Niatnya pengin update setiap hari libur, sih, tapi belum bisa janji. Karena Aster & Wister dipublikasikan lebih awal dari cerita yang lain, jadi gak bisa dijadwalkan.
Setelah dirundingkan dengan batin dan pikiran, sepertinya kita up satu/dua minggu sekali aja, ya, sekali-kali istirahat panjang:D
Selamat menikmati, jangan lupa setel lagu di atas.
***
8 tahun kemudian ...We're only getting older baby,
And I've been thinking about it lately
Does it ever drive you crazy
Just how fast the night changes?Mata bulat itu melirik aktivitas keduanya secara bergantian. Yang ditatap sibuk masing-masing. Yang satu sedang berbincang di telepon, satu lagi fokus mengetik tombol keyboard di laptop.
Sedangkan yang menatap? Ia hanya diam saja, duduk manis di meja makan, menunggu kedua insan di hadapannya segera beralih dari layar jahanam untuk menghabiskan nasi yang mulai mengering.
Setidaknya benda kecil yang menyumpal telinganya dapat membantu menghilangkan kecanggungan. Irama lagu dari One Direction terus-menerus berputar di kepalanya.
Even when the night changes.
It will never change, me and yo-
"Your battery is running low. Please, charge.""Shit."
Akhirnya, mereka berdua mau menatapnya walau tatapannya seakan berbicara "Sssttt, diam!"
Sang papa yang masih menelepon memilih untuk berpindah tempat agar tak terganggu. Sedangkan sang mama kembali fokus mengetik keyboard.
Sayang sekali, MP3 Player tercintanya harus kehabisan baterai di situasi seperti ini. Sekarang ia hanya dapat mendengar suara ketikan dan suara cecak yang seakan menertawai dirinya dikacang.
"Khem, khem." Merasa si ibu ratu tak peka, ia mulai bersuara. "Ma,"
"Hm?"
Baik. Setidaknya direspons walau hanya sekedar 'Hm?' dan mata yang masih setia pada layar.
"Gimana sama obrolan kita yang kemarin?"
"Maaf banget, Aster, Mama gak bisa ikut. Besok Mama ada rapat. Sama Papa aja, ya?"
"Kata Papa, dia ada tugas di luar kota, berangkat siang ini."
"Kalau gitu sama Bibi aja."
"Ma, tapi kan ini konsepnya acara-"
"Aduh, kok waktu cepat banget berlalu? Yah, 10 menit lagi bisa telat." Lily segera bangkit lalu mencium singkat kening Aster. "Mama berangkat dulu. Love you!"
Aster termenung menatap kepergian Lily. "-sungkeman." Sepertinya sambung kalimat Aster tidak terdengar. Sudah jelas tidak, ada di sebelahnya saja sering kali tak didengar, apalagi sekarang mamanya sudah menjauh.
Cekikikan cecak semakin terdengar renyah di telinga Aster. Aster mengumpati dirinya sendiri di dalam hati. Daripada tersindir oleh cecak, lebih baik Aster menghabiskan makanannya lalu kembali ke kamar. Cih, lebih baik dari tadi makan di kamar. Untuk apa ada ruang makan tapi tidak dipakai?
🕰️
Aster meneliti baju kebayanya. Sederhana, namun terlihat anggun. "Sayang banget kalau gue gak ikut, dari kemarin udah berharap pakai baju ini." Aster menatap pantulannya di cermin sambil mencocokkan kebaya di tubuhnya. "Tapi kalau ikut, nahan malu banget. Plonga-plongo doang kayak gak punya orang tua."
You're insecure, don't know what for?
You're turning heads when you walk through the door.Jiakh! Sepertinya ringtone ponsel Aster sedang menyindirnya. One Direction memang tak pernah gagal membuat kata-kata yang menusuk hati.
Aster menaruh kebayanya ke kasur. Ia melihat layar ponsel, bertanya-tanya siapa yang memanggilnya pagi-pagi seperti ini.
Dasar kacang polong binti Sukro!
Aster menghembuskan napasnya terlebih dahulu, berusaha untuk rileks, lalu menekan tombol hijau pada layar. Ia tersenyum paksa. "Halo, sayang, pagi buta gini kamu mau apa?"
"Sayang pala lo peyang! Siang bolong gini masih lo sebut pagi buta? Mata lo yang buta pegimane?"
"Orang masih setengah 9."
"Itu udah siang, atuh, da!"
"Halah, sama aja lo kayak emak gue! Ngapain pagi-pagi telepon?"
"Haha, lo nanyanya kayak gak ada dosa gitu, ya?"
"Aamiin, moga-moga gue beneran masih suci tanpa dosa."
"Kalau sampai lo lupa lagi, gue hajar muka lo pakai sambalnya Mang Jefri."
"Lupa apa?"
"ASTER! AI MANEH TEH MUDA KENEH, MEUNI LOBA PIKUNNA, SIH?!"
"Emang apaan?"
"BARU SEMALAM GUE INGETIN LO LAGI, JANJIAN DI MALL PARIS VAN JAVA! ATUH KAKI URANG BERKARANG NUNGGU LO DI SINI!"
Aster membulatkan matanya. Ia melempar ponselnya ke sembarang arah, lalu bergegas mengganti baju. Masa bodo tidak mandi, habis makan masa langsung mandi. Lagi pula apa itu mandi? Siapa yang menciptakan mandi?
"Ter?! Halo?!!"
🕰️
Aster celingak-celinguk mencari keberadaan temannya di titik lokasi. Hingga akhirnya ia menemukan perempuan berbaju merah yang tengah berjongkok memilih produk.
Sifat tengil Aster masih belum hilang. Ia berniat untuk mengejutkannya dari belakang.
"DUAARR!"
"AAAWWW!"
Aster tertawa terbahak-bahak, ekspektasinya terpenuhi. Melihat temannya terpental ke lantai adalah nikmat Tuhan yang tak dapat diartikan dengan kata-kata.
Namun, sepertinya Aster merasa ada yang janggal. Ah, sudahlah, lebih baik tertawanya dilanjutkan saja, mubazir kalau tontonan langka ini disia-siakan.
"Aster!"
Dengan tawa yang masih menggelegar, Aster menoleh ke belakang, dan saat itu juga mulutnya mingkem. Apakah itu jin Qorin yang menyerupai kawannya? Kenapa kawannya ada di belakang Aster sambil melambai-lambai? Warna bajunya pun hitam, tidak seperti yang diinfokan lewat WhatsApp.
Hal terpentingnya, siapa wanita tadi?
Aster meneguk ludahnya. Ia kembali menatap perempuan yang ia kejut tadi. Dengan ragu, Aster membantunya untuk bangkit.
"ADUHHH! ETA SARARAHA ANU NGARAREUWASKEUN EKE?! MEUNI NYEURI LENGEUN EKE DA, AWWW!"
Sial. Ternyata Ester mengejutkan banci.
~✿~✿~✿~✿~✿~
KAMU SEDANG MEMBACA
Aster & Wister
Teen FictionSeperti kata One Direction, "Just how fast the night, changes." Aster merasa semuanya cepat berlalu, secepat malam yang berganti. Berbeda dengan Aster. Bagi Wister, satu malam itu rasanya setara seperti satu minggu. Masa-masa yang Wister jalani begi...