Di pagi yang cerah, sinar matahari menerobos masuk melalui jendela kamar Azizah. Dia terbangun dengan semangat yang tinggi, siap untuk menjalani hari yang penuh petualangan. Azizah mengenakan pakaian terbaiknya dan dengan riang melangkah keluar rumah.
Sementara itu, Rangga sedang melukis di studio kecilnya. Kuas dan cat berpadu dengan indah di atas kanvas putih, menciptakan karya seni yang memikat. Rangga tenggelam dalam dunianya sendiri, melupakan waktu dan segala kekhawatiran yang ada.
Takdir memainkan peran penting dalam pertemuan mereka. Azizah berjalan melewati taman bunga yang indah, mencari inspirasi untuk puisi barunya. Tiba-tiba, pandangannya tertuju pada seorang pemuda yang sedang melukis dengan penuh dedikasi. Rangga, tanpa sadar, juga memperhatikan gadis yang sedang berjalan di seberang taman.
Mata mereka bertemu, dan dunia seakan berhenti berputar sejenak. Ada magnet yang tak terbantahkan antara mereka, seolah-olah mereka telah saling mengenal sejak lama. Azizah dan Rangga saling tersenyum, merasakan getaran aneh yang mengalir di antara mereka.
Namun, sebelum mereka bisa bertukar kata-kata, sebuah telepon berdering. Azizah terpaksa meninggalkan taman bunga, meninggalkan Rangga dengan perasaan campur aduk di dadanya. Mereka berpisah dengan janji untuk bertemu lagi di taman yang sama pada hari berikutnya.
mengisahkan pertemuan yang tak terduga antara Azizah dan Rangga. Meskipun hanya sebentar, momen itu telah menciptakan ikatan yang kuat di antara mereka. Apakah pertemuan mereka ini akan menjadi awal dari kisah cinta yang indah, ataukah hanya akan menjadi kenangan yang singkat? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Di sebuah pantai yang indah, langit cerah dan ombak yang tenang, Azizah berjalan sendirian di tepi pantai. Dia merasakan angin sepoi-sepoi menyentuh wajahnya dan pasir lembut di bawah kakinya. Azizah adalah seorang gadis yang mencintai keindahan alam dan sering menghabiskan waktu sendirian di pantai ini.
Tak jauh dari sana, Rangga duduk di atas batu besar, melukis pemandangan yang menakjubkan. Dia adalah seorang seniman yang jiwanya terpaut pada seni lukis. Rangga menikmati kesendirian dan ketenangan di tepi pantai ini, tempat dia bisa mengekspresikan dirinya melalui lukisan.
Tak sengaja, pandangan Azizah tertuju pada lukisan Rangga yang tergeletak di dekatnya. Dia terpesona oleh keindahan lukisan itu dan tak bisa menahan diri untuk mendekat. Rangga melihat Azizah mendekat dan tersenyum ramah.
"Apakah kamu suka lukisan ini?" tanya Rangga.
Azizah mengangguk sambil tersenyum. "Iya, aku sangat terpesona dengan keindahan lukisan ini. Kamu seniman yang sangat berbakat."
Rangga tersenyum bangga. "Terima kasih. Aku sangat mencintai seni lukis dan pantai ini memberiku inspirasi yang tak terbatas."
Mereka mulai berbincang-bincang tentang seni, keindahan alam, dan apa yang mereka rasakan saat berada di pantai ini. Azizah bercerita tentang betapa dia merasa hidup di pantai dan bagaimana alam memberinya kedamaian. Rangga menceritakan tentang kegembiraannya dalam melukis dan bagaimana seni menjadi jiwanya.
Waktu berlalu dengan cepat saat mereka terus berbicara. Mereka saling berbagi cerita hidup masing-masing, impian, dan harapan. Azizah merasa bahwa dia telah menemukan seseorang yang benar-benar memahaminya, seseorang yang bisa diajak berbicara tentang hal-hal yang penting baginya.
Rangga juga merasa hal yang sama. Dia merasa nyaman dan terhubung dengan Azizah dalam percakapan mereka. Mereka merasakan keajaiban pertemuan tak terduga ini, di tepi pantai yang indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TEPI PANTAI.
Romance"Cinta di Tepi Pantai" adalah sebuah cerita yang mengisahkan tentang pertemuan tak terduga antara Azizah dan Rangga di sebuah pantai yang indah. Azizah, seorang gadis yang mencintai keindahan alam, dan Rangga, seorang seniman yang jiwanya terpaut pa...