Sebuah mobil hitam ber-merk Lamborghini membawa sepasang alpha mengenakan pakaian setelan jas serba hitam pula. Keduanya turun dan segera menuju hall tempat acara berlangsung.
Dengan gentle dan tanpa malu, si pria muda itu mengulurkan tangannya setelah membukakan pintu si pria yang lebih tua darinya.
"Aku tak membayarmu, jangan terlalu tunduk padaku." ucap Naret melihat uluran tangan Tin.
"Haha... Kacau, aku ingin terlihat romantis , tapi phi menganggapku layaknya anjing Peliharaan mu. "
Akhirnya mereka pun berjalan beriringan tanpa kontak fisik sedikitpun seperti yang Tin harapkan.
"Phi, apakah kita terlalu menakutkan untuk sebuah pesta?" tanya Tin dengan menunjuk setelan serba hitamnya. "Serba hitam? Seperti mafia dia dalam novel, tapi aku malas berpikir tentang konsep pesta, jadi aku kira ini yang terbaik. Dan ku lihat, phi sangat tampan mengenakan itu. "
"Kau ini sedang mengeluh atau memuji? " tanya Naret dengan mendelik ke arah Tin.
Tin tertawa mengingat kalimatnya sendiri tadi memang rancu.
"Tapi tentang kau sangat tampan malam ini aku tidak bohong. Aku beruntung. "
"Sudah berkali-kali kau menyebutkan kata itu, kau tidak perlu mengatakan lagi karena semua orang juga sudah tahu kalau aku memang tampan. "
Tin tersenyum miring saat melihat gaya dan ekspresi menggoda Naret saat dia memamerkan ketampanan nya.
Pintu Hall di buka, acara pesta tampak terasa intimate , namun yang hadir juga tak sedikit. Naret berjalan pelan dengan melihat sekitar. Tin menyadari bahwa Naret tertinggal beberapa langkah di belakang saat mereka berjalan.
"Apa yang phi lihat? " tanya Tin.
Naret menoleh, "Tidak, aku hanya melihat beberapa teman lama. Pesta ini tidak terlalu membosankan bagiku. "
Tin mengangguk tak terlalu memperdulikan itu, ia menggiring Naret menuju beberapa kenalannya. Ia pun tak segan untuk meraih pinggang yang lebih tua untuk membawanya berjalan beriringan tanpa penolakan.
"Phi boleh pergi setelah aku memperkenalkan mu pada beberapa orang. " bisiknya pada Naret.
Sedikit tawa menyertai sapaan Tin dengan orang-orang yang ada di sana. Tak di sangka, Naret juga memainkan perannya dengan begitu baik, dia dengan mudah berbaur dan memberikan senyuman pada kenalan Tin. Pria yang lebih tua itu juga terlibat dalam percakapan mereka. Semua terlihat baik.
Beberapa saat kemudian, Tin menggiring Naret lagi menuju ke meja minuman.
"Minunlah, banyak senyum palsu yang kau keluarkan tadi. Bukankah phi butuh energi? "
Naret mengambil gelas di tangan Tin.
"Aku menikmatinya, "
"Oh, aku terkejut. " balas Tin berpura-pura.
"Jadi, apakah sekarang aku bisa menyapa kawan-kawanku? " tanya Naret.
"Siapa mereka? "
Naret menunjuk segerombolan lelaki yang Tin kira mereka adalah para alpha di pojok ruangan.
"Aku asing dengan wajah mereka. " tanggap Tin.
Naret tidak heran. "Mereka baru saja mengeluarkan brand komunikasi. Mereka teman-teman kuliahku. "
"Tunggu, kau kuliah disini phi? " tanya Tin terkejut.
"Hm." Naret tak mau menanggapi lebih.
Tin mencoba memahami itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence [ SUDAH TERBIT ]
Fanfiction[ BOYS LOVE ] Pertemuan paling menyebalkan dua orang asing di Auckland membuat Artin dan Raven justru semakin dekat. Pertemuan tersebut menyebabkan kondisi Limerence Artin kembali mencuat. Ketika asmaraloka telah terjalin,keduanya menemukan sebuah f...