berjongkok di pinggir jalan, Amara merasa sudah tak kuat lagi berjalan.

"Hikc cakit hiks" Amara menelusupkan kepalanya pada lipatan tangan nya.

Banyak yang melihat Amara namun mereka hanya acuh mereka berpikir mungkin Amara kelelahan dan sedang beristirahat sebentar.

"Khem" Deheman seorang pria mengagetkan Amara, ia melihat kedepan ada sepasang kaki dibaluti sepatu yang bagus  berdiri di depan nya.

Amara mendongak untuk melihat orang itu, matanya yang berair dan pipi chubby dan idung nya yang mungil memerah membuat kesal Amara terlihat sangat imut bagi siapapun yang melihat nya.

Deg.

"Sial mengapa ada anak seimut ini di sini?" ujar pria itu dalam hatinya ketika ia melihat wajah Amara.

"Hiks akak mau beyi licol ya? Hiks" Tanya Amara sebari mengusap air matanya.

"Ah iya" pria itu berjongkok di hadapan amara dan melihat Amara dengan inter, ternyata anak lucu ini sedang berjualan pikirnya.

"Akak mau beyi licol na belapa hiks" Tanya Amara yang masih sesegukan.

"Semua".

" Cemua na? Uh tunggu cebental yaa, lala ungkus duyuu" Ujar Amara kegirangan.

Amara mulai mengantongi semua risol nya dalam beberapa bungkus. Amara memejamkan matanya erat rasa pusing nya sedari tadi tidak mau hilang.

Amara merasa penglihatan nya kabur, dengan perlahan ia menggelengkan kepalanya dan...

Bruk

Amara pingsan membuat pria tadi terkejut dan segera menggendong Amara masuk ke mobil nya, pria itu memangku Amara dan menjalankan mobil nya dengan satu lengan.

"Hey bangun lah!"

"Sial, gua hrus ngebut"

Pria itu menjalankan mobilnya dengan ugal ugalan tak peduli dengn para pengendara lain yang meruntuki nya yang terpenting bagi nya adalah membawa gadis kecil ini ke rumah sakit dengan cepat.

Beberapa menit mereka telah sampai di rumah sakit, pria itu dengan tergesa-gesa gesa menggendong Amara membawanya langsung ke ruangan rawat.

"DOKTER SIALAN CPAT PERIKSA ADEK SAYA!" Ujar pria berteriak.

"Ada apa tuan muda?" Seorang dokter menghampiri pria itu.

"Priksa adk gua di dlam cpat!" Ujar pria itu penuh penekanan.

"Ha? Adk? Diakan anak bungsu ah bodolah dri pda sya di pecat" Gumam sang dokter dalam hatinya, dengan cepat sang dokter masuk ke ruangan itu dan memeriksa Amara.

Jangan lupa tinggalkan jejak!
Vote dong gratis kok:>

AmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang