07. Terlambat

190 24 3
                                    

Di hari Senin, kebanyakan orang sudah bersiap-siap memulai hari setelah libur, termasuk Reya yang baru saja bangun.

Reya terbangun karena hangatnya sinar matahari pagi yang menyapa melalui sela-sela jendela kamarnya, mengusir kantuk dengan lembut.

Dia mengucek matanya dan melihat ke arah jam dinding yang ada di atas meja nakas, "Oh, jam setengah tujuh"

"HAH JAM SETENGAH TUJUH?!" ucapnya dengan nada yang lebih tinggi dan panik, ketika menyadari dia terlambat.

Hari ini hari Senin, dan Reya harus berangkat ke sekolah untuk mengikuti upacara yang sudah menjadi rutinitas. Dia adalah seorang gadis yang rajin dan selalu tepat waktu. Namun, hari ini dia bangun kesiangan.

Reya segera bangun dari tempat tidurnya. Dia harus bergegas mandi dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah.

Reya melangkah turun tangga dan melihat Mbak Indah, yang telah bekerja selama 5 tahun, sedang sibuk di ruang tamu.

"Selamat pagi, mba Indah. Kakak-kakakku sudah pada berangkat?" tanya Reya khawatir saat melintas di depan Mba Indah.

"Sudah, dek."

"Oh iya, mba baru teringat. Tadi kata Den Zidan, dek Reya disuruh naik ojek aja," tambah Bu Inah.

"Naik ojek, mba?" tanya Reya untuk memastikan.

"Iya, Non. Den Zidan bilang lebih cepat naik ojek agar tidak terlambat," konfirmasi Mba Indah sambil tersenyum.

"Yaudah, aku berangkat dulu ya, mba. Sekalian cari ojek di depan, kalau ojol kayaknya gak sempat ini," ucap Reya sambil bergerak cepat menuju pintu.

"HATI-HATI, DEK REYA!" teriak Mba Indah ketika punggung Reya sudah mulai hilang dari pandangannya.

                              .........

Sekarang Reya sudah berada di depan komplek, mencari ojek untuk segera berangkat ke sekolah.

"Apa aku minta tolong Mas Onel aja," pikirnya saat melihat satpam komplek yang bernama Onel.

Reya pun mendekati Mas Onel yang sedang berjaga di pintu komplek.

"Selamat pagi, Mas Onel. Maaf mengganggu, bisa minta tolong antar aku ke sekolah? Aku terlambat bangun soalnya," ucap Reya dengan wajah cemas.

Mas Onel tersenyum, "Tentu, dek. Ayo naik, saya antar ke sekolah." Dengan bantuan Mas Onel, Reya berharap bisa sampai ke sekolah dengan segera.

                              .........

Saat ini, Reya dan Mas Onel telah dekat dengan sekolah Reya, akan tetapi motor Mas Onel mogok di tengah perjalanan, membuat Reya merasa cemas. Meskipun berusaha memperbaiki motor, tetapi tetap tak bisa dinyalakan.

"Masih belum bisa nyala mas?" tanya Reya.

Mas Onel menggeleng dengan raut wajah bersalah yang sangat kentara di wajahnya, "Belum dek, maaf ya. Kayaknya saya gak bisa antar kamu sampai sekolah."

Reya memutuskan untuk berjalan kaki walaupun masih ada jarak 1 km, "Aku jalan kaki aja deh mas."

"Keknya gerbang belum tutup," ucap Reya

"Sekali lagi maaf ya dek," sesal Mas Onel sekali lagi.

                                    .....

Saat ini, Reya telah sampai di depan gerbang sekolahnya. Namun, naasnya, ketika sampai gerbang, sudah dijaga oleh beberapa anggota OSIS yang siap menghukum siswa-siswi yang melanggar aturan.

Huft...

Huft...

Reya bernafas dengan cepat dan tak teratur, kelelahan setelah berlari, sementara seseorang menyadari keberadaannya. Orang tersebut menepuk bahunya, "Re? Tumben lo telat."

"Suara ini," batin Reya saat mendengar suara yang menurutnya familiar.

Reya membalikkan badannya untuk melihat pemilik suara itu.

Orang tersebut, dengan senyum ramah, mengangguk saat Reya akhirnya memperhatikan kehadirannya.

Teman kecilnya yang juga anggota OSIS itu menjawab dengan nada santai, "Ya, gue! Tumben lo terlambat, Re?"

Reya menghela napasnya, masih mencoba untuk pulih dari napas yang terengah-engah. "Iya, maaf ya. Tadi motor yang gue pakai mogok."

"Ah, dimengerti. Nggak masalah, kok. Tapi jangan sampai lo terlambat lagi," Reya tersenyum lega mendapat pengertian dari temannya itu. Sebelum-

"Dia tetap harus dihukum!"

TBC

 GORDIAN KNOT (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang